Karena Yi-feng sedang berpikir, laki-laki itu mengambil kesempatan menyerangnya sambil membentak:
"Jika hari ini aku tidak bisa membunuhmu, aku akan mengganti nama Fu-hu-jin-gang ini!" Yi-feng baru mengerti ternyata laki-laki ini bernama Fu-hu-jin-gang.
Dia berpikir lagi, 'Mengapa dia berting-kah seperti orang gila?' Nama Fu-hu-jin-gang, Ruan Da-cheng sangat terkenal di Propinsi Si-chuan, dia adalah seorang laki-laki yang sangat terbuka, sangat dikagumi oleh orang-orang, begitu mendengar nama Fu-hu-jin-gang, Yi-feng merasa bertambah aneh.
Karena Ruan Da-cheng bukan orang gila tapi mengapa sekarang dia berperilaku seperti itu?
Orang yang memegang pedang masih duduk di sana sambil tertawa melihat Yi-feng. Melihat mereka bertarung tanpa sebab, dia malah sangat senang.
Hanya sebentar mereka sudah bertarung beberapa jurus lagi, tapi Yi-feng sudah tidak tahan karena kepandaiannya berada di bawah Ruan Da-cheng. Dan di antara dia dan Ruan Da-cheng tidak ada dendam sama sekali dan dia datang ke sana bermaksud menolongnya, dia tidak berniat melukainya.
Kaki kanan Ruan Da-cheng sudah maju, kepalan tangan kanan dikeluarkan dengan posisi lurus. Kedua telapaknya melingkar, dengan cepat Yi-feng menyerang ke tenggorokkan dan dada bawah Fu-hu-jin-gang.
Fu-hu-jin-gang menekuk menghindari serangan itu tapi tubuh Yi-feng sudah berputar. Kedua telapaknya siap memukul tubuh Ruan Da-cheng.
Dua jurus ini sangat ringan juga indah. Jurus ini didapatkannya ketika dia sedang bertarung dengan Wan Tian-pin ketika mengubah jurus, kecepatannya lebih cepat satu kali lipat dibandingkan dengan dari orang lain.
Maka sebelum Ruan Da-cheng mengubah jurusnya, dia sudah terkena pukulan dan terjatuh. Kedua matanya menatap Yi-feng dengan aneh, kenapa Yi-feng bisa mengeluarkan 2 jurus begitu aneh?
Orang yang memegang pedang malah menyentil pedang sambil tertawa: "Baik! Ini sangat baik! Sahabat, kau benar-benar berilmu tinggi, aku kagum kepadamu." Mata Yi-feng bergerak dari kiri ke kanan melihat dua orang itu, dia tidak mengerti apa hubungan di antara mereka? Apakah mereka majikan dan pelayan?
Tapi pikirannya segera disingkirkannya jauh-jauh, tidak mungkin Fu-hu-jin-gang menjadi pelayan.
Fu-hu-jin-gang merangkak berdiri dengan marah. Walaupun dia berhasil dipukul dia tidak terima dan masih ingin bertarung lagi dengan Yi-feng.
Orang yang memegang pedang tertawa: "Sudahlah, Ruan Lao-da, kau bukan lawannya, apalagi hari ini karena diriku kau sudah mengorbankan 2 telingamu. Kelak jika masih ada kesempatan kau boleh mencobanya lagi, yang penting...yang penting.. .kau mengerti diriku."
Yi-feng yang sedang kebingungan sekarang bertambah bingung. Dia merasa ingin tertawa karena orang yang memegang pedang malah menasehati Fu-hu-jin-gang supaya jangan bertengkar lagi dan dia pun tidak mengerti kenapa mereka bisa sampai bertengkar? Dia harus melampiaskan kekesal-an ini kepada siapa?
Orang yang memegang pedang itu perlahan berdiri, tersenyum pada Yi-feng.
"Sahabat, siapa marga dan nama anda? Kita bertemu di malam hari seperti ini, aku harap Anda bisa tinggal dan mengobrol lebih lama denganku."
Dia menuangkan secangkir teh untuk Yi-feng dan tertawa:
"Malam larut seperti ini datang bertamu, terpaksa aku hanya bisa menyuguhkan teh menggantikan arak."
Yi-feng terpaku, dia tidak bisa menebak siapa orang yang membawa pedang ini. Orang ini terkadang menghinanya, terkadang bertingkah sopan,
Entah dengan cara apa Yi-feng harus menghadapi orang ini? Apa harus bersikap seperti kawannya? Atau pergi dari sana begitu saja? Dia sungkan duduk berteman dengan orang aneh ini. Ketika dia sedang ragu, Fu-hu-jin-gang datang menghampirinya malah ingin berteman dengan-nya.
"Jangan melihat wajahnya yang putih, hatinya tidak sebaik aku. Demi dirimu, telingaku sudah ditepis, apakah kau tidak merasa kasihan kepadaku sedikit pun?" Setelah mendengar kata-kata ini, Yi-feng terkejut lagi:
"Apakah benar Ruan Da-cheng sudah gila? Mengapa sekarang dia malah berkata seperti itu?"
Yi-feng benar-benar bingung. Wajah orang yang memegang pedang seperti memerah, tiba-tiba dia memutar pedangnya membuat pedang itu mengeluarkan warna biru. Dia juga membentak:
"Ruan Lao-da, jangan sembarangan bicara! Mengapa setiap hari kau selalu mengikutiku, jika kau bukan laki-laki sejati, sejak dulu aku sudah memenggal kepalamu. Kau memintaku menebas telingamu, aku baru mau melakukannya, apakah aku salah telah bertindak seperti itu?"
Yi-feng benar-benar kebingungan.
Tapi wajah Ruan Da-cheng seperti akan menangis. Wajahnya seperti ayahnya saat meninggal, dia berdiri tegak, dua telinganya yang telah putus masih meneteskan darah. Melihat Ruan Da-cheng, Yi-feng merasa kasihan juga ingin tertawa, tapi dia pun merasa aneh.
Diam-diam dia berpikir, 'Fu-hu-jin-gang adalah orang terkenal di dunia persilatan, mengapa sekarang dia menjadi seperti ini?'
Dia melihat orang yang memegang pedang itu kemudan berpikir, 'Jika dia adalah seorang perempuan, mungkin Ruan Da-cheng melakukan semua ini karena cintanya bertepuk sebelah tangan, tapi orang ini dari ujung kaki sampai ujung rambutnya tidak mirip perempuan sama sekali.'
Di dunia persilatan banyak perempuan yang berdandan seperti laki-laki. Yi-feng terbiasa melihatnya tapi dia selalu tahu apakah orang itu adalah perempuan yang sedang menyamar menjadi laki-laki.
Orang yang memegang pedang ini memang berwajah putih juga tidak terlihat kasar tapi kumis pendek yang tumbuh di atas bibirnya, setiap helainya menempel di kulit, hal seperti ini jarang ada perempuan yang bisa melakukannya. Kumis yang hanya ditempelkan dengan kumis asli, bagi orang yang kurang pengalaman sulit untuk dibedakan.
Tapi orang seperti Yi-feng yang banyak pengalaman begitu melihat langsung mengetahui perbedaannya.
Karena itu dia mulai merasa kasihan terhadap Ruan Da-cheng.
Ruan Da-cheng sedang duduk lemas di sana. Seorang laki-laki terkenal bisa menjadi seperti ini, benar-benar sulit dipercaya!
Orang yang memegang pedang itu tersenyum lagi:
"Sejak tadi Tuan diam saja, apakah Tuan tidak sudi berteman denganku?"
Yi-feng sedikit terpaku, dengan gugup menjawab:
"Oh, tidak, tidak! Bukan karena itu"
Sinar matahari mulai masuk melalui jendela.
Di luar jendela ternyata ada sebuah taman yang sangat indah. Sekarang Yi-feng baru tahu, tempat di mana dia berada sekarang adalah kamar belakang dari seorang yang kaya.
Dia merasa lebih aneh lagi, dia segera membalikkan tubuh melihat orang yang memegang pedang itu:
"Namaku adalah Yi-feng, aku hanya orang kecil di dunia pesilatan. Jika tuan ingin berteman denganku, aku benar-benar merasa beruntung... "
Sebenarnya dia ingin menanyakan marga dan nama orang itu, karena merasa tidak pantas maka dia mengurungkan niatnya.
Orang yang memegang pedang itu berkata lagi:"Dengan kepandaian yang Tuan miliki, Tuan masih mengatakan kalau Tuan adalah orang kecil, apakah Tuan tidak terlalu merendahkan diri?"
Dia pelan-pelan berjalan mendekati jendela. Yi-feng baru melihat ternyata orang ini tidak tinggi, hanya setinggi sampai batas hidungnya.
Dia segera terpikirkan pada satu hal. Dia tertawa lagi:
"Namaku adalah Xiao Nan, akulah yang baru orang kecil di dunia persilatan. Apa yang terjadi pada malam ini kau pasti merasa aneh, tapi setelah aku menjelaskannya, Tuan pasti akan segera mengerti."
Yi-feng dengan teliti mendengar semuanya. Orang yang bernama Xiao Nan ini langsung diam. Dia tidak menjelaskan apa yang telah dia janjikan tadi Yi-feng tetap tidak mengerti.
Xiao Nan tiba-tiba membalikkan tubuh menepuk pundak Ruan Da-cheng, dia mengganti nada bicaranya:
"Ruan Lao Da, untuk apa kau masih berdiri di sini, hari sudah terang!" I ^1 ■ Fu-hu-jin-gang mengerutkan keningnya dan berteriak:
"Kau menyuruh marga Yi tetap tinggal sedangkan aku disuruh pergi, mengapa kau begitu
tega?"
Kedua mata Xiao Nan membelalak dengan lebar, mata yang bercahaya itu mengeluarkan sinar setajam silet. Ruan Da-cheng segera menundukkan kepalanya.
Yi-feng menarik nafas, dia merasa kepala-nya membesar, kata-kata Fu-hu-jin-gang malah membuatnya merasa kasihan padanya hal yang tidak perlu diributkan dia heboh sendiri, maka dia hanya bisa tersenyum.
Yi-feng masih melihat ujung pedang Xiao Nan yang masih menusuk 2 telinga Fu-hu-jin-gang. Dia merasa ingin muntah, dia juga benci kepada Xiao Nan tapi harus bagaimana lagi? Yang satu ingin memukul, yang satu lagi minta dipukul? Orang luar bisa berbuat apa?
Karena itu dia dengan sikap hormat dia pun pamit:"Hari sudah terang, aku pamit dulu." Ruan Da-cheng melotot:
"Jika kau pergi, aku juga pergi. Jika kau tidak pergi, aku akan menunggu, kita pergi bersama-sama."
Ketika mereka baru melangkah, dari arah taman terdengar suara manja yang berkata: "Hei, aku baru datang mengapa sudah ada yang akan pergi, apakah kalian tidak senang aku datang kemari?"
Dari luar masuk seseorang, rambutnya digelung, wajahnya cantik. Begitu dia masuk membuat seisi kamar menjadi ramai.
Dia tertawa dan berkata kepada Xiao Nan:
"Kau tetap mempunyai banyak cara, baru saja datang, hari pertama sudah kedatangan 2 orang tamu. Kakakmu sudah tinggal di sini selama 3 tahun tapi belum pernah ada yang mencarinya." Xiao Nan tertawa:
"Siapa yang berani mencarimu? Kecuali kalau orang itu sudah memakan empedu harimau untuk menambah keberaniannya, kalau tidak aku yakin tubuhnya pasti penuh dengan lubang." Mereka berdua terus bercanda, dan sepertinya mereka sangat akrab. Ruan Da-cheng dengan bingung berdiri di sana, tapi Yi-feng terus melihat Xiao Nan.
0-0-0
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
Fiksi UmumDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...