TIAT BOK TAYSU berkata, "Kalau lolap takut mati, tidak nanti datang kemari." Dengan tindakan lebar ia berjalan menuju ke meja tempat pendaftaran.
Ki Bok Taysu per-lahan2 bangkit dari tempat duduknya, ia mengikuti dibelakang Tiat Bok Taysu berjalan menuju ke meja pendaftaran.
Tiat Bok Taysu setelah menuliskan namanya di atas buku pendafaran lalu berkata dan berpaling kepada Ki Bok Taysu, "Sutee, kau juga harus menulis namamu."
Ki Bok Taysu bersenyum lalu menuliskan namanya di dalam buku itu.
Gadis itu mengawasi dua paderi itu, kemudian berkata, "Bagus, kalian berdua benar2 tidak takut mati."
"Lolap ada seorang yang sudah beruasia lanjut kalau sekarang harus mati juga tidak penasaran." Berkata Tiat Bok Taysu yang kemudian balik lagi ke tempat duduknya.
Perbuatan dua paderi Siao-lim-sie itu, agaknya, menambah keberanian semua tetamu yang masih ada disitu, mereka pada berdiri dan berjalan ke meja pendaftaran untuk menuliskan namanya.
Gadis berbaju putih itu tiba2 berdiri dan berkata, "Tuan2 jikalau hendak menulis namanya harus menulis terus terang dengan nama aslinya, apa bila merobah nama atau ingin membikin celaka orang lain, perbuatan itu bukan saja tidak akan dapat menolong diri sendiri sebaliknya malah akan membikin celaka keluarga kalian sampai tiga turunan."
Pada saat itu seorang berbaju panjang warna hitam sedang mengangkat alat tulis hendak menuliskan namanya ketika mendengar ucapan gadis itu segera berkata sambil tertawa dingin, "Sejak dahulu sehingga sekarang, didalam kalangan Kang-ouw juga pernah timbul orang kejam yang sepak terjangnya sangat ganas dan telengas, tetapi juga tidak ada orang yang menunjukkan sikap aneh seperti noma Pa...."
Ia tertawa ter-bahak2, sebentar kemudian berkata pula, "Untung aku hanya seorang diri saja, sudah tiada mempunyai ayah bunda, juga tidak mempunyai isteri dan anak, sekalipun benar2 akan mencelakakan sampai tiga turunan, bagiku juga tidak berarti apa2."
"Aku hanya memperingatkan kepada kalian saja, percaya atau tidak terserah kepadamu."
Orang berbaju hitam itu tidak menjawab lagi, setelah mencatat namanya lalu mengundurkan diri.
Semua orang sudah mendaftarkan namanya secara bergiliran, hanya Wan Hauw setelah pergi ke meja pendaftaran hanya me-lihat2 sebentar, lalu balik lagi ke tempat duduknya.
Kiranya selama itu ia belum pernah menulis dengan menggunakan alat tulis sehingga ia tidak tahu bagaimana ia harus menulis namanya.
Gadis itu menatap wajah Wan Hauw lalu bertanya, "Mengapa kau tidak menulis namamu?"
"Aku tidak bisa menulis." Jawab Wan Hauw sambil menggelengkan kepala.
Gadis itu mengerutkan alisnya dan berkata, "Semua orang yang ada disini, sudah menulis namanya sendiri, kau tidak bisa menulis, bagaimana kau boleh turut mendengarkan? Baiklah kau keluar saja!"
Wan Hauw yang hatinya masih putih bersih, ketika mendengar perkataan itu diam2 juga membenarkan ucapan gadis itu, maka lalu berkata sambil menghela napas,
"Perkataan nona memang benar, baiklah aku berdiri diluar ruangan ini saja, untuk menunggu setelah kau habis menuturkan aku nanti masuk lagi."
Ia mengira bahwa tindakannya itu dapat dibenarkan, maka setelah berkata demikian lantas berlalu.
Touw Thian Gouw sebetulnya ingin menegah, tetapi kemudian berpikir, "Sekalipun orang2 yang namanya sudah dicatat dalam buku kematian, toh belum tentu mati, tetapi sedikit banyak menimbulkan perasaan tidak enak didalam hati, maka biarlah Wan Hauw menyingkir keluar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Suling Menggemparkan Rimba Persilatan
General FictionPartai Pengemis (Kay Pang) saat ini menjadi kekuatan yang paling besar dan sangat disegani dunia persilatan bahkan melebihi kekuatan 9 partai besar, ini semua karena jasa seorang Sastrawan Tua yang merupakan penasihat sekaligus orang kedua sesudah P...