Bab 107

1.7K 32 0
                                    

SEMENTARA itu, ia telah dengar suara Nie Soat Kiao yang menasehati Kun-liong Ong supaya menghentikan usahanya hendak menguasai dunia mungkin akan terhindar dari kematian. Ia lalu berpikir, "kalau begitu ia belum terpengaruh ilmu menyesatkan pikiran oleh Kun-liong Ong".

Ketika ia mengawasi keadaan Nie Suat Kiao, sepasang mata gadis itu memancarkan sinar aneh, sikapnya lemah lembut, kembali ia berpikir: "Oh, jadi mereka berbicara sambil mengadu kepandaian, masing2 telah menggunakan ilmu untuk menyesatkan pikiran lawannya".

"Anak, apa kau hendak menggunakan ilmu untuk menyesatkan pikiranku?" demikian Kun-liong Ong bertanya.

"Sama-sama." berkata Nie Suat Kiao.

"Kau tidak mau dengar nasehatku, terpaksa aku akan bunuh kau lebih dulu, untuk menyingkirkan satu musuh tangguh."

"Jangan omong besar dulu, sekarang ini masih belum tahu siapa yang akan menang dan siapa yang kalah?"

Kun-liong Ong tiba2 menggerakan pecut ditangannya, sehingga mengeluarkan suara meraung. Ujung pecut digunakan untuk menotok dada Nie Suat Kiao.

Dengan golok emasnya Nie Suat Kiao membabat pecut itu, mulutnya berkata dengan nada suara dingin: "Golok emas ini tidak takut barang keras, aku tidak tahu dapat membabat kutung pecutmu atau tidak?"

Kun-liong Ong menarik kembali serangannya, tetapi tidak memberi kesempatan bagi Nie Suat Kiao untuk melancarkan serangan pembalasan. Serangan hebat menyusul. Pecut menggulung, mengeluarkan suara aneh.

Nie Suat Kiao juga memutar senajata pusakanya, untuk melindungi dirinya. Dengan sangat hati2 ia menutup rapat2 dirinya. Setengah tahun lamanya ia mendapat pelajaran pelajaran ilmu silat dari Wan Hauw. Beberapa gerak tipu diantaranya mempunyai daya luar biasa.
Tetapi kepandaian ilmu silat Nie Suat Kiao hampir seluruhnya didapatkan dari ayahnya itu, maka dalam pertempuran itu sebagian besar menggunakan gerak tipu dari satu golongan.
Tetapi setiap kali Kun-liong Ong mengeluarkan kepandaiannya yang terampuh, yang dapat membinasakan Nie Suat Kiao, gadis itu lalu mengeluarkan beberapa ilmu yang didapat dari Wan Hauw, untuk menggagalkan serangan.

Dengan demikian, pertempuran itu menjadi berimbang. Dalam waktu singkat, pertempuran sudah berjalan limapuluh jurus lebih.

Kun-liong Ong yang sekian lamanya belum berhasil menangkan pertempuran, hatinya mulai cemas. Serangan pecutnya semakin hebat dan ganas.

Nie Suat Kiao mulai merasakan tekanan amat berat. Ia tahu bahwa ayahnya sudah menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya kedalam pecut. Ia juga tahu apabila pertempuran itu berlangsung lebih lama lagi, pasti akan merugikan dirinya.

Oleh karena itu, ia telah berusaha untuk undurkan diri.

"Kau sudah tidak ingat budi ayahmu, sudah tentu tidak dapat menyalahkan aku kalau akan membunuh kau." demikian Kun-liong Ong berkata, pecutnya bergerak menyerang Nie Soat Kiao dari berbagai penjuru.

Dalam keadaan agak gugup, Nie Soat Kiao terpaksa menggunakan senjata pusakanya untuk melindungi dirinya dan serangan pecut.

Kun liong Ong karena melihat Nie Suat Kiao kembali menggunakan senjatanya untuk melindungi diri, diam2 ia sudah memikirkan bagaimana harus mematahkan pertahanan Nie Suat Kiao.

Diam2 ia kerahkan kekuatan tenaga dalamnya ke jari tangan kiri. Ketika Nie Suat Kiao sedang repot menangkis serangan pecutnya, tiba2 angin menghembus keluar dari jari tangan kirinya kearah jalan darah 'Kian-kin hiat' dipundak kanan gadis itu.

Serangan itu dilancarkan sscara tidak terduga-duga. Ketika Nie Suat Kiao mengetahui, ternyata sudah terlambat. Dalam keadaan tergesa-gesa ia miringkan badannya untuk mengelakkan serangan tersebut.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang