Bab 106

1.8K 36 0
                                    

Ia coba tingkatkan semangatnya, sambil bersenyum berkata kepada Wan Hauw: "Saudara Wan."

"Toako ada perintah apa?" balas tanya Wan Hauw.

"Sebentar kita akan bertemu muka dengan Kun-liong Ong, ini berarti kita juga akan terkurung rapat oleh orang2nya."

"Ya, tetapi aku sedikitpun tidak merasa takut."

"Kun-liong Ong seorang kejam dan banyak akalnya, merupakan seorang jahat berkaliber besar"

"Aku tahu"

"Sebentar kalau kita bertempur dengan orang2nya Kun-liong Ong, kau jangan ragu, keluarkanlah seluruh kepandaianmu. Supaya Kun-liong Ong juga kenal kepandaian kita...."

Wan Hauw seperti ingat sesuatu, katanya: "Toako, kalau begitu bukankah akan membunuh banyak orang?"

"Benar, tetapi kalau kita tidak membunuh, orang lain yang akan membunuh kita."

"Siaotee ingat pesan toako."

Seorang berpakaian hitam tiba2 datang dengan tindakan ter-gesa2, kemudian berkata: "Ong-ya undang nona bertiga masuk."

Gedung yang dinamakan istana Sun-yang-kiong itu, mau dikatakan besar juga tidak besar, mau dikata kecilpun tidak kecil. Kecuali dua halaman yang terdapat didepan dan belakang gedung, semuanya cuma terdapat tiga buah bangunan gedung.

Laki2 berpakaian hitam itu ajak tetamunya melewati gedung pertama dan tibalah digedong kedua.

Dibagian luar terdapat sebuah tempat setinggi dua kaki, yang merupakan satu bangsal. Tempat tinggi itu terbuat dari batu warna hijau.

Diatas tempat itu terdapat satu kursi kebesaran, diatasnya duduk seorang laki mengenakan jubah hijau, diluarnya tertutup oleh kain kuning.

Orang itu mempunyai kesan sangat dalam, dalam hati Nie Suat Kiao. Tanpa perhatian, sikap dan dandanan orang itu, sudah cukup mengenalnya. Ia bukan lain daripada Kun-liong Ong.

Kali ini Kun-liong Ong ternyata sangat berani. ia duduk ditempat tinggi tanpa seorang pengawal yang menyertai.

Nie Suat Kiao memandang keadaan disekitarnya sejenak, kemudian berjalan ketangga yang naik ketempat itu.

"Penasehat golongan pengemis, disini menjumpai Ong-ya." demikian katanya.

"Bagus" berkata Kun-liong Ong dingin, "kau ternyata sudah melanjutkan jabatan Teng Soan sebagai penasehat golongan pengemis."

"Terlebih dahulu, atas nama Nie Suat Kiao yang pernah dibesarkan olehmu, aku mengucapkan banyak2 terima kasih atas budimu."

"Jadi anak mau melawan ayah."

"Semua ini karena terpaksa, harap ayah maafkan."

Kun-liong Ong mendadak ulur tangannya menyambar tangan Nie Soat Kiao Nie. Nie Soat Kiao meskipun berlutut, tetapi diam2 telah waspada memperhatikan gerak-gerik Kun-liong Ong.
Ketika tangannya menyambar dengan cepat melompat mundur sejauh lima kaki dengan sikap masih tetap.

"Bagus." berkata Kun-liong Ong sambil tertawa dingin, "kepandaianmu ternyata sudah banyak maju."

Kembali tangannya bergerak menotok jalan darah Nie Soat Kiao.

Nie Soat Kiao Mengebutkan lengan bajunya menahan totokan jari tangan Kun-liong Ong.

Orangnya menggeser kepinggir lima kaki, katanya: "Ayah sudah pergunakan jarum beracun menusukkan kebadan anak. Benda yang sangat berbisa ini didalam anggapan ayah tentunya sudah tidak tertolong lagi. Dengan demikian, ayah tentunya juga sudah menganggap bahwa anak yang ayah besarkan itu, sudah mati."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang