Bab 52

2.3K 35 0
                                    

SERANGAN barisan Kiu-kiong-tin itu serentak berhenti.

Teng Soan yang memakai pakaian berwarna biru dan tangan membawa kipas, berjalan lambat-lambat kedalam barisan.

Ia berhenti didepan orang berjubah hijau sejauh tujuh tombak, dari situ ia angkat tangan memberi hormat seraja berkata: "Ong-ya...."

Orang berjubah hijau itu mengawasi Teng Soan sejenak kemudian berkata dengan suara dingin: "Apakah kau kira barisan Kiu-kiong-tin yang tidak berarti ini, benar2 dapat mengurung aku?"

"Barisan ini meskipun belum tentu dapat mengurung kau..." berkata Teng Soan sambil tersenyum, matanya mengawasi Siang-koan Kie dan Nie Suat Kiao sejenak, lalu berkata pula: "Tetapi dua orang pengikutmu ini, rasanya sudah tidak mudah lagi untuk keluar dari barisan ini."
"Sekalipun mereka sudah tiada tenaga bertempur lagi, tetapi dibawah perlindunganku, kalian juga jangan harap dapat melukai mereka. Jikalau kau tidak percaya, coba kau keluarkan perintah!" berkata orang berjubah hijau itu.

Ia adalah seorang keras kepala, meskipun berada dalam kedudukan betapapun buruknya, tetap tak mau menunjukkan kelemahannya.

"Ada satu hal yang siaotee minta maaf terlebih dulu kepada Ong-ya." berkata Teng Soan sambil tertawa hambar.

Ia selalu menggunakan perkataan 'Ong-ya' membahasakan orang berjubah hijau itu, kecuali mengandung arti mencemooh dan menghina, terang juga sudah memutuskan hubungan persaudaraannya.

"Apakah kau merasa bahwa dengan keadaan seperti ini, kau kira sudah pasti menang?" bertanya orang berjubah hijau itu.

"Siaote tidak berani berpikir demikian. Kita berdua bertarung mengadu kecerdikan pikiran. Jikalau salah satu belum ada yang binasa, barangkali sulit untuk menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang."

"Tidak sampai seperempat jam lagi, bala bantuanku sudah akan tiba... ini seharusnya merupakan satu pertempuran total, kalau bukan orang2 golongan pengemis yang akan kehilangan semua orang kuatnya, adalah orang2ku yang akan musnah."

"Sekalipun empatpuluh delapan orang pasukan berani mati golongan pengemis habis seluruhnya, tetapi asal pengorbanan itu dapat menghasilkan ketenteraman rimba persilatan, dengan korban beberapa puluh jiwa tetapi dapat menolong ribuan jiwa manusia, kematian itu masih ada harganya...."

"Sukakah kau dengan ilmu serangan dengan tangan kosong yang dapat mengambil jiwa dalam sepuluh langkah?"

"Meskipun siaote tidak paham ilmu silat, tetapi suhu juga pernah menyebut ilmu kepandaian semacam itu...."

"Bagus kalau kau sudah pernah dengar, dan kau sekarang hanya terpisah sejarak tujuh langkah dihadapanku."

"Kiri kanan dan belakang diriku, semua adalah orang2 yang melindungi aku, sekalipun kau melancarkan serangan, belum tentu dapat melukai diriku."

Orang berjubah hijau itu perlahan-lahan mengangkat tangan kanannya, tetapi sebelum melancarkan serangannya, tiba-tiba tampak berkelebatnya bayangan dan laki-laki bersenjata golok, tiba2 sudah menghadang dimuka Teng Soan.

Orang berjubah hijau itu dengan kecepatan luar biasa menyambar badan Nie Suat Kiao, kemudian diangkatnya, sedang tangan kirinya dengan cepat menepuk jalan darah beng-bun-hiat dibelakang punggungnya.

Tepukan itu se-olah2 memberikan injeksi tenaga dalam badannya. Badan Nie Suat Kiao yang juga letih, tiba2 bergerak dan berdiri tegak.

Teng Soan berkata sambil menarik napas panjang: "Sekalipun kau tidak sayang menggunakan kekuatan tenagamu untuk menolong jiwanya, barangkali juga belum bisa menerjang keluar barisan ini."

Orang berjubah hijau itu tertawa dingin kemudian tangannya menepuk punggung Siang-koan Kie.

Tiba2 ia merasakan serangan hebat yang dilancarkan dari samping menggagalkan perbuatan orang berjubah hijau itu.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang