Bab 46

2.2K 28 0
                                    

PEMUDA ITU tiba-tiba menatap wajah Nie Suat Kiao demikian rupa, lalu berkata sambil tertawa:

"Apabila ada gadis yang berparas seperti nona." Ia seperti merasa bahwa disitu masih ada Touw Thian Gouw dan Siang Koan Kie hinggaa tidak boleh mengeluarkan perkataan sembarangan, maka mendadak lalu bungkam.

Sesaat kemudian terdengar suata tertawanya Nie suat Kiao yang demikian mengiurkan, kemudian berkata:

"Dalam rumah besar ini apakah kecuali kalian ibu dan anak, masih ada orang tua lain yang tinggal?"

"Ada dua pegawai kebun, yang berdiam di dekat kandang kambing, tetapi kini masih belum pulang dari ladang, didalam rumah ini hanya tinggal kita ibu dan anak."

"Apakah kau bisa bawa aku menengok ibumu!"

Pemuda itu berpikir sejenak lalu berpaling mengawasi Touw Thian Goaw dan Siang-koan Kie dan kemudian berkata:

"Jikalau dua tuan ini pergi bersama-sama kita dalam rumah barangkali agak kurang enak!"

"Kalau begitu kalian tunggu disini saja." berkata Nie Soat Kiao kepada Siang-koan Kie, dan Touw Thian Gouw, kemudian berjalan bersama dengan pemuda itu masuk kerumah. Touw Thian Gouw yang menyaksikan dua orang itu sudah masuk kedalam rumah, diam2 baru berkata: "hem, bocah itu mencari mampus sendiri....."

Ia sebetulnya masih merasa sedikit simpati terhadap pemuda itu, selagi memikirkan caranya hendak menolong, karena menyaksikan kelakuannya itu, dalam hati timbul rasa mual, maka ia tidak mau ambil pusing lagi.

Tidak lama setelah Nie Suat Kiao masuk kerumah ia nampak Keluar lagi, dengan muka berseri-seri ia berkata: "Kalian boleh masuk!"

Siang-koan Kie lalu berjalan dengan tindakan lebar, Touw Thian Gouw mengikuti dibelakangnya, diam2 memperhatikan keadaan disekitarnya.

Disitu terdapat sebuah gedung besar dengan pekarangan yang luas, tembok2nya masih baru, agaknya belum lama dibangun, Touw Thian Gouw yang menyaksikan keadaan gedung itu, hatinya bercuriga, pikirnya: 'dalam perkampungan terpencil seperti ini, bangunan rumah yang sangat besar ini sesungguhnya jarang terdapat.'

Sementara itu ia sudah tiba didepan ruangan besar.

Pintu menuju keruangan itu tertutup rapat, juga tidak tampak seorangpun yang keluar menyambut. Menghadapi keadaan yang demikian, diam2 terkejut, ia mengkhawatirkan penghuni rumah itu sudah dibinasakan oleh Nie Soat-kiao.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka, Nie Suat Kiao muncul dari dalam. Pada saat itu dalam ruangan besar itu sudah terdapat sepuluh lebih laki2 berpakaian ringkas yang berdiri berbaris, mereka memberi hormat kepada Nie Suat Kiao.

Pemuda yang membuka pintu itu, berdiri diujung paling kanan, nampaknya ia seperti kepala dari rombongan orang2 itu.

Terkejut Touw Thian Gouw yang menyaksikan keadaan demikian, pikirnya; 'Kun-liong Ong benar2 seorang lihai, dipusatnya pengaruh orang2 pengemis, ia berani membangun rumah yang menyolok sebagai tempat untuk menjalankan perintahnya.'

Nie Suat Kiao dengan tindakan lambat2 berjalan menuju kesebuah kursi ditengah-tengah ruangan, sinar mata yang tajam, lambat2 mengwasi orang2 yang berdiri berbaris itu, kemudian bertanya:

"Dimamara sekarang jejak Kuncu keempat?"

Pemuda yang menyaru sebagai pemuda petani dan yang tadi membuka pintu segera menyahut, "Kami baru saja mendapat kabar, dari Sie-kuncu yang dikirim melalui burung merpati, mereka dengan rombongannya semua telah berada dalam pengintaian orang2 golongan pengemis, sebelum berhasil, menyingkirkan orang2 itu, tidak akan kembali....."

"Oh, ada kejadian serupa itu, mengapa orang-orang yang mengintai itu tidak lekas disingkirkan?" berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa dingin.

"Dalam suratnya Sie Kuncu sudah, berjanji nanti malam sebelum malam tiba ia akan bertindak, sekaligus hendak membasmi mata2 golongan pengemis itu, tadi aku sudah mengirim orang untuk memberi bantuan," berkata pemuda itu.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang