SELESAI memberikan perintahnja. Teng Soan mengadjak rombongannja pulang.
Koan Sam Seng tahu benar bahwa kawannja itu selalu berlaku hormat dalam segala hal ia selalu mentjari tahu sebab musababnja, tetapi dalam menghadapi urusan ini agaknja kurang tjermat, hingga dalam hati merasa heran.
"Apakah kita harus pulang begini sadja?" demikian ia bertanja.
"Benar, kita harus lekas pulang, atau mengadakan persiapan baru lagi." mendjawab Teng Soan, kemudian menjuruh dua anak buahnja segera melakukan tugasnja. Setelah itu ia perintahkan kusir keretanja menarik pulang keretanja.
Koan Sam Seng dan Ong Khian saling berpandangan sebentar, lalu lari mengikuti kereta.
Kereta itu berdjalan sangat pesat, sebentar sadja sudah kembali, kembali ketempat dimana dia adakan perdjamuan makan tadi, disana masih menunggu Auwyang Thong dan lain2, ketika melihat Teng Soan kembali, segera menjambutnja.
Tiat Bok taysu jang bertanja lebih dulu; "Apakah sianseng menemukan sesuatu tanda?"
Teng Soan turun dari keretanja, ia memberi hormat baru mendjawab:
"adis berbadju putih itu menambatkan kapalnja ditepi sungai, agaknja merapikan suatu rentjana jang sudah dipersiapkan masak2."
Auwyang Thong berkata sambil mengerutkan alisnja: "Apakah perbuatannja itu sengadja hendak memantjing kita?"
"Djika ditindjau keadaannja pada dewasa ini, memang demikian kira2nja, tetapi tindakan pengedjaran kita sampai disini bukan menurut rentjana, hanya suatu tindakan jang diambilnja setjara mendadak, sekalipun didalam golongan kita terdapat mata2, djuga tak keburu memberitahukan kepada musuh kita..... tetapi keadaan pada waktu ini, mau tak mau menimbulkan sedikit ketjurigaan, betapapun djuga, tidak lepas dari dua sebab."
Hui Kong Leang jang selama itu menganggap dunia sendiri bisa menduga tepat dalam segala hal, ketika mendengar perkataan Teng Soan itu, ia mengasah otaknja.
Suasana disitu tampak hening kembali, semua orang agaknja sedang memikir utjapan Teng Soan itu.
Tidak lama kemudian, terdengar suara Hui Kong Leang jang berkata:
"Apakah saudara Teng mentjurigai kita ada jang mendjadi mata-mata musuh?" Sementara mulutnja berkata demikian, matanja terus menatap wadjah Ong Khian.
Ong Khian memperdengarkan suara dihidung, lalu melengos.
Teng Soan berkata sambil tersenjum:
"Bagaimana siaote berani berpikir demikian, andaikata benar diantara tuan-tuan ada jang bekerdja sama dengan musuh, dalam waktu singkat ini djuga tidak dapat menjampaikan kabar kepada pihak lawan, jang siaote maksudkan dengan dua sebab tadi adalah apabila musuh kita mengirim mata2nja didalam golongan kita maka mata-mata itu kemungkinan besar berada didamping Pangtju."
Koan Sam Seng berkata:
"Didamping Pangtju katamu, ini bukankah kau sedang bersenda gurau dengan kita? Sebab orang-orang jang berada didamping Pangtju semuanja sudah lebih dari sepuluh tahun......"
"Dan sebab jang kedua, ialah pihak musuh itu mengandung lain maksud, kebetulan dapat kita kedjar......." berkata Teng Soan.
Tiat Bok taysu berkata:
"Menurut pikiran lolap, sebab jang kedua ini kemungkinannja lebih besar."
Hui Kong Leang berkata sambil menganggukkan kepala: "Siaote djuga berpikir demikian."
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara djeritan orang, kemudian muntjul sesosok bajangan orang jang lari mendatangi.
Orang itu adalah seorang laki2 berpakaian biru ,orang itu agaknya sudah menggunakan tenaganja jang penghabisan, ketika tiba ditempat itu djalannja sudah sempojongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Suling Menggemparkan Rimba Persilatan
Fiksi UmumPartai Pengemis (Kay Pang) saat ini menjadi kekuatan yang paling besar dan sangat disegani dunia persilatan bahkan melebihi kekuatan 9 partai besar, ini semua karena jasa seorang Sastrawan Tua yang merupakan penasihat sekaligus orang kedua sesudah P...