Bab 29

2.7K 41 0
                                    

GADIS berbaju putih itu agaknya merasa malu ditegur demikian oleh Tiat-bok Taysu, ia menghela napas panjang, kemudian berkata, "Baiklah! Kalau aku tadi tahu akan begini
kesudahannya, tidak seharusnya aku menerima baik permintaanmu."

"Aku juga tidak akan merugikan kau, kalau kau menjawab tiga pertanyaanku, lolap juga akan melakukan sesuatu untukmu."

"Begini saja! Setelah aku menjawab tiga pertanyaanmu, kalian segera meninggalkan ruangan ini."

"Hal ini...." tiba2 bertanya kepada para tetamu dengan suara nyaring, "Soal yang
diajukan oleh nona Pan ini apakah tuan-tuan dapat menerimanya?"

Terdengar suara jawaban dari sebahagian besar orang yang ada disitu, "Kita menurut keputusan taysu."

"Jam empat pagi kita boleh berlalu, jam lima nanti kembali lagi, lolap atas nama semua
saudara yang ada di sini, terima baik permintaan nona," berkata Tiat Bok Taysu.

"Sekarang kau boleh bertanya," berkata gadis berbaju putih itu.

"Lolap ulangi satu kali lagi, nona putri Pan Lo Enghiong atau bukan?"

"Antara kita namanya sebagai ayah dan anak, tetapi tidak ada ikatan kasih sama sekali."

Tiat Bok Taysu tercengang, katanya, "Jawaban ini cerdik sekali, lolap masih belum mengerti kau adalah anaknya Pan Lo Enghiong atau bukan?"

"Kalau tidak mengerti kau boleh pulang bertanya kepada ketuamu."

"Baiklah! Dan siapa pembunuh Pan Loya?"

"Ia meninggal karena makan racun."

Jawaban ini kembali di luar dugaan semua orang.

Tiat Bok Taysu merangkapkan kedua tangannya sambil mendoa, kemudian bertanya pula, "Tiga benda pusaka yang diambil oleh Pan Lo Enghiong sekarang ada dimana?"

Semua orang memasang telinga untuk menantikan jawaban gadis itu.

Gadis itu tersenyum, kemudian berkata, "Oleh karena ia tidak mau memberitahukan tempat dimana disimpannya tiga benda pusaka itu, barulah bunuh diri."

Tiat Bok Taysu tercegang.

"Yang lolap tanyakan adalah dimana tersimpannya tiga benda pusaka itu?"

"Aku sudah menjawab sejujurnya, kecuali ayah yang sudah meninggal, di dalam dunia ini sudah tidak ada orang lagi yang mengetahui."

"Kalau begitu pertanyaan lolap ini cuma-cuma saja."

"Pertanyaan Losiansu terlalu kejam, agaknya sekaligus berniat mengetahui semua urusan, apabila urusan dalam dunia ini semua ada demikian mudah, rimba persilatan sudah tidak ada orang lagi yang mempunyai kecerdasan luar biasa, juga tidak akan ada kerewelan dari orang orang yang menggunakan segala akal muslihat."

"Asal kau bisa menjawab dengan sejujurnya, sekalipun pertanyaan lolap ini kurang pandai mengaturnya, juga tidak akau menyalahkan kau."

"Masih tinggal satu pertanyaan lagi, aku harap sebelum mengajukan pertanyaanmu, pikirlah baik-baik dulu, supaya pertanyaanmu itu aku tidak dapat menjawab."

Ucapan gadis itu benar saja membuat Tiat Bok Taysu harus berpikir dahulu, barulah mengajukan pertanyaannya.

"Menurut pandangan lolap, nona sendiri agaknya juga dikendalikan oleh orang lain, orang itu tidak perduli pembunuh Pan Lo Enghiong atau bukan, tetapi dari dirinya sedikit banyak dapat dicari keterangan...."

Wajah gadis itu nampak sedikit berobah, per-lahan2 memejamkan matanya, se-olah2 sedang berusaha untuk menenangkan pikirannya.

Tiat Bok Taysu menatap wajah gadis itu, sambungnya, "Orang yang benar2 merupakan biang keladi dibelakang layarnya ini, kau seharusnya tahu siapa orangnya, setidak2nya kau harus tahu siapa itu orang yang berada dibelakang dirimu, yang lolap tanyakan adalah nama orang itu...."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang