96. Jago Tian-long

1.4K 32 0
                                    

Tuan Jian tiba-tiba muncul.
Pakaian panjangnya yang berwarna putih tampak berkibar, wajahnya tampak sangat serius, dibandingkan 3 tahun lalu ketika bertemu di Jun-shan, dia tidak berubah banyak. Ling-lin sudah menuntun Zhong-jie untuk mendekat dan berkata: "Jie-er! Mari bertemu Kakek Guru Jian!"
Melihat Zhong-jie, wajah Tuan Jian berseri-seri. Mereka telah berpisah selama 10 tahun lebih, tidak disangka Ling-er yang polos sudah mempunyai seorang putri yang sudah tumbuh besar.
Biasanya saat Zhong-jie berlatih silat selalu mendengar ibunya menceritakan tentang Tuan Jian. Dalam hati dia ingin sekali bertemu dengan orang aneh dan misterius itu, maka dia segera berlutut dan dengan hormat bersujud tiga kali di hadapannya.
Tuan Jian segera memapah Zhong-jie. Sambil tertawa dia berkata:
"Kakek guru tidak mau gratis menerima sujudmu, mulai besok kakek guru akan mengajarmu beberapa jurus silat."
"Apakah guru tidak akan pergi lagi?" Ling-lin bertanya dengan senang.
Tuan Jian mengangguk. Dia mendekati Sun-ming dan memberi hormat:
"Semenjak berpisah 10 tahun lalu, tidak disangka kita masih bisa bertemu " dia menghela
nafas.
Tarikan nafas itu, apakah karena waktu begitu cepat berlalu? Atau karena dia menahan perasaannya di dalam hati.
Akhirnya sorot mata itu melihat wajah Sun-ming dan bertanya: "Apakah keponakan Zhong ada di rumah?" Wajah Sun-ming berubah:
"Bukankah 3 tahun yang lalu Jing-er sudah bersamamu?"
"Siapa yang berkata seperti itu?"
"Aku yang mengatakannya," jawab Ruan-wei.
Karena dia sudah tidak berhubungan dengan biksu harimau, maka dia tidak begitu sungkan kepada Tuan Jian. Sorot mata Tuan Jian yang tajam melihat Ruan-wei. "Sepertinya aku kenal dengan Tuan ini," kata Tuan Jian.
"Guru, dia mengatakan ketika Guru berada di Jun-shan Guru dipukul sampai terluka, sungguh dia bicara sembarangan!" kata Ling-lin.
"Benar, seumur hidupku, ini pertama kalinya aku terluka." Ling-lin menundukkan kepala.
"Apakah Jing-er yang menggendong Guru turun dari gunung?" tanya Sun-ming. "Betul, jika bukan karena keponakan Zhong-jing, mungkin hari ini aku tidak bisa datang kemari malah terkubur di Jun-shan!"
"Kalau begitu... begitu " kata Sun-ming.
Tiba-tiba Tuan Jian seperti teringat sesuatu dan bertanya pada Ruan-wei: "Apa margamu?"
Dengan tegas Ruan-wei berkata, "Margaku Ruan." Dia ingin mengatakan kalau marganya Lu, tiba-tiba dia enggan memberitahukannya. Tuan Jian tertawa dingin:
"Sebetulnya kau masih sangat muda, mengapa kau berdandan menjadi orang dewasa?" Diam-diam Ruan-wei mengagumi penglihatan Tuan Jian yang tajam, tapi dia tetap dengan angkuh menjawab:
"Ini adalah urusanku, Tuan tidak perlu tahu apa alasannya."
"Tiga tahun yang lalu aku bertarung dengan murid musuh ayahku di Jun-shan, akhirnya dua-
duanya terluka. Keponakan Zhong-jing menggendongku turun gunung untuk berobat. Begitu
lukaku sembuh, karena aku ada perlu, aku harus pergi ke Yun-nan dan keponakan Zhong-jing
mengkhawatirkan keadaan rumah maka dia tergesa-gesa pulang "
Ling-lin berteriak, Sun-ming menarik nafas, karena tidak tahu apa sebabnya, Tuan Jian dengan kebingungan melihat mereka. Dia berkata lagi:
"Ketika kami bertarung di Jun-shan, hari: ketiga datang seorang remaja berusia sekitar 14
tahun, dia seperti kenal dengan keponakan Zhong. Di dunia ini hanya mereka berdua yang tahu
aku bertarung dengan biksu India hingga terluka. Sekarang "
Sorot mata Tuan Jian seperti api melihat Ruan-wei:
"Dia tahu aku terluka dan wajahnya sangat mirip dengan wajah remaja itu, tapi mengapa kau harus mengubah wajahmu dengan keterampilan mengubah wajah?"
Sun-ming menangis, Zhong-jie terus menggoyang-goyang tangan neneknya:
"Nek! Nenek!... "
Tuan Jian berjalan ke depan Sun-ming, dengan pelan dia bertanya: "Kau... kau... mengapa menangis?"
"Sudah tiga tahun... Jing-er... tidak pernah pulang " Sun-ming terus menangis.
Wajah Tuan Jian berubah. Dengan terkejut dia berkata:
"Apa? Mengapa keponakan Zhong-jing tidak pulang?" dia melihat Ling-lin dengan sorot bertanya.
Ling-lin menundukkan kepala. Tuan Jian sudah bisa menebak diam-diam berpikir, 'Mengapa dia tidak peduli kepada keponakan Zhong-jing, tidak peduli, dia hidup atau mati? Jika dia perhatian kepada suaminya mengapa dia tidak terlihat sedih?"
Sun-ming memegang tangan Zhong-jie dengan sedih berkata:
"Jing-er seumur hidupnya selalu susah, sekarang entah apakah dia masih hidup atau sudah mati, harus bagaimana kita sekarang?"
"Apakah tiga tahun ini tidak terdengar kabar beritanya?" tanya Tuan Jian.
"Tiga tahun yang lalu, Jing-er melihat kau muncul di Wan Nan, dia merasa sangat berterima
kasih kepadanya karena 13 tahun yang lalu kau telah mengobatinya dan juga mengembalikan ilmu
silatnya, maka dia ingin pergi ke Wan-nan untuk mencarimu. Dia mengatakan jika bukan jasa
Tuan Jian, sampai sekarang dia pasti masih seperti orang cacat. Maka walau bagaimanapun dia
ingin bertemu denganmu untukmembalas budimu "
Tuan Jian menarik nafas: "Karena keinginan keponakan Zhong-jing membalas budi, membuat Tuhan mengaturnya pergi ke Wan-nan. Dan karena dia pergi ke Wan-nan, dia menolong nyawaku!"
Sun-ming menyambung lagi: "Setelah itu hampir dua tahun Jie-er tidak pulang. Aku dan Ling-er
setiap hari mengkhawatirkannya. Kami dua orang perempuan kemana bisa mencarinya? Kami
sudah tidak tahan dan memberitahukan kepada ketua Zheng-yi-bang "
Ruan-wei baru mengerti, berpikir, 'Ternyata ketua Zheng-yi-bang muncul di sini dan membuat orang-orangTian-zheng-jiao mencari tahu. Ternyata orang-orang Zheng-yi-bang datang untuk mencari Paman Zhong. Tapi mengapa setelah minta bantuan perkumpulan yang begitu terkenal mencari Paman Zhong, tetap tidak berhasil menemukan Paman Zhong? Apakah benar Paman Zhong sudah mati?... "
Alis Tuan Jian terangkat:
"Katanya 10 tahun lebih ini Zheng-yi-bang yang dipimpin Lu Nan-ren sudah berbuat banyak kebaikan untuk dunia persilatan dan sudah banyak mendapatkan pahala maka wibawa perkumpulan ini semakin kuat."
Sun-ming menarik nafas, khawatir:
"Sudah hampir dua tahun lebih Lu Nan-ren mencari hingga ke semua penjuru tapi tetap tidak
berhasil menemukan jejak Jing-er "
Dengan terkejut Tuan Jian berkata:
"Apakah keponakan Zhong-jing terkena musibah "
"Sepertinya begitu, kalau tidak mengapa Zheng-yi-bang tidak bisa menemukan jejak Jing-er?"
Sun-ming menjawab dengan pelan. Dengan sedih Tuan Jian berkata: "Di Yun-nan di buku-buku
peninggalan ayahku, aku menemukan semacam golok yang hanya bisa dipakai menggunakan
tangan kiri. Aku datang kemari bermaksud mengajarkannya ilmu golok tangan kiri kepada
keponakan Zhong-jing agar dia bisa berkelana di dunia persilatan, tapi... hhhh "
Dengan nada marah Tuan Jian berkata lagi:
"Seseorang tanpa alasan sudah mengubah dirinya, hal ini membuat orang curiga dan orang ini yang terakhir bertemu dengan keponakan Zhong-jing, entah apa yang sedang direncanakan di dalam hatinya?"
Dengan angkuh Ruan-wei berkata:
"Jika bicara mengenai kehilangan Paman Zhong berhubungan dengan orang terakhir yang bertemu dengannya, sayang orang yang terakhir bertemu dengan Paman Zhong bukan aku. Orang
yang terakhir bertemu dengan Paman Zhong seharusnya bisa menjelaskan tentang hilangnya Paman Zhong." sudah pasti kata-kata Ruan-wei ditujukan kepada Tuan Jian.
Tuan Jian adalah seorang pesilat terkenal yang pasti sifat menahan dirinya sangat kuat. Tapi setelah mendengar kata-kata ini, wajahnya berubah.
"Sebenarnya apa margamu?" tanya Ling-lin tiba-tiba
Ruan-wei menganggap Ling-lin adalah perempuan tidak baik. Mana ada seorang istri tidak mempedulikan keselamatan suaminya sendiri, karena itu dia tidak menyukai Ling-lin dan tidak sudi menjawab pertanyaannya.
Dengan lembut Sun-ming bertanya:
"Hari ini kau datang ke rumah kami apa yang ingin kau sampaikan?"
Ruan-wei merasa Sun-ming memang harus dihormati, maka dengan sopan dia menjawab:
"Secara kebetulan aku mengenal Paman Zhong. Setelah berpisah di Jun-shan karena aku harus mengurus seorang tetua yang terluka parah karena bertarung maka kami pun berpisah. Setelah tetua ini sembuh dia menitipkan pesan kepada Paman Zhong. Inilah sebabnya mengapa aku datang. Aku bukan datang karena tidak ada hal penting." Kalimat terakhirnya seperti menjawab pertanyaan Tuan Jian.
Pelan-pelan Ruan-wei berkata kepada Sun-ming:
"Tetua itu menitipkan pesan kepadaku bahwa tiga tahun kemudian di Jun-shan, dia akan bertarung lagi dengan Tuan Jian untuk menentukan kemenangan. Untung masih ada tenggang waktu setengah tahun lagi akhirnya aku bisa menyampaikan pesan ini dan tidak terlambat."
"Biksu harimau bisu dan tuli itu masih tidak puas. Saat itu kita akan bertemu di Jun-shan!" Tuan Jian membalikkan kepala dengan penuh arti melihat Ruan-wei dan berkata, "apakah kau sudah menerima kebaikan dari biksu harimau?"
Ruan-wei mengangguk:
"Benar, biksu itu telah memberiku banyak kebaikan." Dia berhenti sebentar lalu melanjutkan lagi, "menurutku jika dua harimau bertarung pasti ada salah satu yang kalah. Lebih baik Tuan Jian jangan pergi ke Jun-shan. Dengan begitu dua tetua bisa menghindari pertarungan yang membuat salah satu terluka atau bahkan mati."
"Kau benar-benar pintar, ingin membuatku mengakui kekalahan dan menyuruhku tidak menepati janji. Sepertinya biksu harimau bisu dan tuli itu benar-benar telah memberimu banyak kebaikan."
"Bagaimana hasil pertarungan di Jun-shan? Ada pepatah mengatakan jika bisa memaafkan orang, maafkanlah orang itu. Dengan menahan diri bukankah menguntungkan dua belah pihak?" kata Ruan-wei.
"Jika kau tidak memberitahu janji pertarunganku dengan biksu harimau, bukankah akan menjadi seperti yang kau inginkan?" tanya Tuan Jian. Dengan serius Ruan-wei menjawab:
"Pesan orang lain harus disampaikan dengan baik, mana boleh menjadi orang yang tidak bertanggung j awab?"
"Jika hari ini kau tidak bertemu denganku, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Tuan Jian sambil tertawa.
Ruan-wei benar-benar tidak suka, dengan lantang dia menjawab:
"Jika tidak bertemu dengan Tetua, aku akan mencari Paman Zhong. Di mana pun dia berada, aku akan memberitahu janji pertarungan di Jun-shan. Jika tidak berhasil menemukan Paman Zhong, aku akan pergi ke Jun-shan untuk meminta maaf kepada tetua harimau."
Tuan Jian mengangguk:
"Kebaikan yang diberikan biksu harimau tidak sia-sia. Kalau begitu, kau nasehati biksu harimau untuk membatalkan janji pertarungan di Jun-shan, aku akan menurunkan semua ilmu silatku kepadamu."
Segera Ling-lin ikut menasehati:
"Terimalah syarat dari guruku. Kau harus tahu ilmu silat ketua Zheng-yi-bang yang terkenal itu berasal dari guruku." Ruan-wei marah:
"Kalian menganggap Ruan-wei itu siapa? Walaupun kau ingin melatihku menjadi orang nomor satu di dunia persilatan, aku tidak akan mau menjadi orang kerdil." Setelah itu dia melangkah keluar. Dengan marah Tuan Jian membentak: "Tunggu! Kau sudah berani berbuat tidak sopan kepadaku!"
Ruan-wei sudah hampir keluar dari ruangan, mendengar teriakan itu, dengan marah dan angkuh dia berkata:
"Kata-kataku sudah selesai, aku tidak perlu tinggal di sini lagi, lebih baik aku pergi." Dengan dingin Tuan Jian berkata:
"Dengan nama besarku di dunia persilatan, aku menyuruhmu tidak boleh pergi. Kau harus menurut!"
Sun-ming mengerutkan alis, 'Mengapa hari ini Tuan Jian berubah? Mengapa dia berkata seperti
itu?"
Zhong-jie dengan manja berkata:
"Kakek Guru, biarkan Kakak Ruan pergi dari sini!"
"Jie-er, jangan ikut campur!'' bentak Ling-lin Dengan nada membangkang Ruan-wei berkata: "Jika aku mau pergi tidak ada seorang pun yang bisa melarangku."
Tiba-tiba dari pekarangan terdengar suara yang kuat berkata, "Harap semua yang ada di dalam rumah keluar!"
Kata-katanya begitu sombong membuat orang-orang yang ada di dalam rumah terkejut.
Sebagai tuan rumah, Sun-ming langsung keluar. Tiba-tiba tubuhnya seperti tersengat listrik, dia
mundur beberapa langkah. Dengan wajah pucat dia berkata:
"Pembunuh! Pembunuh "
Ling-lin dengan cepat mendekati ibunya. Begitu melihat siapa orang yang dilihat ibunya, dia segera mengangkat alis, wajah penuh aura membunuh segera terlihat. Tuan Jian segera berkata: "Siapa yang datang, Ling-er?"
"Pembunuh ayahku!" Sun-ming menangis tersedu-sedu: "Almarhum suamiku mati di tangan
mereka "
"Nenek, jangan menangis, Xiao Jie akan membalaskan dendam kakek!" hibur Zhong-jie "Kau masih kecil, mana bisa melawan musuh yang begitu kuat," Ling-lin berteriak. Zhong-jie berhenti melangkah, dia cemberut, pedangnya terus diacung-acungkan karena marah.
Suara dari pekarangan terdengar lagi:
"Apakah tidak ada yang berani keluar untuk melawanku?"
Terdengar suara tajam berkata: "Da-ge, biar mereka mau keluar atau tidak, kita bakar saja rumah ini!"
Sun-ming berusaha untuk tenang. Dari dalam rumah dia mengeluarkan dua buah pedang. Yang satu dilemparkannya kepada Ling-lin. Wajahnya dingin seperti es, dia berpesan:
"Xiao Jie, kau tetap di dalam rumah, jangan keluar! Ling-er, kita lawan orang itu!"
Mereka berdua berjalan sampai di depan pintu, Tuan Jian tetap diam di tempatnya, sepertinya pertarungan ini tidak ada hubungan dengannya. Ling-lin merasa aneh:
"Ada apa dengan guru? Dia tampak tidak peduli dengan dendam muridnya sedikit pun?"
Hal ini membuat Ruan-wei yang berdiri di pinggir merasa marah. Dalam hati berpikir, 'Masa membiarkan dua orang perempuan bertarung dengan pesilat tangguh...ketua baju emas Tian-zheng-jiao!"
Maka dia segera mencegah Sun-ming dan Ling-lin. Dengan hormat dia berkata:
" Biar aku yang bertarung dengan mereka. Jika aku kalah melawan mereka, baru kalian
keluar. Biar aku menyumbang sedikit tenaga."
Sun-ming terharu dan menangis melihat remaja yang membela keadilan. Dengan penuh
berterima kasih dia berkata:
"Tidak... tidak "
Ling-lin tertawa dingin:
"Anak muda, jangan tidak tahu diri, apakah kau kira sanggup melawan Qi-ling-fei-hong dan Wan-du-tong-zi?"
Ternyata orang yang ada di pekarangan adalah orang Tian-zheng-jiao yang paling mempunyai nama, Wan-du-tong-zi, Tang-geng (Anak beracun Tang-geng). Qi-ling-fei-hong Yin Bao-lin (Tujuh pelangi terbang).
Ruan-wei dengan suara keras berkata:
"Asal aku tahu lawanku bukan orang baik-baik, walaupun dia mempunyai ilmu silat setinggi apapun, aku tetap akan bertarung dengannya." Ling-lin berkata dengan dingin:
"Kau benar-benar tidak tahu diri, kasihan ayah ibumu yang telah membesarkanmu, cepat minggir!"
Dengan penuh air mata Sun-ming berkata: "Kebaikanmu akan kami ingat seumur hidup. Almarhum suamiku mati di tangan dua penjahat itu, kali ini aku harus membunuh mereka dengan senjataku sendiri."
"Aku memang tidak tahu diri, tapi aku dan Paman Zhong adalah sahabat baik, biar aku yang pergi ke sana melawan mereka sehingga harga diri mereka lenyap!"
Terdengar di pekarangan ada yang sedang menyalakan api. Begitu terdengar Ruan-wei, dengan cepat dari sebuah kantong kecil dia mengeluarkan Wu-mang-zhu dan melemparkan dengan sangat cepat, membuat siapa pun tidak sempat melihatnya.
Di pekarangan terdengar suara teriakan berturut-tirut sebanyak lima kali. Lima orang Tian-zheng-jiao yang berniat membakar rumah sudah terkena lemparan Wu-mang-zhu.
Setelah Wu-mang-zhu dilemparkan, Ruan-wei berlari keluar. Sun-ming ingin melarangnya tapi Tuan Jian berkata dengan suara kecil:
"Biarkan dia pergi!"
Tidak tampak Tuan Jian bergerak, tahu-tahu dia sudah berada di sisi Sun-ming:
"Dia adalah anak muda yang senang menolong orang, apakah dia adalah putra Lu Nan-ren?"
Dia bicara seperti itu karena wajah dan sifat Ruan-wei sangat mirip dengan Lu Nan-ren.
"Apakah lemparan senjata rahasia tadi, ilmu dari Xiao San-ye?"
Tuan Jian mengangguk:
"Wu-mang-zhu hanya dibuat oleh Xiao Lao-san dengan cara handal."
"Kalau begitu dia pasti putra kandung Kakak Nan!"
Setelah Ruan-wei tiba di pekarangan, di bawah tergeletak lima orang laki-laki hitam, mata
mereka melotot tapi tidak bisa bergerak. Di depan masih berdiri dua orang dengan penampilan
sangat aneh.
Yang satu kurus dan tinggi. Tingginya mengejutkan orang, juga hitam. Yang satu adalah pak tua pendek berwajah merah.
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Pak tua berwajah merah ini pasti orang yang telah membuat orang dunia persilatan takut kepadanya dan selalu menggunakan racun lihai, Wan-du-tong-zi, sedangkan yang satu lagi adalah Qi-ling-fei-hong."
Dengan suara rendah Wan-du-tong-zi tertawa:
"Cara Tuan melepaskan senjata rahasia benar-benar menunjukkan bakat orang terkenal." Dengan suara melengking Qi-ling-fei-hong berkata:
"Apakah hanya memiliki sedikit ilmu ini kau sudah berani datang bertarung dengan kami? Lebih baik cepat pergi dari sini mumpung masih ada waktu." Ruan-wei tidak takut:
"Hutang uang dibayar uang, membunuh orang dibayar dengan nyawa. Kalian berdua telah membunuh orang juga menganggu ketentraman dunia persilatan, apakah kalian tahu hukuman Tuhan tidak akan bisa kalian hindari?"
Wajah merah Wan-du-tong-zi seperti bayi yang selalu tertawa:
"Kata-kata Tuan membuatku merasa aneh."
"Kalian datang mau apa?" selidik Ruan-wei.
"Membunuh orang! Orang Tian-zheng-jiao membunuh orang tidak pernah berpikir apakah dia akan dihukum Tuhan atau tidak!" jawab Qi-ling-fei-hong dengan suara seram. "Kalian ingin membunuh siapa?" tanya Ruan-wei.
"Semua orang yang ada di rumah ini akan kami bunuh, termasuk anjing dan ayam." Walaupun Wan-du-tong-zi mengeluarkan kata-kata begitu sadis tapi dia tetap tertawa.
"Apakah kau tahu di rumah itu siapa yang tinggal?" tanya Ruan-wei. Qi-ling-fei-hong tertawa:
"Tidak peduli siapa pun dia, asalkan dia kenal dengan ketua Zheng-yi-bang harus kami bunuh!" "Bagaimana denganku?" tanya Ruan-wei.
"Apakah kau kira kau bisa hidup lebih lama?" Qi-ling-fei-hong mulai marah.
Ruan-wei tertawa menghina:
"Mengapakalian begitu sombong dan percaya diri?"
"Bocah tengik, kau cari mati!" Qi-ling-fei-hong mengeluarkan tali hitam yang panjangnya enam meter. Setiap satu meter terikat sebuah lonceng yang berkilau dan tujuh macam senjata aneh.
Dengan cepat Ruan-wei mundur dan membalikkan tangan mencabut Fei-long-jian yang bersinar dingin. Tali Qi-ling-fei-hong bergulung, segera lonceng berbunyi, dia siap menyerang.
Waktu itu, di atas dinding terdengar suara bentakan:
"Tunggu dulu!" Segera ada pesilat empat bunga meloncat turun.
Pesilat empat bunga dari Zheng-yi-bang, berarti ilmu silatnya setingkat dengan ketua baju emas di Tian-zheng-jiao.
Pesilat tiga bunga Kakak Tao berkata:
"Ketua Tang dan Ketua Yin, apakah kau tahu tuan rumah ini kenal dengan Zheng-yi-bang?" Dengan penuh tawa Wan-du-tong-zi Tang-geng menjawab:
"Pihakmu dengan pihak kami sudah 10 tahun lebih tidak pernah berjanji, jika ada yang kenal dengan salah satu pihak, tidak dibunuh!"
"Betul, belum ada perjanjian seperti ini tapi mulai hari ini orang yang ada di rumah itu masuk dalam pelindungan kami. Jika kalian menyerang tuan rumah ini, berarti kalian tidak memandang Zheng-yi-bang."
"Hal sekecil itu tidak perlu dibicarakan,"
Wan-du-tong-zi tertawa.
Di depan pesilat empat bunga, Qi-ling-fei-hong tidak berani bersikap sombong. Dia terus melihat Tang-geng, seperti mengandalkan dia.
Wan-du-tong-zi menarik tawanya, dengan serius dia berkata:
"Hari ini kami memandang Kakak Tao, sementara kami akan mundur dulu tapi kelak hutang ini akan kami tagih lagi."
Wan-du-tong-zi Tang-geng adalah orang licik, melihat Tao-chu muncul, dia tahu akan kesulitan menghadapi Tao-chu maka dia memang-gil Qi Ting-fei-hong dan siap-siap mundur dari sana. "Ketua Tang, lima orang yang tergeletak di bawah, apakah mereka adalah murid perkumpulan
kalian?"
"Orang yang sudah membuat malu perkumpulan kami, tidak akan diakui lagi," Wan-du-tong-zi menjawab sambil terus berjalan. Tapi Ruan-wei sudah membentak: "Kalian berhenti!"
"Apakah kau bicara kepada kami?" tanya Wan-du-tong-zi. "Betul!" jawab Ruan-wei.
"Ternyata ada yang ingin mencari keuntungan," Qi-ling-fei-hong berkata dengan tertawa sinis. "Membunuh harus mengganti dengan nyawa, ini adalah hal biasa." "Apakah nyawa boleh sembarangan di tinggal?" Qi-ling-fei-hong mulai marah. "Membunuh orang harus diganti dengan nyawa, hari ini kalian berdua datang tepat pada waktunya."
"Apakah Tuan sudah gila?" Tao-chu ikut membentak.
Tangan kiri Ruan-wei memegang pedang. Pedang dijuntai ke bawah, kaki membentuk angka delapan (Huruf Tionghoa). Caranya sangat aneh tapi luwes. "Sedikit pun aku tidak gila!"jawab Ruan-wei
"Kalau Tuan tidak gila, silakan tinggalkan tempat ini agar tuan rumah di sini tidak terbawa masalah anda!"
Ruan-wei tertawa dingin:
"Walaupun aku meninggalkan tempat ini, tuan rumah pasti tidak akan membiarkan kedua orang itu pergi hidup-hidup. Aku hanya menggantikan tuan rumah melaksanakan tugas ini."
"Maksudmu tuan rumah dengan Qi-ling-fei-hong dan Wan-du-tong-zi mempunyai dendam yang dalam?" tanya Tao-chu. "Betul!" jawab Ruan-wei.
"Membunuh orang harus diganti dengan nyawa, siapa yang sudah kubunuh? Coba beritahu kepadaku!" kata Wan-du-tong-zi sambil tertawa. "Ling Bei-xiu!" jawab Ruan-wei. Qi-ling-fei-hong tertawa menghina:
"Ternyata dia adalah janda Ling Bei-xiu. Ha ha ha! 10 tahun lebih jika bukan karena ketua kami yang melindungi mereka, apakah mereka masih bisa hidup di dunia ini?"
Wan-du-tong-zi menurunkan Hu-lu besi (hiolo) dari balik punggungnya. Dengan serius dia berkata:
"Apakah Tuan tetap mau membantu janda Ling Bei-xiu membalas dendam?"
Melihat dia mengeluarkan senjata, Ruan-wei tahu kalau pertarungan akan segera dimulai. Maka dengan penuh konsentrasi dia menatap lawan.
'Siapakan pemuda ini, membuat Wan-du-tong-zi seperti melawan seorang musuh besar?' Tao-chu diam-diam berpikir.
Sambil mengeluarkan Duo-hun-suo (Tali besar pencabut nyawa), Qi-ling-fei-hong membentak:
"Aku tidak ingin membunuh orang yang tidak ternama, bocah, siapa namamu?"
Mata Ruan-wei sama sekali tidak berkedip:
"Aku Ruan-wei."
Segera Wan-du-tong-zi berkata:
"Ruan-wei! Ruan-wei! kau tidak akan menang dari kami-kami yang sudah terkenal pada pertarungan kali ini, maka kau harus berhati-hati menghadapinya!"
Wan-du-tong-zi memang lebih licik dan teliti. Lemparan senjata rahasia tadi telah membuatnya terkejut. Walau bagaimana pun dia harus memberitahukan hal ini kepada Qi-ling-fei-hong agar dia bergabung dengannya membunuh Ruan-wei
Pedang Ruan-wei terjulur ke bawah, dia tidak bergerak. Qi-ling-fei-hong tidak sabar. Duo-hun-suo berlonceng tujuh mulai menyerang.
Tiba-tiba sebuah cahaya putih menahan Duo-hun-suo. Tao-chu memegang tombak peraknya dan membentak: "Nanti dulu!"
"Apakah Zheng-yi-bang akan ikut lagi dalam hal ini?"
"Perkumpulan kami tidak membantu melainkan membantu tuan rumah membalas dendam." Qi-ling-fei-hong marah:
"Jangan berpura-pura, jika ingin membantu, majulah semuanya, kami akan membereskan kalian juga. Tidak peduli kalian ada berapa orang!"
Dua pesilat empat bunga mencabut senjata mereka. Mereka seperti malas untuk bicara. Ilmu silat mereka berada di atas Tao-chu tapi mereka sangat patuh kepada perintah Tao-chu.
Diam-diam Wan-du-tong-zi terkejut. Dua saudara bermarga Wang ini ilmu silatnya setingkat dengannya, jika mereka berdua bergabung, mereka benar-benar akan kalah total.
Ternyata dua orang pesilat dengan empat bunga ini adalah kakak beradik. Si kakak bernama Wan g Shu-yuan, sedangkan adiknya bernama Wan Shu-tian. Perawakan mereka tinggi juga besar, gabungan ilmu pedang mereka sangat terkenal di dunia persilatan.
Ruan-wei menyerang dan membentak: "Jika aku kalah, dua kakak baru boleh menyambung bertarung dengan mereka."
Wan-du-tong-zi, QiTing-fei-hong, dan Ruan-wei mulai bertarung.
Tao-chu dan dua bersaudara Wang berada di pinggir melihat. Ruan-wei berada di antara Duo-hun-suo dan Tie-hu-lu, dia meloncat kesana kemari, terkadang menyerang satu kali dengan pedang. Walaupun lihai tapi gerakannya tidak teratur.
Ruan-wei hanya bisa melakukan Tian-long-shi-san-jian, sekarang dia tidak menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian, hanya menggunakan ilmu meringankan tubuh yang diajarkan Xiao San-ye. Serangan dari dua pesilat tangguh, bisa dihindari Ruan-wei dengan tenang.
Setelah sepuluh jurus berlalu, Ruan-wei tidak tampak akan kalah, hal ini membuat Tao-chu dan dua pesilat Wang bersaudara merasa heran dan melihat gerakan Ruan-wei dengan mata melotot.
Sun-ming dan Ling-lin yang berada di pekarangan melihat Ruan-wei bertarung. Jika saja Ruan-wei terdesak, mereka akan segera datang membantu. Mereka tidak akan membiarkan satu-satunya putra Lu Nan-ren terluka karena serangan musuh mereka.
Setelah seratus jurus berlalu, gerakan Duo-hun-suo Qi-ling-fei-hong berubah. Tali diayunkan mengeluarkan bunyi lonceng. Walaupun mengganggu penglihatan atau konsentrasi lawan tapi tidak membuat orang terganggu.
Sekarang jurus tali telah berubah. Suara lonceng terus berbunyi, mengeluarkan suara seperti sebuah lagu. Denting lagunya seperti membuat orang akan roboh. Setiap jurus mengeluarkan sebuah irama, terdengar lonceng mengantarkan jurusnya.
Diam-diam dua bersaudara Wang ber-pikir, 'Kami pernah mendengar jurus 'Qi-ling-fei-suo' (7 lonceng tali terbang) yang telah melukai banyak orang dan belum pernah terkalahkan. Sepertinya dia akan menggunakan jurus ini."
Hu-lu besi yang dipegang Wan-du-tong-zi berubah arah. Mulut Hu-lu berhadapan dengan Ruan-wei.
Tiba-tiba dua bersaudara Wang bersama-sama berteriak: "Hati-hati, senjata beracun!"
Begitu mendengar teriakan itu, Ruan-wei mulai memperhatikan mulut Hu-lu. Dalam hati berpikir, 'Jika pada pertarungan ini dia mengeluarkan senjata beracun, aku akan sulit menghindar."
Setelah beberapa jurus berlalu, Ruan-wei beralih rada berada di bawah angin, hal ini terjadi karena dia terus mengawasi senjata rahasia Wan-du-tong-zi yang beracun juga harus konsentrasi menahan suara lonceng yang dikeluarkan dari Qi-ling-fei-suo.
Karena mereka berdua mengeluarkan jurus andalan masing-masing hingga Ruan-wei tidak bisa menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian. Dia ingin bertarung dengan pedang yang dimilikinya untuk menepis senjata mereka agar dia bisa menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Melihat Ruan-wei hampir kalah, Sun-ming dan Ling-lin bersiap-siap membantu, mulut Hu-lu besi Tang-geng sudah terbuka. Dari mulut Hu-lu keluar lima panah kecil beracun. Dalam jarak dekat bisa tampak panah yang keluar adalah panah beracun. Hal ini membuat orang yang berada di arena pertarungan terkejut dan mereka mengira Ruan-wei tidak akan bisa menghindari serangan ini. Tapi bayangan Ruan-wei seperti hantu gentayangan. Dia keluar dari kepungan Wan-du-tong-zi dan Qi-ling-fei-hong, lima anak panah beracun itu berhasil dihindari oleh Ruan-wei.
Semua orang yang berada di arena pertarungan tidak melihat Ruan-wei menggunakan cara apa untuk menghindarinya.
Hanya Tuan Jian yang ada di dalam rumah, dari balik jendela melihat semua pertarungan dan tahu jurus yang digunakan adalah ilmu meringankan tubuh yang telah lama menghilang, yang bernama Bai-bian-gui-ying (bayangan setan berubah-ubah).
Setelah berhasil keluar dari kepungan musuh, dia memegang pedang dengan tangan kirinya dan pedang diarahkan tegak lurus ke bawah. Dia mulai mengatur nafas melakukan jurus-jurus yoga dan bersiap-siap menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Tang-geng sama sekali tidak menyangka kalau Ruan-wei berhasil menghindari 'Du-chang-jian' (panah usus beracun). Qi-ling-fei-hong tidak percaya ada orang yang bisa lolos dari jurus Qi-ling fei-suo miliknya. Tapi buktinya Ruan-wei berhasil meloncat keluar, hal ini membuat mulut mereka ternganga karena merasa aneh.
Qi-ling-fei-hong tidak percaya ada ilmu menghilang. Dia mengayunkan tali dan siap mengeluarkan jurus talinya yang paling lihai. Tangan Tang-geng memegang Hu-lu besi. Begitu ada kesempatan, dia akan melepaskan panah beracun ke arah Ruan-wei.
Tapi Ruan-wei berdiri tegar seperti gunung, sikapnya sangat tenang, sampai mereka berjalan ke harapannya, dia segera tertawa. Pedang diangkat dan menunjuk ke arah langit. Ini adalah pembukaan dari jurus Tian-long-shi-san-jian, yang bernama 'Xiao-fu-zhi-tian' (Budha tertawa menunjuk langit).
Qi-ling-fei-hong merasa senang, diam-diam dia berpikir, 'Apakah bocah ini tidak bisa menggunakan pedang? Mana ada jurus pedang menusuk langit, benar-benar tidak waras!'
Tang-geng mempunyai pikiran sama dengan Qi-ling-fei-hong. Mereka segera menyerang Ruan-wei.
Tapi justru dasar dari Tian-long-shi-san-jian yaitu 'Xiao-fu-zhi-tian' digunakan untuk memancing lawan. Begtu jurus dikeluarkan, ilmu yoganya segera dikeluarkan. Ruan-wei seperti seekor naga terbang ke atas. Tang-geng dan Qi-ling-fei-hongyang terus memusatkan serangannya. Tidak menyangka musuh bisa menghilang. Mereka malah merasa ada angin dari pedang terus menyerang ke arah kepala mereka.
Mereka terkejut, segera mereka mengeluarkan jurus menyelamatkan diri, menghindar dari jurus kedua Tian-long-shi-san-jian yang bernama 'Feng-long-zai-tian' (naga terbang kelangit).
Ketika mereka menjaga kepala mereka, Ruan-wei seperti seekor naga turun ke bumi. Cahaya pedang seperti kilat menyerang pinggang mereka.
Tang-geng dan Yin Bao-lin tidak menyangka di dunia ada jurus pedang begitu aneh, maka mereka mengeluarkan ilmu andalan mereka untuk menghindari jurus ketiga dari Tian-long-shi-san-jian.
Tiba-tiba Ruan-wei bersiul seperti naga berteriak kemudian cahaya pedang tampak berputar. Sosok Ruan-wei mengikuti pedang terbang, di sekeliling hanya terlihat kilauan pedang tapi tidak terlihat bayangan Ruan-wei. Jurus keempat Tian-long-shi-san-jian adalah 'Jin-tong-bai-fu' (anak emas menyembah Budha). Begitu dikeluarkan, Tang-geng dan Yin Bao-lin segera berteriak karena tangan kanan mereka telah tersabet hingga putus dari pergelangan, dan senjata mereka terjatuh.
Sisa tenaga jurus keempat 'Jin-tong-bai-fu' masih seperti gelombang terus menyerang mereka.
Orang-orang yang melihat pertarungan ini benar-benar terkejut. Untung ada senjata yang menahan tenaga kuat ini. Hanya saja pedang dua bersaudara Wang terlempar oleh tenaga ini, mereka selamat tidak terjadi sesuatu. Tapi pedang Sun-ming dan Ling-lin terbabat putus.
Ilmu silat Tao-chu paling rendah, tombak peraknya pun terputus, pergelangan tangannya terluka. Ini karena Ruan-wei telah berusaha mengurangi tenaganya. Jika tidak, orang yang ada di arena pertarungan itu pasti tidak akan sanggup menahan hempasan tenaga ini. Jurus keempat 'Jin-tong-bai-fu' telah digunakan Ruan-wei, tenaganya tidak terkendali. Jurus kelima 'Long-zhan-yu-ye' hanya di keluarkan setengah jurus, (naga bertarung dengan harimau liar).
Tang-geng dan Yin Bao-lin sudah terluka dan tidak bisa bertarung lagi tapi jurus 'Long-zhan-yu-ye' masih terus membabat kaki mereka.
Begitu jurus Tian-long-shi-san-jian di keluarkan satu jurus lebih lihai dari jurus sebelumnya. Walaupun 'Long-zhan-yu-ye' hanya dikeluarkan setengah jurus tapi angin dari pedang seperti kilat membabat kaki mereka berdua.
Waktu itu, dari luar dinding ada bayangan hijau berkelebat. Sebelah tangan mengangkat leher baju Tang-geng, sedangkan tangan lainnya memegang tali pinggang Yin Bao-lin. Tapi cahaya pedang menutup jalan mundur mereka.
Bayangan hijau ini sangat lihai, dia bersalto keluar dari kurungan cahaya pedang. Dia masih sempat menendang kepala Ruan-wei.
Setengah jurus Ruan-wei yang digunakan, memaksakan tubuhnya bergerak ke belakang dan menghentikan jurus-jurus pedangnya. Tendangan bayangan hijau itu tidak berhasil mengenainya.
Bayangan itu mengangkat Tang-geng dan Yin Bao-lin kemudian meletakkan mereka dengan posisi berdiri. Ternyata yang datang adalah seorang pemuda berusia sekitar 30 tahun, wajahnya dingin dan sadis. Kedua matanya terus melihat ke atas, benar-benar sangat angkuh.
Dengan dingin dia berkata: "Jurus-jurus Tuan benar-benar lihai, nanti Qian-yi akan mencari waktu untuk mencobanya."
Dia melihat Tang-geng dan Yin Bao-lin. Dengan dingin dia berkata: "Ayo kita pergi!"
Dengan menahan sakit, Qi-ling-fei-hong dan Wan-du-tong-zi mengikuti Qian-yi pergi dari sana.
Sun-ming dan Ling-lin tahu kalau Qian-yi adalah murid pak tua tanpa nama yang tinggal di Qing-hai, sekarang dia adalah wakil ketua Tian-zheng-jiao. karena nama besarnya, maka Sun-ming dan Ling-lin tidak berniat mengejarnya.
Sesudah Ruan-wei mengeluarkan jurus-jurus Tian-long-shi-san-jian, dia merasa sangat senang, melihat sosok Qian-yi, dia berteriak:
"Jika ilmu pedangku kalah di tangan Tuan, aku akan memberikan kepalaku untukmu."
Tiba-tiba terdengar bentakan:
"Bocah sombong!"
Begitu menoleh, Ruan-wei melihat Tuan Jian berada di belakangnya. Dia marah:
"Kenapa begitu membuka mulut Tetua menyakiti hati orang?" Dengan dingin Tuan Jian menjawab:
"Kau kira setelah biksu harimau mengajarmu Tian-long-jian-fa, maka kau akan menjadi orang yang tidak terkalahkan? Menurutku, itu hanya kepandaian anak-anak."
Tuan Jian tidak tahu kalau Ruan-wei mempelajari ilmu pedang itu sendiri, tidak diajarkan oleh biksu harimau. Mendengar Tuan Jian menghina biksu harimau yang begitu dihormatinya, maka Ruan-wei dengan marah berkata:
"Ilmu yang diajarkan biksu harimau tidak akan kalah darimu!"
"Dengan kemampuan ilmu silatmu tadi, dalam tiga jurus, aku akan mematahkan pedangmu!" seru Tuan Jian.
"Apakah Tetua tidak malu mengatakan ini?" tanya Ruan-wei.
"Kalau tidak percaya, boleh coba?" Tuan Jian tertawa.
"Baik, aku tidak takut kepada siapa pun!" Ruan-wei berkata dengan marah.
Ruan-wei memusatkan tenaganya, pedang dipegang di tangan kiri dan terjulur ke bawah. Dia seperti menghadapi musuh kuat tapi waktu berlalu lama Tuan Jian masih belum bergerak. Ruan-wei tidak sabar dan berkata:
"Mengapa Tetua tidak mencabut pedang?"
Tuan Jian pura-pura terkejut:
"Apakah aku harus memakai pedang? Oh, tidak, tidak! Jika aku menggunakan pedang, dalam satu jurus saja kau akan kalah, aku tidak mau melakukannya!" Dia mematahkan tangkai pohon dan membersihkan daunnya, jadilah sebuah pedang dengan panjang 2.5 meter dan lebar 7.5 centimeter. Dia melambaikan pedang kayu itu, dengan lagak angkuh berkata, "kau menyuruhku menggunakan pedang, jadi aku menggunakan pedang kayu ini agar tidak membuatmu terluka dan orang lain tidak akan mengatakan orang tua menghina anak kecil!"
Ruan-wei benar-benar marah karena merasa terhina. Tapi dia masih menahan diri dengan sopan berkata:
"Silakan "
Tuan Jian malah menatap langit dan tidak melihat Ruan-wei.
Tapi Ruan-wei tetap dengan hormat menunggu gerakan Tuan Jian dia memberi hormat lagi tapi Tuan Jian tidak menerima hormatnya. Karena marah, jurus dasar Tian-long-shi-san-jian yaitu 'Xiao-fu-zhi-tian' pun dikeluarkannya. Pedang Ruan-wei tinggal 2 cm lagi akan mengenai tenggorokan Tuan Jian. Pedang kayu menempel pada Fei-long-jian, dan menepis besi seperti menepis tanah.
Tinggal 1 cm lagi Ruan-wei menusuk, tapi pedangnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Dia ingin menarik kembali pedangnya ternyata tidak bisa ditarik.
Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Ini bukan pertarungan pedang, melainkan seperti menggunakan ilmu gaib,' Tapi Ruan-wei adalah seorang anak pintar, melihat ilmu lawan sudah terlatih sedemikian rupa, hingga jurus pertamanya tidak berhasil. Dia tidak peduli apakah pedangnya bisa ditarik atau tidak, jurus kedua 'Fei-long-zai-tian' pun dikeluarkan.
Segera tampak kehebatan 'Fei-long-zai-tian'. Tempelan pedang Tuan Jian hampir gagal dan pedang hampir bisa ditarik kembali tapi tiba-tiba badan Tuan Jian mengikuti tubuh Ruan-wei. Ruan-wei turun, dia ikut turun, tapi pedang kayu masih tetap menempel di atas pedang Ruan-wei.
Jurus ketiga Xian-long-zai-tian' kemudian dikeluarkan. Tuan Jian mengikuti pedangnya berputar tapi pedang kayu tetap menempel di atas pedang Ruan-wei. Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Akan kukeluarkan jurus keempat, saat itu kepalamu akan pusing karena berputar-putar, aku akan menarik pedangku untuk memotong pedang kayumu!'
Tapi baru saja jurus keempat akan dikeluarkan, dia merasa ada tenaga masuk ke dalam tubuhnya, dikatakan kecil juga tidak, dia hanya merasa kalau dia harus melepaskan Fei-long-jian maka dia pun melepaskan Fei-long-jian dengan tidak berdaya.
Tuan Jian menyambut pedang Fei-long-jian, sambil tertawa dia berkata, "Tian-long-jian-fa digunakan olehmu lebih ganas dibandingkan digunakan anak kecil. Belajarlah beberapa tahun lagi, setelah itu baru bisa bertarung denganku'
Sambil tertawa dia melempar Fei-long-jian kepada Ruan-wei. Wajah Ruan-wei menjadi merah dan menerima Fei-long-jian nya kembali.
Dia sedih dan berpikir, 'Kepandaianku ternyata masih rendah. Ilmu pedang yang katanya nomor satu, di tanganku tetap tidak bisa melewati 3 jurus orang lain, benar-benar memalukan!" Dia menyimpan pedangnya dan memberi hormat kepada Tuan Jian:
"Terima kasih, Tetua telah mengembalikan pedang ini kepadaku." Dia teringat kalau pedang ini milik Gongsun Lan dan harus dikembalikan padanya.
Sambil tertawa dingin Tuan Jian berkata: "Pergilah! Setelah berlatih dengan baik, baru temui aku lagi!"
Ruan-wei malu kalau terus berada di sana, dia meloncat ke atas dinding. Sun-ming berteriak: "Kau mau ke mana? Bukankah kau ingin mencari ayahmu?" Dengan sedih Ruan-wei menggelengkan kepala:
"Aku tidak tahu siapa ayahku, kemana aku harus mencarinya? Sampai jumpa lagi!" Dia tidak berpikir mengapa orang lain bisa menanyakan hal ini, dia hanya merasa sedih dan ingin menangis. Dia takut kalau sampai terlihat orang lain maka hanya dalam waktu sebentar dia melayang seperti seekor burung terbang entah ke mana. Sun-ming berteriak:
"Kembalilah, ayahmu adalah Lu Nan-ren... "
Tapi Ruan-wei sudah jauh dari sana dan tidak mendengarnya. Sun-ming membalikkan tubuh dan bertanya kepada Tuan Jian:
"Mengapa hari ini kau tidak seperti biasanya, selalu melakukan tindakan tanpa menggunakan perasaan? Bukankah kau tahu, dia adalah putra Lu Nan-ren?"
Tuan Jian mengangguk:
"Aku memang curiga dia adalah putra Lu Nan-ren maka dengan segala cara aku harus mengujinya. Dia benar-benar seorang anak yang mempunyai hati membela keadilan!"
"Tapi, mengapa... mengapa... kau membuatnya marah dan pergi dari sini? Mengapa tidak memberinya kesempatan untuk bertemu dengan ayahnya?" Tanya Sun-ming dengan bingung.
"Anak ini telah menguasai ilmu senjata rahasia serta ilmu meringankan tubuh yang hebat dari Xiao San-ye, sampai-sampai ilmu pedang Tian-long-shi-san-jian dan ilmu sakti Yoga dari India pun dikuasainya, tapi ilmunya belum terkuasai dengan baik. ilmu pedang Tian-long-shi-san-jian baru dikuasainya sebanyak 30%, aku sengaja membuatnya marah dan pergi dari sini, dia pasti akan pergi mencari biksu harimau dan memberitahu kalau aku setuju bertarung dengan-nya di Jun-shan. Dia pasti akan belajar lebih baik lagi kepada biksu harimau dan bisa menguasai Tian-long-shi-san-jian dengan baik dan tepat. Jika anak ini telah menguasai Tian-long-shi-san-jian dengan baik, maka dia akan menjadi pesilat nomor 1 di dunia persilatan. Apalagi Tian-long-shi-san-jian selalu menjadi incaran pesilat-pesilat dunia persilatan. Jika dia tidak benar-benar menguasai ilmu itu dan tidak menjaga dirinya, nyawanya akan cepat melayang."
"Aku telah salah paham kepadamu, tidak disangka kau lebih memperhatikan dia," Sun-ming tersenyum.
Dengan senang Tuan Jian berkata:
"Lebih baik dia tidak tahu bahwa dia adalah putra ketua Zheng-yi-bang, agar hatinya lebih tenang berlatih silat. Apakah tiga pesilat Zheng-yi-bang bisa menjaga rahasia ini?"
Dua bersaudara Wang dan Tao-chu menyaksikan sendiri bagaimana hebatnya ilmu silat Tuan Jian tadi, mereka benar-benar kagum kepadanya. Mereka segera menjawab:
"Kami janji akan merahasiakan!" Zhong-jie yang sejak tadi diam di dalam rumah sekarang berlari keluar. Dia mendekati Sun-ming. Sun-ming mengelus-elus rambutnya, dan berkata:
"Entah kapan ayah Xiao Jie baru bisa bertemu denganmu? Jika dia seperti almarhum suamiku, bagaimana dengan Xiao Jie dan Ling-er?"
Ling-lin mengomel:
"Ibu, jangan terus membicarakan hal ini!" Dia seperti tidak suka mendengar nama Zhong-jing disebut.
Tuan Jian menuntun tangan Xiao Jie, dengan serius dia berkata:
"Seumur hidupku, aku belum pernah menerima murid. Ling-er hanya belajar beberapa jurus dariku, dia bukan muridku. Aku sudah tua, hampir masuk liang kubur, aku tidak mau ilmu silatku terkubur bersamaku, Xiao Jie ikutlah kakek guru beberapa tahun. Aku akan menurunkan ilmuku padamu. Dendam kakek dan pencarian ayahmu, kau yang harus melakukan."
Sun-ming dengan senang berkata:
"Xiao Jie, cepat berterima kasih kepada kakek guru!" Xiao Jie segera berlutut dan berkata: "Terima kasih, kakek guru!"
"Jie-er, kau telah mengabulkan harapan ibu." kata Ling-lin juga senang. "Jika kau ingin belajar, aku tetap akan mengajarimu, untuk apa berebut dengan putri sendiri?" Tuan Jian tersenyum.
"Aku sudah tua untuk apa belajar ilmu silat lagi? Asal Jie-er bisa menguasai sepersepuluh ilmu guru, aku sudah merasa senang dan puas."
"Lihat anak ini, di depan Tuan Jian mengatakan kalau dia sudah tua, benar-benar memalukan." Sun-ming tertawa
"Umur tidak bisa dibohongi, generasi muda akan terus muncul, aku benar-benar merasa sudah tua," ucap Tuan Jian.
Sun-ming mengganti topik pembicaraan:
"Anak Ruan-wei benar-benar mempunyai masa depan cerah, baik sekali jika dijodohkan dengan
Xiao Jie!"
"Betul! Ini ide yang bagus. Jika Xiao Jie telah mempelajari ilmu silatku, ilmu silatnya tidak akan jauh dari Ruan-wei. Kelak kalau kalian berdua berkelana di dunia persilatan akan membuat dunia persilatan menjadi cerah."
Xiao Jie berusia 13 tahun, dia sudah mengerti hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dengan malu-malu dia berlari masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba Ling-lin berkata:
"Aku tidak mau Xiao Jie menikah dengan Ruan-wei...." Suaranya sangat kecil tapi Sun-ming bisa mendengarnya dan bertanya, "apa yang kau katakan tadi?"
"Menurutku, tinggal terus di sini kalian sudah tidak aman lagi, lebih baik kalian pindah ke wilayah kekuasaan Zheng-yi-bang." kata Tao-chu.
"Betul! Aku akan membawa Jie-er pergi dari sini, tidak ada yang menjaga kalian berdua, apalagi Tian-zheng-jiao sangat jahat. Kalian tidak bisa menjaga diri, lebih baik kalian ikut Pendekar Tao pergi," usul Tuan Jian.
Sun-ming bertanya dengan sedih:
"Apakah kau akan pergi lagi?"
Tuan Jian tidak berani menatap Sun-ming, dia hanya menjawab:
"Xiao Jie akan ikut ke gunung untuk belajar silat, aku jamin dia akan bisa menguasai ilmu silat tinggi."
Ling-lin dengan senang berkata:
"Bu, jika Xiao Jie pergi, kita sama-sama pergi ke markas Zheng-yi-bang. Di sana ada Kakak Lu yang bisa melindungi kita sehingga kita tidak akan merasa kesepian." "Apakah kau tidak senang kesepian?" tanya Sun-ming.  

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang