Bab 115

1.1K 28 0
                                    

SEMUA orang yang ada disitu segera mengetahui bahwa surat itu sangat penting.

Nie Soat Kiao setelah membaca surat itu, juga mengerutkan alisnya.

"Bagaimana pikiran pangcu?" demikian ia bertanya dengan suara pelahan.

"Urusan sudah jadi begini, aku tokh tidak boleh lantaran urusan pribadiku sehingga mengganggu kepentingan umum. Semua harus berjalan menurut rencana kita semula." Menjawab Auw-yang Thong mendadak berlalu.

"Pangcu ..."

"Nona jangan pikirkan urusanku, ter-lebih2 jangan merubah rencana kita."

"Pangcu harap tunggu dulu sebentar, dengarlah dulu omonganku."

Auw-yang Thong agaknya sangat risau, tidak tenang seperti hari2 biasa, jelaslah sudah bahwa ada sesuatu yang penting, yang mengganggu pikirannya. Ia coba kendalikan perasaannya, menghentikan langkahnya dan bertanya: "Kau ada mempunyai pikiran bagaimana?"
"Pangcu memegang peranan sangat penting, kita sudah dekat waktunya untuk mengadakan pertempuran yang menentukan. Semangat bertempur anak buah kita sedang meningkat, kita dapat menggunakan kesempatan ini pergi menggempur Kun-liong Ong, rasanya tidak susah untuk meruntuhkan perlawanan musuh kita, tetapi dalam pertempuran ini masih mengandalkan pengaruh pangcu ..." berkata Nie Soat Kiao, mendadak memperlahan suaranya, ia masih berkata beberapa patah dengan suara sangat pelahan, Auw-yang Thong sambil menghela napas panjang lalu menundukan kepala.

Pada waktu itu, In Kiu Liong, Kiang Su Im dan lain2nya, berdiri di suatu tempat sejarak tujuh delapan kaki. Mereka memandang Auw-yang Thong dengan perasaan heran jelaslah bahwa mereka juga sudah mengetahui ada terjadi sesuatu yang penting tetapi tiada satu yang berani menanya.

Sebentar kemudian, Auw-yang Thong baru menjawab sambil menganggukkan kepala: "Baiklah, tolong nona berunding dengannya."
"Hamba percaya tidak akan mengecewakan pangcu," berkata Nie Suat Kiao sambil bersenyum.
"Harap rencana nona ini tidak sampai gagal."

Nie Suat Kiao lalu berkata kepada orang2 yang ada disitu: "Saudara2 harap beristirahat dahulu, kita nanti akan berangkat menurut rencana yang sudah ditetapkan, jangan salah."

Orang2 itu rupanya sangat menghargai Nie Suat Kiao, mereka benar saja lantas bubaran.

Siang-koan Kie mendapat tempat satu kamar dengan In Kiu Liong dan Yap It Peng, selagi hendak bersemedi, seorang anak buah golongan pengemis mendadak datang.
"Ada urusan apa?" demikian In Kiu Liong menanya.
"Atas perintah penasehat kita, minta Siang-koan suheng datang menghadap."
"Tolong sutee tunjuk tempatnya." berkata Siang-koan Kie, yang segera ikut serta orang yang memanggil.

Setelah melalui sebuah gubuk lain, orang itu berkata sambil menunjuk salah satu gubuk yang terdapat di situ.
"Gubuk itu adalah kediaman penasehat kita, harap suheng pergi sendiri !"
"Terima kasih." jawab Siang-koan Kie, segera berjalan menuju kegubuk yang ditunjuk.

Nie Suat Kiao ternyata sudah menunggu diambang pintu, begitu melihat siang-koan Kie, ia lantas tertawa dan berkata sambil ajak padanya masuk ke dalam: "Sekarang kita bicara urusan pribadi, kau tak usah anggap aku sebagai penasehatnya golongan pengemis."
"Apakah hanya untuk membicarakan urusan pribadi nona panggil aku kemari?"
"Meskipun urusan pribadi, tetapi juga tidak boleh meninggalkan kepentingan urusan umum. Kini kita mengadakan pertemuan secara pribadi, aku adalah seorang perempuan, dan kau sebagai laki2, aku secara pribadi ingin merundingkan sesuatu denganmu."
"Urusan apa? Apa yang aku sanggup melakukan, aku akan memberi bantuanku."
"Aku menghendaki supaya kau menyaru sebagai Auw-yang pangcu, mewakili ia pergi memenuhi janji."
"Kepandaian pangcu jauh lebih tinggi dari padaku, apakah masih perlu aku yang mewakili dengan menyaru?"
"Urusan ini besar sekali sangkut pautnya, barangkali ia tidak bisa berlaku tenang."
"Sebetulnya urusan apa?"
"Dalam dunia tidak ada orang sempurna seratus persen, bagaimana baiknya seseorang, dalam hidupnya, sekali2 juga bisa melakukan kesalahan."
"Bolehkah kau bicara lebih jelas?"
"Hakekatnya, apa yang aku tahu barangkali tidak lebih banyak dari apa yang kau tahu. Sudah ber-bulan2 kau mengikuti Teng sianseng, seharusnya tahu lebih banyak daripadaku. Apalagi urusan ini adalah urusan rahasia yang menyangkut diri pangcu pribadi, kecerdasanmu cukup untuk mengambil keputusanmu sendiri, namun setelah tiba waktunya, kau boleh bertindak melihat gelagat, hanya dalam melakukan tugasmu ini kau harus utamakan kepentingan pangcu untuk menyingkirkan satu bahaya."
"Aku akan berbuat sebaik mungkin."
"Duduklah, aku akan bantu merubah mukamu, supaya mirip benar dengan pangcu."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang