KUN-LIONG ONG berkata : "Aku tahu, untuk sementara toako tentu tidak dapat memberi keputusan. Tetapi tidak apa, toako boleh pilih per-lahan2, siautee akan tunggu disini."
Setelah berkata demikian, ia duduk di tanah sambil mengawasi orang2nya.
Siang-koan Kie diam2 berpikir: 'saling menunggu demikian, entah sampai kapan ada keberesan?'
Ia lalu berkata kepada suhunya dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara ke dalam telinga: "Suhu, biarlah teecu yang melawan dia, suhu boleh berusaha bawa pergi subo dan sumoy."
Orang tua itu masih pejamkan matanya tetapi menggeleng2kan kepalanya.
"Siang-koan Kie, suhumu seumur hidupnya tidak ada yang dipikirkan, hanya terhadap istri dan putrinya, cintanya dalam sekali, kalau kau mau makan obatku melupakan diri, mereka akan tertolong." berkata Kun-liong Ong sambil tertawa dingin.Siang-koan Kie menghampiri dengan pedang terhunus, katanya: "Kalau aku makan obat apa kau mau melepaskan subo dan sumoyku?"
"Benar, terimalah obat ini." menjawab Kun-liong Ong, kemudian melemparkan sebutir pel hitam kepada Siang-koan Kie.Siang-koan Kie menyambut pel itu dan berkata: "Kalau aku sudah makan pel ini, suhuku juga tidak perlu memusnahkan kepandaian ilmu silatnya?"
"Ada urusan sudah sepantasnya murid yang harus mewakili suhunya, demi subo dan sumoymu, kau makan obat racun, tidak perduli bagaimana akibatnya, kau tetap mendapat nama harum."
"Tidak perlu kau kata, aku juga bisa makan sendiri."
"Bagus, bagus. Kalau begitu kau lekas makan."Siang-koan Kie memasukkan pel ke dalam mulutnya, tetapi dikeluarkan lagi, katanya: "Kau tidak dapat dipercaya, bagaimana aku boleh mempercayaimu? Maka kau harus bebaskan dulu mereka."
"Aku tidak main2 denganmu."Siang-koan Kie diam2 merasa cemas, suhunya jelas sudah kena dipengaruhi oleh Kun-liong Ong, sedangkan In Kiu Liong tidak memberikan reaksi apa2, bagaimana pikiran suhengnya itu, susah diduga. Hanya ia seorang diri, bagaimana sanggup menghadapi Kun-liong Ong?
Selagi masih dalam keadaan bingung, tiba2 nampak seorang penunggang kuda berbaju hitam, lari mendatangi, tangannya mengacungkan sebuah bendera kuning terlukis sebuah naga.
Kun-liong Ong matanya mengawasi bendera itu sejenak, bentaknya dangan bengis: "Apa dalam istana terjadi kejadian!"Penunggang kuda itu agaknya sudah terluka parah, bendera dalam tangannya terkulai, orangnya jatuh di tanah.
Siang-koan Kie pikir itu ada suatu kesempatan paling baik untuk menolong orang, sayang belum bersepakat dengan suhu atau suhengnya ...
Selagi masih berpikir bagaimana harus bertindak, telinganya mendengar suara In Kiu Liong: "Sutee, lekas kau lompat ke atas kereta, untuk menahan pasukan berkuda, lekas! lekas!..."
Kuda orang baju hitam yang sudah tidak terkendali, terus lari menerjang Kun-liong Ong.
Kun-liong Ong agaknya menyadari bahwa keadaan tidak beres, ia terus lompat mengelakkan diri dan menyambar orang baju hitam yang terguling di tanah.Tetapi orang itu cepat bagaikan kilat telah lompat ke atas kereta. Dengan kecepatan luar biasa pula, orang itu mengeluarkan sepasang tongkat besi, untuk menyampok ujung tombak yang ditujukan kepada dua wanita di atas kereta, Siang-koan Kie yang sudah siap setelah mendapat perintah dari suhengnya, begitu melihat orang baju hitam itu sudah berhasil membuyarkan tombak yang mengancam subo dan sumoynya, lantas lompat meleset setinggi dua tombak, kemudian melayang turun ke atas kereta.
Bersamaan dengan bergeraknya Siang-koan Kie, In Kiu Liong juga lompat dengan mendadak, menyerbu Kun-liong Ong.
Kun-liong Ong yang sedang lompat hendak menahan Siang-koan Kie, tiba2 tampak sesosok bayangan orang menyerbu dirinya, sebelum orangnya tiba, hembusan angin sudah menyambar lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Suling Menggemparkan Rimba Persilatan
Narrativa generalePartai Pengemis (Kay Pang) saat ini menjadi kekuatan yang paling besar dan sangat disegani dunia persilatan bahkan melebihi kekuatan 9 partai besar, ini semua karena jasa seorang Sastrawan Tua yang merupakan penasihat sekaligus orang kedua sesudah P...