GADIS BERBAJU PUTIH itu dengan sinar mata dingin mengawasi gerakan beberapa orang itu, beberapa kali parasnya menunjukkan sifat gusar, tetapi ternyata masih dikendalikannya, berhadapan dengan tokoh terkemuka itu, ia masih, mencoba mengendalikan hatinya, maka selama itu ia diam saja, setelah Koan Sam Seng habis membaca dan dikembalikan kepada Tiat Bok Taysu, ia baru berkata dengan nada suara dingin, "Sekarang surat ayah itu sudah seharusnya kau berikan kepadaku."
Tiat Bok Taysu memberikan surat itu kepadanya seraya berkata, "Teka-teki kematian ayahmu menarik perhatian semua sahabat dunia rimba persilatan, nona Pan jangan terlalu mengumbar adat...."
Gadis itu se-olah2 tidak menghiraukan perkataan Tiat Bok Taysu, ia mengulur tangannya menyambut surat itu, matanya mengawasi semua orang sejenak, kemudian surat itu dilipat dan dimasukkan kedalam sakunya tanpa dibacanya, lalu berkata kepada Tiat Bok Taysu, "Terima kasih atas kebaikan losiansu yang sudah mengembalikan surat ayah."
Tiat Bok Taysu setelah memuji nama Buddha, lalu berkata, "Lolap sudah menduga nona akan bertindak demikian, maka lolap memperlihatkan dulu surat ayahmu kepada beberapa sahabat yang ada disini, kini sudah ada dua kawan dari Ceng Sia Pay dan seorang dari golongan pengemis yang membaca surat itu, dengan adanya tiga tokoh kuat rimba persilatan sebagai saksi, sekalipun nona menerima kembali surat itu, juga sudah tidak ada gunanya."
Gadis berbaju putih itu tiba2 bersenyum dan berkata, "Apabila locianpwee ingin mengetahui apa yang telah terjadi, tiga hari kemudian harap datang lagi kemari, saat itu boanpwee akan terus terang membuka suatu rahasia dalam rimba persilatan."
"Dalam waktu tiga hari, apabila melepaskan kapal dalam air mengalir keras, nanti kalau lolap datang kemari lagi nona barangkali sudah berada ribuan pal jauhnya."
"Kalau begitu bagaimana menurut pendapatmu?"
"Sebaiknya sekarang nona menceritakan apa yang telah terjadi dihadapan sahabat-sahabat rimba persilatan, apabila nona mempunyai kesulitan juga mudah dibereskan!"
"Apakah kau takut aku lari?"
"Nona adalah sebagai tuan rumah gedung ini, kalau hendak berpindah kelain tempat, itu terserah kepadamu sendiri, lolap hanya ingin menyelidiki rahasia urusan yang ditulis dalam surat ayahmu itu dan teka-teki mengenai kematiannya, supaya lolap dapat melaporkan kepada ketua kuil, itu saja sudah cukup!"
"Taysu perlu apa berlaku demikian ceremis, tiga hari kemudian kita nanti bicarakan lagi."
Dengan matanya gadis itu memberi isyarat kepada Pan Ceng Liang, disuruh mengundurkan diri.
Pan Ceng Liang segera memberi hormat kepada para tamunya untuk minta diri, lalu berlalu bersama gadis itu.
Tiat Bok dan Kie Bok Taysu serta dua jago pedang dari Ceng Sia Pay dan Koan Sam Seng semua pada melengos.
Para tamu lainnya yang ada dalam ruangan itu setelah duduk lagi sebentar, masing-masing juga pada berlalu dengan perasaan terheran-heran.
Waktu itu Touw Thian Gouw meskipun sudah memakai obat dimukanya dan masuk lagi ke gedung keluarga Pan, tetapi masih belum berhasil mendapat keterangan rahasia apa2, sebaliknya, Siang-koan Kie mendadak berubah sifatnya, hal itu mau tidak mau membuat jago Kang-ouw kawakan yang sudah banyak berpengalaman itu berada dalam kebingungan, tiba-tiba ia ingat bahwa batas janji untuk bertemu lagi dengan Siang-koan Kie dan Wan Hauw sudah sampai, terpaksa ia meninggalkan gedung keluarga Pan dan kembali lagi ketempat dimana hendak mengadakan pertemuan dengan kedua kawannya itu.
Touw Thian Gouw sebetulnya masih mengandung sedikit pengharapan bahwa Siang-koan Kie sudah tiba ke tempat itu lebih dahulu, tetapi ternyata ketika ia tiba di tempat tersebut, hanya menampak Wan Hauw berdiri bingung seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Suling Menggemparkan Rimba Persilatan
General FictionPartai Pengemis (Kay Pang) saat ini menjadi kekuatan yang paling besar dan sangat disegani dunia persilatan bahkan melebihi kekuatan 9 partai besar, ini semua karena jasa seorang Sastrawan Tua yang merupakan penasihat sekaligus orang kedua sesudah P...