Bab 67

1.9K 36 0
                                    

MATA Kun-liong Ong terus ditujukan kepada Wan Hauw tanpa berkedip. Orang2 terkuat kenamaaan seperti Auw-yang Thong, Tiat-bok Taysu dan lain2nya, ia tidak pandang dimata, tetapi terhadap Wan Hauw dan Siang-koan Kie agaknya merasa sedikit jeri. Ia ingin supaya lekas dapat membinasakan dua pemuda itu, ketika melihat Wan Hauw melayang melalui diatas kepalanya, ia segera mengayunkan tangan kanannya, menyerang Wan Hauw dengan hebat.

Wan Hauw yang meskipun nampaknya ketolol2an, sebetulnya sangat gesit dan lincah gerak geriknya, meskipun berada ditengah udara, ia masih dapat memperhatikan keadaan disekitarnya, ketika melihat dirinya diserang oleh Kun-liong Ong, segera disambut dengan tangannya.

Tatkala dua kekuatan saling beradu, ia sudah melesat tinggi lagi dan kemudian melompat turun kedalam rombongan golongan pengemis.

Pada saat ia melayang turun, anak panah yang dilepaskan oleh orang2nya Kun-liong Ong menyebar dengan hebatnya, tetapi Wan Hauw sudah berhasil mengelakkannya, hingga tak sebatangpun yang mengenai dirinya.

Setelah berada ditanah mata Wan Hauw berputaran mengawasi setiap orang yang ada disitu, kemudian menghampiri Siang-koan Kie.

Pada saat itu Siang-koan Kie sudah diletakan ditanah oleh Nie Suat Kiao dan sedang diurut padanya.

Wan Hauw sambil berjongkok bertanya dengan suara cemas; "Nona Nie, apakah luka toako parah...."

Kie Suat Kiao segera menjawab:

"Tidak apa, beristirahat sebentar sudah baik kembali, ia telah bertempur melawan musuh2nya yang sangat tangguh, hingga dalam tubuhnya tergoncang."

Wan Hauw meskipun kalau bicara tidak terang, tetapi perkataan. orang lain dia mengerti seluruhnya. Sambil menganggukkan kepalanya ia mengulurkan tangannya untuk mengurut-urut dada Siang-Koan Kie.

Nie Suat Kiao yang dalam keadaan cemas hendak menolong jiwa Siang-koan Kie, meskipun dbawah matanya orang banyak, ia juga tidak memperdulikan kata2 orang lain, dengan sangat berani ia menyambut dan memeluk tubuh Siang-koan Kie, kemudian diurut-urut dadanya.

Setelah Wan Hauw datang barulah ia serahkan Siang-koan Kie kepadanya, kemudian per-lahan2 ia mengundurkan diri.

Wan Hauw mengangkat kepala memandang Nie Soat Kiao sejenak, kemudian berkata: "Nona Nie, tunggu sebentar."

Nie Suat Kiao agak tercengang, namun ia segera menghentikan tindakan kakinya. Wan Hauw kembali menundukkan kepala dan mengurut2 dada Siang-koan Kie lagi.

Pada waktu itu pengawal berbaju hitam Kun-liong Ong yang mengurung mereka, tiba2 bergerak mundur.

Majunya pasukan orang2 tadi bagaikan arus gelombang air laut, tetapi mundurnya juga bagaikan air ditiup angin sebentar saja sudah tidak tampak bayangannya.

Dalam tanah datar itu suasananya kembali sunyi senyap, darah merah dibawah sinar matahari seolah-olah memancarkan sinarnya yang mengerikan bangkai manusia bertumpuk2 dan berserakan di-mana2.

Auw-yang Thong yang menyaksikan pemandangai itu menarik napas panjang dan berkata; "Suatu pembunuhan yang sangat kejam."

Dari dalam kereta terdengar suara Teng Soan bertanya;

"Tuan2 siaotee ingin bertanya, apabila Kun-liong Ong, dengan anak buahnya yang berjumlah besar datang menyerang lagi, apakah masih mempunyai tenaga untuk melawan?"

Auw-yang Thong terkejut mendengar perkataan demikian, ia balik bertanya; "Sianseng, apakah maksudnya pertanyaanmu ini?"

"Ada satu hal, yang ternyata diluar dugaan siaotee apabila membuat satu kesalahan, mungkin mempengaruhi seluruh siasat kita."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang