Bab 112

1.9K 28 1
                                    

GADIS baju merah itu mengerutkan keningnya kemudian berkata, "Ia sekap aku di dalam satu kamar gelap yang kokoh kuat, meskipun aku sudah berusaha sekuat tenaga, masih juga tidak berhasil melarikan diri."

"Apa ia tidak memberi makan barang apa2 padamu?"

"Tidak, mereka perlakukan aku baik sekali."

"Seumur hidupnya Kun-liong Ong belum pernah perlakukan orang secara baik, kalau ia perlakukan kau begitu baik, tentunya ada maksudnya."

"Mereka telah menawan aku di kamar gelap, setiap hari aku tidak dapat melihat sinar matahari, apa ini boleh dikata baik?"

"Bagi Kun-liong Ong, ini adalah yang cukup baik."

"Kalian orang2 suku Han, benar2 sukar dimengerti, Kun-liong Ong menawan aku begitu lama, air mataku sampai hampir kering, tetapi kalau aku beritahukan padamu, kau malah tidak mau percaya."

"Bukan aku tidak mau percaya padamu, yang tidak kupercaya ialah Kun-liong Ong."
"Kun-liong Ong memang seorang jahat, aku juga tidak percaya padanya."

Siang-koan Kie diam2 berpikir: 'dilihat dari sikap bicaranya, gadis ini masih jujur, nampaknya tidak ber-pura2, apakah benar Kun-liong Ong demikian mudah melepaskan dirinya?'

Siang-koan Kie mempunyai kesan sangat jelek sekali terhadap Kun-liong Ong, dalam anggapannya, Kun-liong Ong tidak sedemikian mudah melepaskan orang2 yang ditangkapnya.

Maka ia lantas tertawa dingin dan berkata: "Meskipun nona pandai ber-pura2, tetapi aku bukanlah seorang yang mudah dibohongi. Haha ! Aku kenal baik sifatnya Kun-liong Ong."

Gadis itu agak marah, katanya: "Heran! Apa katamu? Mengapa aku perlu membohongi kau?"

Siang-koan Kie melengak. "Bukankah Kun-liong Ong sengaja melepaskan kau menjadi mata2?"
"Oh, jadi kau takut Kun-liong Ong untuk aku sebagai mata2nya, sehingga kau perlakukan aku demikian rupa? Kalau begitu aku tidak sesalkan kau."

Siang-koan Kie per-lahan2 melepaskan tangannya dan berkata: "Maafkan perbuatanku, melihat sikapmu, memang tidak mirip seorang yang ber-pura2. Tetapi sudah berapa tahun Kun-liong Ong menyekap kau, ternyata kau masih sehat dan baik2 saja, ini benar2 sangat aneh!"
"Memang dia mempunyai maksud jahat, tetapi aku terus menolak, diapun tidak berdaya."
"Dia mempunyai maksud jahat apa?"

Pipi gadis itu merah seketika, katanya, "Ia hendak memperistri aku, kemudian, ia akan membawa aku pulang ke rumahku, dinegaraku akan mencari beberapa orang kuat untuk membantu usahanya."
"Oh, kiranya begitu ..."

Sementara itu mendadak ia melihat tanda rahasia yang ditinggalkan oleh dua kacung, yang menuju kebarat.

Gadis itu setelah mengikuti Siang-koan Kie berjalan, tiba2 menanya: "Kau hendak kemana?"
"Mencari orang."

Gadis itu tidak menanya apa2 lagi, dari dalam badannya mengeluarkan sebilah belati, lalu digenggamnya sambil berjalan.

Rumput alang2 setinggi pinggang, terbentang sepanjang jalan agaknya tidak ada batas-batasnya. Siang-koan Kie yang sudah berjalan kira2 tiga empat pal, masih berada di-tengah2 rumput alang2 juga tidak tampak lagi tanda rahasia yang ditinggalkan oleh dua kacung.

Ia bercuriga, hingga berhenti di-tengah2 padang rumput itu.
"Mengapa kau tidak jalan?" tanya gadis baju merah itu.
"Mari kita berhenti mengaso sebentar." jawabnya.

Gadis itu memandang Siang-koan Kie dengan perasaan heran, katanya sambil berduduk: "Nanti setelah kau antarkan aku dari tempat berbahaya ini, belati ini aku berikan padamu."

Belati yang memancarkan sinar berkilauan itu, tentunya bukan senjata sembarangan, Siang-koan Kie memandang sejenak, lalu berkata sambil tertawa hambar: "Kau pakai sendiri, aku tidak mau."
"Belati ini tajam sekali, sebetulnya yang paling disayang-sayang oleh ayahnya, kala ini aku datang ke daerah Tiong-goan, belati ini diberikan padaku."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang