39. Dalam Helaan Nafas

1.4K 30 3
                                    

Begitu Yi-feng dan Xiao Nan-pin datang ke Zhong-nan-shan, mereka merasakan ada sesuatu hal yang lain. Saat tiba di depan kuil, mereka merasa biksu setengah baya itu akan mengatakan suatu tapi kemudian mengurungkan kembali niatnya. Mereka segera sadar bahwa di Zhong-nan-shan telah terjadi sesuatu. .
Tidak lama kemudian Miao-yu muncul, Yi-feng tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah dia menunggu dengan tenang, benar saja rencana-rencana busuk dari pihak tertentu langsung bermunculan.
Ternyata Tian-zheng-jiao memperalat seorang pengkhianat Zhong-nan-pai, yang bernama Miao-yu untuk menguasai Zhong-nan-pai yang selama ini mempunyai nama bersih. Jika mereka bisa mengambil alih Zhong-nan-pai, maka wibawa Tian-zheng-jiao akan semakin tinggi di dunia persilatan.
Perasaan Yi-feng kepada Tian-zheng-jiao, kecuali adanya dendam pribadi, Yi-feng masih memiliki niat menjaga kebenaran dan keadilan dunia persilatan. Dia tidak akan membiarkan rencana busukTian-zheng-jiao terlaksana.
Dan cara yang dilakukan Tian-zheng-jiao sangat jahat, cara mereka begitu rapi, dalam rapat akbar untuk pemilihan ketua baru Zhong-nan-pai, mereka mengutus Miao-yu membuat kekacauan di sana.
Karena dulunya Miao-yu adalah murid Zhong-nan-pai, dan secara peraturan dia belum diusir dari Zhong-nan-pai, maka secara terangterangkan dia ingin merebut posisi sebagai ketua baru.
Di satu pihak, Tian-zheng-jiao beserta pesilat pedang dari 2 sisi Chang-jiang, serta puluhan pesilat pedang lainnya, menjadikan mereka sebagai pelindung ditambah seorang tamu yang datang dari Qing-hai...Qian-yi, dengan kemampuan ilmu silatnya yang tinggi dia berhasil membuat para pendekar tidak berani muncul untuk memberi dukungan kepada Zhong-nan-pai.
Hingga Ba Gua Zhang yang bersifat terbuka, mempunyai nama dan wibawa tinggi pun, dalam keadaan itu terpaksa meninggalkan tempat, apalagi dengan orang lain!
Begitu Qian-yi memberi batas waktu dengan membunyikan lonceng besar, Yi-feng mengambil suatu keputusan, dia tidak akan membiarkan Miao-yu mendapatkan posisi sebagai ketua Zhong-nan-pai.
Tapi dia sadar hanya dengan tenaganya sendiri dia baru mampu melawan rencana lawan yang sangat sempurna, dan dia akan terlihat lemah.
Saat itu, dia ingin mencari suatu cara yang dianggapnya tepat untuk situasi seperti saat itu. Lonceng berdentang 7 kali.
Dia sadar sudah tidak banyak waktu lagi, membuatnya berpikir, dalam keadaan terdesak seperti itu, niatnya yang ingin menjaga keadilan dan kebenaran berhasil memerangi perasaan takutnya.
"Walaupun aku akan menjadi abu, aku tidak akan membiarkan orang ini mendapatkan kedudukan sebagai ketua Zhong-nan-pai!" dia mengambil keputusan seperti itu kemudian terbang keluar dari kerumunan para pendekar.
Yi-feng sadar jika dia keluar, hal yang jelek yang terjadi pasti akan lebih banyak dibandingkan dengan hal bagus, belum tentu juga dia bisa menyelesaikan masalah yang terjadi.
Tapi dia tidak akan mengijinkan rencana Tian-zheng-jiao terlaksana, maka dia tanpa ber-pikir lagi dia segera muncul, ini adalah salah satu sifat seorang laki-laki sejati.
Tapi hal yang terjadi di luar dugaannya. Saat dia muncul, tiba-tiba Qian-yi meninggalkan tempat itu disusul oleh Biksu Miao-yu serta puluhan pesilat pedang lainnya. Yang tersisa hanya Yi-feng dan para pendekar.
Ruangan menjadi sepi dan tenang, kemudian terdengar suara ribut karena mereka sedang membicarakan hal yang baru saja terjadi.
Tiba-tiba terlihat bayangan seseorang, dia terbang dan mendarat di sisi Yi-feng.
Kali ini tidak perlu ditanyakan lagi, orang itu adalah Xiao Nan-pin.
Sesudah sadar dari rasa terkejut, murid-murid Zhong-nan-pai merasa sangat berterima kasih dan juga merasa aneh mengapa pemuda tidak bernama di dunia persilatan ini mempunyai wibawa begitu tinggi? Begitu dia muncul, dia bisa membuat para pesilat tangguh di dunia persilatan mundur seketika dari sana.
Yang pasti mereka tidak bisa menanyakan langsung tentang hal ini kepada Yi-feng.
Biksu Xuan-hua melangkah maju dan memberi hormat kepada Yi-feng:
"Pendekar telah mengulurkan tangan membantu kami, murid-murid Zhong-nan-pai sangat berterima kasih atas kebaikan Pendekar. Kami berharap Tuan bersedia beristirahat di tempat kami, biarkan kami para murid Zhong-nan-pai mengucapkan terima kasih kepada Tuan."
Dengan cepat Yi-feng menyela:
"Aku telah banyak menerima kebaikan dari perkumpulan Guru, sekarang bisa membantu perguruan Guru, merupakan keberuntunganku."
"Dan sudah seharusnya aku membantu Zhong-nan-pai."
Hatinya memang masih kacau tapi dalam kekacauan hatinya dia masih mampu mencari alasan untuk menjawab perkataan Biksu Xuan-hua.
Biksu Xuan-hua tidak mengerti maksud Yi-feng dengan 'mendapat banyak kebaikan'.
Biksu Miao-fa berdiri dari posisi jatuh, dia dipapah oleh Miao-tong dan Miao-yuan. Dadanya sudah dipukul oleh Qian-yi, tapi lukanya tidak begitu berat. Sekarang dia berjalan mendekati Yi-feng, sambil terengah-engah dia berkata:
"Apakah Tuan adalah orang yang tadi bertanya mengenai Tuan Jian? Aku sempat mendengar dari Xuan-dan, begitu tahu ada yang mencari Tuan Jian, aku tahu kalau Tuhan masih melindungi kami, dan tidak membiarkan orang jahat seperti Miao-yu mendapatkan kekuasaan. Tuan adalah orang telah yang berbudi kepada Zhong-nan-pai juga sebagai dewa penolong dunia persilatan." Dia berlutut dan berkata lagi: "Terimalah penghormatan ini!" Yi-feng segera melarangnya: "Guru jangan bertindak seperti itu! Perguruan Anda benar-benar telah berbudi kepadaku, walaupun saling tidak kenal, tapi dalam menghadapi masalah seperti ini kita tetap harus saling membantu."
Mei-hua-jian, Du Chang-qin yang berdiri di sisi merasa malu mendengarnya.
Miao-fa dan Miao-yuan terpaku.
Mereka tidak tahu ketika Yi-feng terluka berat dan hampir mati, di kuil inilah dia diobati hingga sembuh. Dia masih mendapatkan banyak pengalaman langka.
Itulah yang dimaksud oleh Yi-feng, dia mendapatkan banyak kebaikan dari kuil ini.
Yang terjadi ketika dia diobati oleh Tuan Jian, bagi Yi-feng adalah titik balik dalam hidupnya. Tadinya dia mengira harapan yang tidak bisa tercapai sekarang mulai muncul titik terang.
Maka dia selalu mengatakan kalau dia telah menerima banyak kebaikan Zhong-nan-pai. Hal ini membuat siapa pun yang mendengarnya menjadi bingung.
Melihat wajah mereka yang kebingungan, Yi-feng tahu kalau mereka tidak mengerti dan dia tidak berusaha ingin menjelaskan, dengan tersenyum dia berkata:
"Guru tidak perlu merasa sungkan karenanya, aku akan mencari tempat lain untuk beristirahat, lebih baik Guru membereskan masalah yang sudah terjadi di sini agar para pendekar tidak merasa terlalu lama menunggu."
"Kalau begitu silakan Tuan beristirahat dulu, aku akan menyelesaikan masalah di sini, setelah itu baru aku akan menemui Tuan!" tanggap Miao-fa. Dia menarik nafas panjan:
"Bagaimanapun juga hari ini tetap harus diadakan pemilihan ketua, kami takut semakin lama dibiarkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan." Dia menarik nafas lagi,"sebenarnya selama beberapa tahun ini orang yang berbakat di dunia persilatan semakin sedikit, begitu pula dengan Zhong-nan-pai." karena itu pula biksu tua ini terus menghela nafas.
Biksu Miao-fa adalah murid pertama dari Biksu Yu-ji. Yu-ji dijuluki sebagai pesilat pedang di antara 7 orang lainnya di dunia persilatan. Sifat Miao-fa tidak ingin berurusan dengan dunia persilatan. Dia benar-benar seorang pengikut Budha yang bersih. Dia tidak begitu tertarik pada ilmu silat juga tidak berilmu tinggi.
Setelah Biksu Yi Ji meninggal, kedudukan ketua diserahkan kepada adik keduanya yaitu Miao-ling. Dia menghabiskan waktu dengan memperdalam ajaran agama Budha.
Tapi karena Miao-ling tidak kuat terhadap godaan perempuan akhirnya nama baiknya pun tercoreng, nyawanya pun melayang, hal ini membuat Miao-fa sedih.
Orang berbakat di Zhong-nan-pai sangat jarang, di perkumpulan lain sering muncul orang berbakat salah satunya seperti Yi-feng atau Qian-yi dari Qing-hai. Mereka adalah orang-orang berilmu silat tinggi.
Dia tidak menyukai ilmu silat, tapi walau bagaimanapun dia telah 10 tahun mempelajari ilmu silat, tapi saat bertarung hanya dalam satu jurus dia langsung terpelanting. Dia memang telah bertindak ceroboh, tapi tetap saja ilmu silatnya berada di bawah orang lain, apalagi dibandingkan dengan murid-murid generasi bawah.
Ini menjadi kesedihannyaa tapi di depan para pendekar dia tidak bisa terlihat lemas dan tidak berdaya. Maka ketika dia dipapah oleh Miao-tong dan Miao-yuan, dia berusaha maju beberapa langkah dan berkata:
"Perkumpulan kami mempunyai seorang pengkhianat, aku tidak sanggup membersihkan nama baik perguruan kami. Demi dunia persilatan harus membasmi orang yang tidak berguna itu, dan aku juga telah membuat pada hadirin menunggu lama, aku benar-benar tidak berguna."
Miao-fa tersenyum dan berkata lagi:
"Selama beberapa tahun ini banyak orang telah membuat dunia persilatan menjadi kacau! Hal ini mungkin dirasakan juga oleh para pendekar. Kali ini perkumpulan kami memilih ketua dengan cara seperti ini, dan kami berharap bisa menyelesaikan masalah ini. Demi dunia persilatan kami akan bertanggung jawab, untung ada yang berani keluar untuk membantu kami, jika tidak maka akibatnya tidak dapat dibayangkan."
Dengan sedih dia berkata lagi:
"Aku berharap di depan para pendekar, kami bisa memilih seorang ketua yang bertanggung jawab terhadap perguruan. Hal ini kami lakukan supaya bisa membalas kebaikan kalian yang telah jauh-jauh datang untuk menyaksikan peristiwa penting ini."
Dia tersenyum bukan karena merasa senang dan berkata kembali:
"Tunggu sebentar di sini, kami telah menyiapkan arak untuk bersulang mendoakan keselamatan perjalanan pulang para hadirin."
Setelah itu biksu berambut putih itu bernafas dengan terengah-engah, mungkin karena dia telah terluka ataukah dia merasa sedih. Dalam waktu singkat, dia terlihat sangat tua.
Setelah para pendekar mendengar perkataannya, mereka segera berdiri, mungkin karena mereka merasa malu.
Apalagi murid-murid Zhong-nan-pai, mereka berdiri sambil menundukkan kepala, diam tidak berbicara. Xiao Nan-pin yang hati yang dipenuhi cinta dan bahagia menyaksikan semua ini. dia ikut menarik nafas.
Miao-fa menahan nafasnya yang sesak, kemudian berkata lagi:
"Sekarang aku persilakan adik seperguru-an Miao-yuan dan keponakan Xuan-hua merebut posisi sebagai ketua. Siapa pun yang menang atau kalah, tetap murid terbaik Zhong-nan-pai. Siapa pun yang menjadi ketua, aku tetap akan merasa senang!"
Biksu Miao-yuan diam tidak banyak bicara, tiba-tiba dia terlihat marah dan melepaskan tangannya yang sedang memapah Miao-fa. Dia berlutut kepada patung dewa.
Dengan sedih berkata:
"Miao-yuan tidak berguna, tidak bisa mengalahkan musuh demi perguruan, Miao-yuan tidak
pantas menjadi ketua. Keponakan Xuan-hua masih muda, dalam hal ilmu dia yang terbaik, sangat
cocok menjadi ketua. Aku berharap dia bisa menerima tanggung jawab ini " dia menghela nafas.
Dia menundukkan kepala dan berkata: "Miao-yuan-...bersumpah di depan patung Budha dan roh nenek moyang, mulai sekarang akan menutup pintu untuk berlatih silat. Jika ada kemajuan berarti aku tidak menyia-nyiakan didikan guru selama ini. Kalau tidak, Miao-yuan akan terus berada di gunung ini dan tidak akan berurusan dengan dunia luar."
Dalam satu jurus dia kalah oleh kakak seperguruan Miao-yu. Dia merasa sedih dan malu. Maka setelah bersumpah seperti itu, dia merasa sedikit lega.
Biksu Miao-fa tersenyum: "Kalau keinginan adik kelima seperti itu, aku turut merasa senang."
Sehabis bicara, Xuan-hua segera maju berkata:
"Murid tidak berguna. Murid "
Miao-fa melambaikan tangan, melarangnya melanjutkan perkataannya:
"Jangan terus berusaha mendorong tanggung jawab ini, sekarang kau bertanggung jawab menjadi ketua, ini adalah keuntungan sekaligus kerugianmu!"
Suaranya yang sedih membuat Xuan-hua segera berlutut. Miao-fa menarik nafas dan menatap langit, pelan-pelan dia berkata lagi:
"Aku berharap kau akan rajin dan melakukan tugasmu dengan baik. Jangan melanggar ajaran
nenek moyang juga jangan berlaku seperti gurumu yang telah wafat "
Di depan banyak pendekar dia tidak bisa mengatakan kalau guru Xuan-hua, yaitu adik seperguruannya dan juga ketua Zhong-nan-pai, Miao-ling karena godaan perempuan dia sampai kehilangan arah.
Tiba-tiba dia berhenti bicara dan mengeluh: "Dia...mati terlalu awal."
Para pendekar mata mana mungkin mengerti maksud perkataannya dan mana mungkin tahu kalau di balik semua itu masih tersimpan cerita penting? Pikiran Yi-feng dipenuhi dengan hal aneh. Tapi dia tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal lain, karena itu walaupun keadaan sangat menyedihkan, tapi ada ketua Zhong-nan-pai yang terpilih.
0-0-0  

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang