Bab 83

1.9K 32 0
                                    

TOUW THIAN GOUW dengan tenaga sepenuhnya menahan serangan tombak pasukan berkuda itu.

Karena ia harus meghadapi banyak musuh, meskipun ia berhasil menggagalkan serangan pasukan berkuda tadi, tetapi lengan tangan kirinya sendiri terkena bacokan golok musuhnya.

Sebagai seorang Kang-ouw ulung, sekalipun dalam keadaan demikian berbahaya, sedikitpun tidak panik, dengan menahan rasa sakitnya, kakinya bergerak menendang orang yang menyerang dirinya, tidak ampun lagi orang itu terjatuh di dalam api.

Tiba2 terdengar suara Teng Soan: "Saudara Touw, hiante, kalian boleh menerjang keluar jangan hiraukan aku lagi."

Dengan cepat ia pentang kipasnya, dua orang berbaju hitam yang berada dekat dengannya telah roboh binasa tanpa mengeluarkan suara.

Siang-koan Kie mengamuk benar2, setiap kali pedangnya bergerak, selalu meminta korban.
Tetapi anak buah Kun-liong Ong itu semua agaknya tidak takut mati, setiap kali roboh seorang, dua orang segera maju lagi, dengan demikian hingga Siang-koan Kie repot sekali menghadapi musuh-musuhnya itu.

Keadaan Teng Soan semakin berbahaya, Touw Thian Gouw yang bertempur dalam keadaan luka hampir tidak sanggup lagi menghadapi musuh2nya, sisa dua orang. Lekas anak buah Kun-liong Ong, satu diantaranya binasa, musuh sisanya yang terakhir juga sudah roboh dalam keadaan terluka parah.

Teng Soan menghela napas, dari dalam sakunya ia mengambil sebutir pel, lambat2 dimasukan kedalam mulutnya, setelah itu ia mengangkat kipasnya ditujukan kepada dua pasukan berkuda yang hendak menyerang dirinya, dua buah jarum beracun yang sangat halus melesat keluar dari kipasnya, dan dua pasukan berkuda itu telah roboh binasa tanpa mengeluarkan suara.

Dengan tenang Teng Soan membersihkan pakaiannya, kemudian duduk lagi di tanah, asal ia menggigit pel yang berada dalam mulutnya, seketika itu juga jiwanya akan melayang, ia telah mengambil keputusan untuk menghabiskan jiwanya sendiri, karena ia tidak mau tertangkap hidup2 oleh Kun-liong Ong.

Teng Soan yang selalu ber-hati2 dan tak pernah gagal dengan rencananya, agaknya telah mengetahui bahwa rencananya ini akan gagal, andaikata ia mau dengar nasihat Siang-koan Kie, meninggalkan tempat itu diwaktu gelap, mungkin dapat menemukan jalan hidup, tetapi ia terlalu percaya kepada kepintarannya sendiri, dan kini terpaksa akan mangakhiri jiwanya sendiri dengan menelan pel beracun ...

Dalam saat yang sangat keritis itu, mendadak ia menyaksikan bahwa pasukan pengawal baju hitam yang mengurung Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw, telah mundur dalam keadaan kalut.

Di bawah sinar api, ia melihat Auw-yang Thong menyerbu pasukan orang berbaju hitam dengan badan mandi darah.

Dibelakangnya diikuti oleh Koan Sam Seng dan Hui Kong Leang.

Dua orang gagah itu badannya juga penuh darah, disini dapat diduga betapa hebat mereka telah bertempur melawan musuh-musuhnya.

Auw-yang Thong telah berada di dalam barisan segera menegur, "Sianseng, apakah kau baik2 saja?"

"Pangcu, hambamu baik," berkata Teng Soan sambil berdiri memberi hormat.

Auw-yang Thong berdiri sempoyongan, ia berkata sambil menengadah. "Terima kasih banyak2 kepada Tuhan Yang Maha Esa telah melindungi sianseng ..."

Tiba-tiba ia menyemburkan darah segar dari mulutnya.

Koan Sam Seng dengan cepat bertindak memberi pertolongan seraya berkata: "Pangcu, pangcu."

Auw-yang Thong perlahan2 mendorong Koan Sam Seng seraya berkata: "Jangan hiraukan aku, aku tidak apa2, aku dapat melihat lagi Teng sianseng, hatiku merasa sangat gembira ..."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang