Dua jam telah berlalu, napas Yi-feng yang tadinya sudah lemah dan tidak sadarkan diri, pelan-pelan mulai membuka matanya. Dia mulai merasa kalau dia berada di sebuah kamar yang langit-langitnya sangat tinggi. Tulang tangan dan kakinya serasa lepas dari tubuhnya. Dua tangan terasa panas di belakang tubuhnya secara perlahan bergerak, panas yang dikeluarkan dari telapak itu membuat tubuhnya terasa aneh. Dia tahu ada seorang pesilat tangguh sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk membantunya melancarkan aliran darah ke nadi-nadi yang ada di seluruh tubuhnya, tapi dia tidak tahu siapa orang itu, karena saat itu pikiran dan hatinya masih kacau. Dia masih berada dalam kabut kebingungan!
Kemudian dia mulai teringat kembali hal yang menimpa dirinya sebelum dia terluka. Karena itu dalam hati dia merasa aneh.
Selama beberapa hari ini, dia berada dalam keadaan tidak sadarkan diri, maka apa yang terjadi padanya dia tidak tahu. Sekarang dia mulai sadar, tapi tenaga dan pikirannya saat ini masih lemah. Terkadang dia masih tidak bisa memikirkan sesuatu.
Nyawanya masih bisa dipungut, dua luka berat yang didapatkan akibat bertarung melawan Sepasang Mayat Pencabut Nyawa, setelah melalui beberapa hari melakukan perjalanan ditambah dengan keadaan hatinya yang masih tertekan, maka saat dia berada di kamar Miao-ling, nyawanya hampir saja melayang.
Setelah San-xin-shen-jun melakukan beberapa pemeriksaan, ternyata luka Yi-feng lebih berat dari perkiraannya semula. Karena dia telah berjanji untuk mengobati luka Yi-feng maka dia pun mengeluarkan obat yang telah lama dikumpulkan dan menghabiskan waktu sangat lama untuk membuatnya.
Obat yang bernama 'Zai-zao-wan' ini dibuat untuk memperkuat nafas seseorang. Dan obat ini akhirnya bisa menolong nyawa Yi-feng, kemudian menghabiskan tenaga dalam San-xin-shen-jun untuk memperlancar nadi-nadi Yi-feng. Kecuali San-xin-shen-jun di dunia ini tidak ada orang yang bisa menarik nyawa Yi-feng yang hampir melayang. Yi-feng sendiri tidak tahu nasib baik apa yang ditemuinya, dia hanya merasa ada telapak tangan yang bergerak di tubuhnya, semakin lama gerakan tangan itu semakin cepat. Dari gerakan mengelus menjadi menepuk. Hanya dalam waktu singkat, nadi yang berjumlah 108 semua telah ditepuk. Lalu Yi-feng memuntahkan dahak yang telah bercampur dengan darah.
Sewaktu San-xin-shen-jun berhenti bergerak, tampak keningnya berkeringat deras. Dia duduk bersila tidak bergerak. Kemudian dia memejamkan kedua matanya, memulihkan tenaganya , yang telah terkuras banyak demi menolong Yi-feng.
Kamar itu sepi, Biksu Miao-ling berdiri dengan lesu, wajahnya menyaratkan kesedihan, dia diam seperti patung, berdiri dengan kaku.
Tuan Jian pun duduk dengan diam. Wajahnya terlihat datar, tapi dari tangannya yang mengepal erat, terlihat kalau orang yang berilmu silat tinggi ini pikirannya sedang bergejolak.
Sun-ming terus melihat San-xin-shen-jun yang sedang menolong orang yang telah berbudi kepadanya. Sampai Yi-feng sadar dan memuntahkan darah serta dahak, dia baru berani menghembuskan nafas panjang.
Ling-lin yang lukanya lebih ringan sesudah minum obat pemberian San-xin-shen-jun. Sekarang dia tertidur dengan pulas, wajahnya yang cantik mulai menjadi merah.
Yang terluka semakin membaik, hati Sun-ming mulai terasa lega, begitu dia menolehkan kepala untuk melihat, dia melihat wajah Tuan Jian, dia merasa lebih terkejut!
Walaupun dia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada orang yang berilmu tinggi itu, tapi dia tahu kalau Tuan Jian pasti sedang menghadapi kesulitan, dia ingin dan berharap mempunyai kesempatan membantu kesulitan Tuan Jian.
Setelah lama, kamar itu seperti baru terbangun dari rasa sepinya.
San-xin-shen-jun turun dari tempat tidur, sorot matanya sudah kembali seperti semula, setelah menghabiskan tenaga dalam cukup banyak, dia masih terlihat begitu bersemangat, dari sini dapat diketahui kalau dia mempunyai ilmu tinggi.
Pelan-pelan dia berjalan mendekati Tuan Jian, dia melihat Tuan Jian dengan pandangan berat dan berkata:
"Kita sudah puluhan tahun berteman, aku tahu seperti apa yang disebut sebagai Tuan Jian, menghadapi situasi seperti ini kau pasti menemui kesulitan besar, tapi mungkinkah kau tega melihat nyawa ratusan orang melayang begitu saja?"
Sun-ming berjalan mendekati tempat tidur, melihat mata Yi-feng yang terpejam rapat, dia seperti sedang tertidur nyenyak. Begitu Sun-ming mendengar perkataan San-xin-shen-jun, dia segera berkata:
"Sesuai perkiraan Tetua tadi, orang yang mengaku sebagai ketua Tian-du-jiao pasti mempunyai obat penawarnya, mengapa kita tidak memaksanya keluar dan memberikan obat penawarnya?"
Dengan dingin San-xin-shen-jun menjawab: "Siapa ketua Tian-du-jiao, sampai sekarang kita tidak tahu, kecuali kalau dia muncul dengan sendirinya. Kalau tidak entah ke mana kita harus mencarinya?"
San-xin-shen-jun menarik nafas lagi:
"Tapi nyawa ratusan murid Zhong-nan-pai dalam bahaya, kalau kita terus menunggu mereka, walaupun menunggu sehari saja, akan banyak nyawa yang melayang. Nyawa setiap manusia sangat penting, kalau putra atau putrimu terkena racun, kau tidak akan bisa bicara seperti itu!"
Suaranya terdengar serius dan besar, Sun-ming menundukkan kepalanya karena malu, dalam hati dia memarahi dirinya sendiri, dia tidak marah kepada San-xin-shen-jun karena menegur-nya dengan kata-kata berat, karena kata-kata yang diucapkannya sangat masuk akal.
Wajah Tuan Jian terlihat lebih serius lagi, tiba-tiba dia membuka mata dan berkata:
"Jangan salahkan aku karena tidak berperasaan. Aku dan Kakak Yu-ji telah lama berteman, masa aku tidak memperhatikan keselamatan murid-muridnya? Nyawa yang harus ditolong begitu banyak, walaupun bukan Zhong-nan-pai yang terkena musibah aku akan tetap menolong mereka, apalagi ini menyangkut hidup dan matinya Zhong-nan-pai, tapi... "
Dia menarik nafas panjang, kedua matanya dipejamkan kembali, Biksu Miao-ling yang sejak tadi diamm tiba-tiba berkata:
"Tadi Paman Guru Jian mengatakan kalau ada seseorang yang mengalami kesedihan sama
seperti tetua yang mempunyai ilmu silat tinggi itu, maka dia bisa bisa mendapatkan kitab dan obat
itu, apakah Paman Guru Jian bisa menceritakan tentang kesedihan tetua ini? Mungkin saja "
Tuan Jian mengibaskan tangannya, melarang Miao-ling terus bicara, wajahnya terlihat sedih, pelan-pelan dia berkata:
"Tetua pemilik ilmu tinggi itu, tenaga dalamnya telah mencapai puncak, dan tubuhnya menjadi
tubuh yang tidak bisa ditembusi senjata, selama ratusan ini dia sangat terkenal, hanya saja "
Dia menarik nafas lagi:
"Entah mengapa semasa tuanya, dia malah menikahi seorang gadis dan gadis itu melahirkan seorang putra untuknya."
Sun-ming melihatnya, hatinya tergerak, Tuan Jian berhenti bicara sebentar, lalu pelan-pelan melanjutkan kembali:
"Tetua pemilik ilmu silat tinggi itu, dalam rapat Jun-shan telah menolong semua pendekar
Zhong-yuan yang terkena racun, maka dia mendapat julukan dewa terhormat, di dunia persilatan
semua masalah yang terjadi asalkan dia yang bicara dan turun tangan, pasti akan segera beres.
Ini dikarenakan semua orang ingin membalas budinya, tapi terakhir "
Sewaktu Tuan Jian bercerita, beberapa kali dia berhenti bicara, sepertinya hatinya terus bergejolak. Banyak hal yang sulit untuk diungkapkan, akhirnya dia bicara lagi:
"Istrinya menggunakan nama baiknya, dia memakai topeng dan menggunakan ilmu yang diajarkan oleh suaminya, melakukan hal yang membuat Tuhan tidak mengijinkan siapa pun untuk melakukannya Perbuatannya membuat orang-orang menjadi marah. Awalnya orang dunia persilatan masih teringat pada budi sang suaminya, tapi lama-kelamaan mereka tidak tahan lagi. Wibawa yang sudah lama dibangun oleh tetua itu dalam waktu 3 tahun dihancurkan oleh istrinya sendiri!"
Hari sudah larut, tapi orang yang berada di kamar itu masih dengan sepenuh hati mendengar cerita Tuan Jian, mereka tidak merasa lelah.
Dari tempat tidur terdengar nafas seseorang yang berat, di luar jendela angin berhembus terus Tuan Jian melanjutkan lagi: "Kemudian istri tetua itu takut kalau perbuatannya akan diketahui suaminya, maka dia telah pergi meninggalkan Tiongkok dia pergi ke tempat seorang siluman, lalu menjadi istri muda siluman itu. Hati tetua ini menjadi terluka, tapi dia tidak ingin membalas dendam kepada istrinya. Karena dia menganggap kalau perasaan tidak bisa dipaksakan. Dalam kesedihannya dia melimpahkan kasih sayangnya kepada anak tunggalnya."
Sun-ming menghela nafas, Biksu Miao-ling dan San-xin-shen-jun pun demikian, mereka seperti melihat seorang tua yang sedih dan sedang menuntun seorang putra, berdiri di depan mereka saat ini.
Tuan Jian membalikkan badan, melihat ke dinding kosong, dia meneruskan kembali katanya: "Karena tidak ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, maka orang persilatan terus menghinanya, menganggap dia bukan orang berhargaa lagi. Isu tidak enak terus menggoncangkan dunia persilatan, ada beberapa pendekar yang 'berniat menyatukan semua pendekat tangguh untuk membalas dendam kepada tetua itu."
"Kemudian putra satu-satunya dari tetua itu ternyata juga telah salah paham kepada ayahnya. Suatu malam saat terang bulan, dia membuat pernyataan kalau tetua itu bukan ayahnya lagi!"
Sun-ming menghapus air matanya. Tuan Jian melanjutkan kembali ceritanya: "Tetua berilmu tinggi itu dan hati penuh luka, ditambah dengan pukulan yang datang dari putranya sendiri, membuatnya menjadi tidak waras, dari tempat persembunyiannya dia kembali ke dunia persilatan. Tapi orang persilatan begitu melihat sosoknya mereka langsung menghinanya dari jauh. Sampai perampok-perampok besar pun tidak sudi bergaul dengannya, kemudian... "
Dia terbatuk ringan, seperti ingin menutupi kesedihannya:
"Tetua berilmu tinggi itu marah, ditambah dia sudah tidak waras, akhirnya dia membunuh Jin-ling-san-jie (3 orang terkenal dari Jin-ling), karena mereka yang paling sering menghinanya, begitu darah mengotori tangannya, dia baru sadar dari pikiran kacaunya, tapi kesalahan itu sudah terjadi. Karena Jin-ling-san-jie adalah orang terkenal dalam membela keadilan dan kebenaran. Setelah mereka mati dunia persilatan menjadi marah karenanya."
"Di dunia ini yang paling menyedihkan adalah difitnah dan tidak ada tempat untuk meminta keadilan."
Semua orang di dalam kamar mendengar cerita itu dengan hati berat. Wajah San xin shen-jun terlihat lebih sedih lagi.
Tuan Jian pun kembali meneruskan ceritanya:
"Tetua berilmu silat tinggi itu sadar kalau semuanya tidak akan bisa diselesaikan dan dijelaskan, apalagi dia masih sangat mencintai istrinya, dia pun tidak mau menjelaskan keadaan sebenarnya. Demi menghindari pertumpahan darah, akhirnya dia memutuskan tinggal di tempat terpencil, hanya saja dia bukan orang yang dulu lagi."
"Dia sangat kecewa, istrinya pergi meninggalkannya, demikian pula dengan putranya, tidak ada seorang pun yang tahan dengan keadaan seperti ini, karena itu dia pun menulis sebuah kitab, mencatat semua ilmu yang dimilikinya, serta sebutir obat bernama 'Du-long-wan', yang siap dia berikan pada putranya juga obat penawar dari racun 'Chu-gu-sheng-shui'. Semua itu dikuburnya di daerah di perbatasan Yun-nan."
"Semenjak putranya pergi meninggalkannya, dia berkelana di dunia persilatan, dia tahu di mana ayahnya berada saat ini. Menurut orang-orang darah lebih kental daripada air, maka dia pun memutuskan untuk mencari ayahnya. Tapi tetua berilmu silat tinggi ini menepak nadi di kepalanya sendiri, dia memutuskan membunuh diri, tapi sebelum dia mati, dia masih sempat bertemu dengan putranya untuk terakhir kalinya."
Cerita ini membuat Sun-ming terus meneteskan air matanya.
Biksu Miao-ling mengatupkan kedua tangannya untuk menghormati tetua itu dan merasa turut berduka cita.
Tuan Jian dengan sedih berkata lagi: "Tetua berilmu tinggi itu sebelum meninggal masih mempunyai tenaga kuat, mungkin semua ini disebabkan karena masalah berat yang menimpanya sehingga membuatnya lebih kuat dan tegar. Dia masih sempat berpesan kalau di dunia ini ada orang yang hidupnya tersiksa sama seperti dirinya namun mempunyai cita-cita yang belum diselesaikan, silakan pergi ke perbatasan Yun-nan tepatnya di Gunung Wu-liang untuk mengambil benda-benda yang dikuburkannya di sana."
"Karena tempat di mana dia menyembunyikan benda-benda itu, hanya diketahui oleh putranya sendiri, dan pesan terakhir yang ditinggalkannya adalah untuk putranya sendiri."
"Setelan putra tunggalnya melihat keadaan ayahnya seperti itu, hatinya bertambah pedih, melihat wajah ayahnya yang telah meninggal saat berada dalam sebuah gua, terus membayang di benaknya. Selama 3 tahun dia duduk menghadapi dinding gua, semua itu dia lakukan untuk menebus dan menyesali semua perbuatannya."
"Kemudian dia pun menutupi gua itu, membiarkan mayat ayahnya di sana supaya tidak diganggu oleh orang-orang lagi, lalu... "
Tuan Jian membalikkan tubuhnya, mata-nya seperti tertutup oleh sebuah kabut tipis, apakah itu adalah pantulan dari air matanya ataukah air matanya yang menetes?
Dia berkata lagi:
"Kalian adalah orang dunia persilatan, apakah kalian tahan melihat ada orang seperti tetua ini yang keadaannya mengenaskan seperti itu? Mana mungkin aku.. "
Tiba-tiba dia menghentikan ucapannya, kamar sepi seperti kuburan, lalu dia pun menghela nafas:
"Tidak perlu kukatakan lagi, kalian pasti sudah bisa menebak, tetua berilmu tinggi itu tidak lain adalah ayahku sendiri, aku adalah putranya yang penuh dengan dosa, dalam keadaan seperti itu apakah aku bisa melanggar pesan terakhir ayahku dengan mengatakan tempat di mana dia menyembunyikan obat penawarnya?"
"Selama puluhan tahun aku menutup nama dan margaku, lalu berkelana di dunia persilatan, , maksudku tidak lain adalah mencari seseorang yang nasibnya sama seperti ayahku, nasib yang begitu menyedihkan. Di dunia ini orang yang mengalami kesulitan sangat banyak, tapi sampai saat ini aku belum menemukan seseorang yang nasibnya lebih menyedihkan dari ayahku."
0-0-0
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
General FictionDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...