115. 18 Ayunan Kapak Membuka Langit Membelah Bumi

845 25 0
                                    

Tidak sengaja semua pendekar berdiri dan memberi hormat, "Kakak Ruan!"

Ruan-wei berdiri dan dia juga memberi hormat. Dia melihat Zhang Wan-yi kemudian tertawa: "Apakah aku boleh duduk di sini?"

"Silakan! Silakan!" kata Zhang Wan-yi malu

Ruan-wei marah karena tadi Zhang Wan-yi telah berbuat tidak sopan, maka dia tidak mau duduk, dan sengaja berkata, "Aku tidak berani duduk di tempat yang sudah disiapkan Tuan Zhang Wan-yi untuk Kakak Zhao, lebih baik aku berdiri saja!"

Dia berjalan keluar dari tempat duduknya tadi, Zhao Sheng-zhou segera berkata:
"Kakak Ruan, jangan marah! Silakan duduk! Silakan duduk!"
Zhang Wan-yi takut dengan pengawalan perjalanan Nan-bei, dia berpikir jika membuat pengawalan perjalanan Nan-bei yang terkenal marah, dia tidak akan bisa mencari makan lagi. Maka dia terpaksa manahan emosinya dan meminta maaf:
"Aku tidak mempunyai mata, tidak tahu Anda sudah datang, aku bersalah, mohon maaf!"
Ruan-wei belum tahu pengawalan perjalanan Nan-bei memiliki wibawa begitu tinggi, sampai-sampai Zhang Wan-yi mau meminta maaf di depan banyak pendekar. Dalam hati dia malah merasa tidak enak dan tertawa:
"Salahku tidak memberitahu namaku, aku datang dari pengawalan perjalanan Nan-bei. Kakak Zhang tidak salah, silakan semua duduk!"
Melihat Ruan-wei duduk, pendekar-pendekar ikut duduk. Zhang Wan-yi diam-diam menarik nafas. Zhao Sheng-zhou semeja dengan Ruan-wei. Setelah duduk, dia berkata:
"Mengenai barang bawaan kita yang sering hilang, sampai di mana pembicaraan kalian?"
Zhang Wan-yi memberitahu tentang keputusan mereka tadi. Zhao Sheng-zhou berkata:
"Saudara-saudara, masukan aku salah satu dari yang akan berangkat!"
Ruan-wei mengambil keputusan ikut mereka naik gunung, maka dia tertawa:
"Aku juga ikut!"
Semua orang menyambut baik seketika, mendengar Ruan-wei akan ikut, mereka tidak tahu kalau kantor pengawalan perjalanan Nan-bei pun sempat kehilangan barang berharga yang mereka bawa. Mereka mengira pengawalan perjalanan Nan-bei datang ke sini untuk membantu maka mereka menaruh harapan besar. Setelah makan, 14 kantor pengawalan perjalanan berjumlah 17 orang mulai berangkat menuju gunung.
'Pai-gu-xian' Song Ming-jin sudah menyiapkan perahu dan siap berangkat. Mereka berangkat secara terpisah agar orang lain tidak curiga.
Sesampainya di balik gunung, di tempat yang sepi, 2 perahu berkumpul lagi. Dinding gunung penuh lumut dan sangat licin maka tidak ada tempat untuk memanjat. Kelihatannya tempat ini tidak pernah ada yang naik.
Song Ming-jin sejak awal sudah menyiap-kan 2 gulung tali besar. Apalagi orang yang berada di perahu berilmu silat tinggi, maka hanya sebentar tali sudah bisa terpasang di sebuah pohon besar sekitar 100 meter lalu semua orang mulai naik.
Sesampainya di tengah gunung, di sini terlihat semak-semak, jalan ini sulit untuk dilalui maka mereka berkumpul dulu. 'Hua-qiang' Wang Si-jia tidak sabar, dia terus marah-marah:
"Tempat seperti ini untuk berjalan saja sulit, masa seorang perempuan bisa bersembunyi di sini!"
Kata-kata ini mengungkapkan perasaan semua orang yang ada di sini. Memang gunung ini tidak begitu tinggi tapi turun naiknya sangat sulit. Walaupun perempuan itu berilmu silat tinggi tapi turun dan naik bukan hal mudah.
Huang Wen Kai berkata:
"Kalau orang bisa tinggal di sana pasti ada jalan yang lebih mudah." Zhang Wan-yi tertawa kecut:
"Apakah kau jamin gadis bau ini memang tinggal di atas?"
Mendengar Zhang Wan-yi menyebut Wen-yi adalah gadis bau, Ruan-wei marah, dia memukul pinggang Zhang Wan-yi dan pura-pura marah: "Ayo! Ayo jalan! Jangan banyak bicara!"
Memang pukulan Ruan-wei tadi ringan tapi cukup membuat Zhang Wan-yi kesakitan. Dia tidak berani membalas dan cepat-cepat naik lagi, dia benar-benar penurut.
Baru sampai dua pertiga perjalanan, baju yang mereka pakai banyak yang sudah sobek, ada yang terluka ringan, ada yang rambutnya acak-acakan. Kecuali Ruan-wei masih seperti semula, yang lain terlihat kacau balau. Mereka juga mulai terengah-engah. Melihat ke atas pohon tumbuh saling tumpang tindih, jika ingin naik ke puncak bukan hal yang mudah!
'Jin-qiang' Lu Hua-ting berkata dengari curiga:
"Apakah di atas ada yang tinggal?" 'Hua-qiang' Wang Si-jia berteriak: "Hanya setan yang baru mau tinggal di sana!" Zhang Wan-yi pelan-pelan berkata: "Jangan keras-keras, nanti akan terdengar oleh gadis bau itu!"
Ruan-wei memukul pinggangnya lagi dan juga marah:
"Cepat jalan! Mengapa kau berjalan begitu pelan?"
Zhang Wan-yi dengan gagap berkata: "Kakak Ruan, aku... aku... tidak bisa berjalan cepat!" "Kalau tidak bisa cepat, jangan banyak bicara!" bentak Ruan-wei. Zhang Wan-yi cepat-cepat menutup mulutnya, dia tidak berani sembarangan bicara lagi. 'Shou-jian' Zhao Sheng-zhou mengeluh:
"Pasti ada jalan lain, kalau tidak perempuan itu tidak akan tinggal di puncak!" 'Pai-gu-xian' paling kurus juga paling lemah, ilmu silatnya juga paling rendah, sambil menyeka keringat, dia terengah-engah berkata:
"Aku kira juga begitu, tapi di mana jalan yang dimaksud?" Hua-qiang Wang Si-jia marah:
"Jika kau tahu jalan yang satu lagi, tidak mungkin kau mau ikut kami jalan ke sini!"
'Yin-qiang' Ren Hong-bing diam-diam memuji kata-kata adik ketiganya karena kata-kata ini membuat wajah Song Ming-jin merah karena marah.
Setengah jam kemudian akhirnya mereka sampai juga di puncak gunung. Mereka saling pandang dan diam-diam merasa malu karena baju mereka compang camping, hanya Ruan-wei yang masih terlihat seperti biasa. Dia tidak seperti sudah berjalan jauh, karena itu yang lain bertambah malu.
Puncak gunung sangat luas. Melihat ke bawah, kepala Budha yang besar hanya tinggal beberapa puluh meter lagi. Orang yang memanjat benar-benar tidak tahu dulu dengan cara apa Biksu Hai-tong membangun patung Budha Ru-lai.
Setelah berunding, 17 orang membagi kelompok untuk mencari perempuan itu. Song Ming-jin segera berkata:
"Kalian pergi saja, aku menunggu di sini!" Semua orang berkata karena hal ini tidak ada hubungan dengannya maka dia hanya wajib membawa mereka sampai di sana jangan membawa masalah kepada dia!
Zhang Wan-yi berkata:
"Terima kasih, Kakak Huang!"
Dengan nada tidak jelas Huang Wen-kai berkata:
"Mari, kita berpencar untuk mulai mencari!"
Hua-qiang Wang Si-jia berteriak:
"Tidak perlu mencari lagi, perempuan itu sudah datang!"
Dengan terkejut mereka melihat, ternyata di sebelah sana datang seorang perempuan berpakaian merah. Wajah ditutup oleh kain berwarna merah. Dialah orang yang sering merampok barang bawaan pengawalan perjalanan.
Ruan-wei terkejut dan berpikir, 'apakah benar dia adalah adik Yi?' Dia tidak berani mendekat, hanya berdiri dari jauh untuk melihat perempuan itu.
Ruan-wei juga merasa aneh, 'mengapa perempuan itu tidak berani mengeluarkan suara aslinya? Apakah benar dia adalah adik Yi dan dia tidak ingin aku tahu kalau itu adalah dia!"
Semua pendekar tahu perempuan itu berilmu silat tinggi dan tahu kalau mereka tidak bisa melawan maka tidak ada seorang pun yang berani menyapa. Semua berdiri tercenung.
Perempuan itu tertawa:
"Aku kira pendekar terkenal mana yang datang ke sini, ternyata yang datang hanya orang-orang bisu!"
"Silakan, nona!" kata ruan-wei tertawa
Dia membungkukkan tubuh memberi hormat. Perempuan itu dengan cara yang sama membalas memberi hormat dan berkata: "Apakah kau adalah pemimpin mereka?" Dengan santai Ruan-wei menjawab: "Bukan! Aku ke sini untuk mencari seseorang!" Perempuan yang wajahnya ditutup itu berkata:
"Yang tinggal di gunung ini hanya aku, tidak ada orang lain!"
"Kalau begitu Nona adalah orang yang kucari." Perempuan yang wajahnya ditutup itu tertawa: "Apakah kau tahu siapa aku?"
Karena tidak bisa menjawab maka Ruan-wei hanya termenung. Perempuan itu dengan dingin berkata:
"Sekarang kau sudah bertemu denganku, ada perlu apa denganku?" 'Apakah dia adik Yi?' pikir Ruan-wei.
Karena itu Ruan-wei tidak berani bertanya apakah dia adalah Wen-yi, maka dengan gagap dia berkata:
"Aku harap nona mengembalikan barang atau uangyang kau rampok dari mereka!"
"Siapa yang bisa melawanku, dalam 10 jurus tidak kalah, aku akan mengembalikan uang atau
barang mereka, tapi "
Semua pendekar berpikir, 'Menahan 10 jurus tanpa kalah belum tentu bisa.' Maka semua orang terus memperhatikan dia, apa maksud dari kata 'tapi' nya? Perempuan itu tertawa:
"Hanya boleh 3 orang, setelah 3 orang, aku tidak akan meladeni kalian lagi!" Dengan cepat 3 orang berebut bicara: "Aku akan bertarung dengan Nona!"
Ketiga orang ini adalah Shou-jian Zhao Sheng-zhou, Huang Wen-kai, dan Zhang Wan-yi. Perempuan itu berpesan:
"Kalian bertiga keluarlah, aku hanya akan bertarung dengan kalian bertiga!" Semua orang berpikir:
"Hanya dengan cara bertarung dengannya baru mempunyai kesempatan merebut kembali barang yang telah dirampoknya. Jika dia sudah pergi, ke mana kami harus mencarinya!"
Maka semua orang terus berteriak: "Aku juga akan bertarung dengan Nona! Aku juga akan bertarung dengan Nona!"
Diam-diam Ruan-wei menarik nafas: "Mereka datang demi kepentingan dirinya sendiri, mereka tidak kompak. Sepertinya tidak ada orang yang bisa merebut kembali uang atau barang mereka yang hilang!"
Zhang Wan-yi berteriak:
"Kalian tidak perlu tergesa-gesa, setelah kami bertiga selesai bertarung baru giliran kalian!" Hua-qiang Wang Si-jia yang tadinya akan keluar ditarik kembali oleh Jin-qiang Lu Ting-hua, dengan suara kecil dia berpesan: "Adikketiga, jangan ceroboh!"
Dia dan adik ketiga tidak bisa bersaing dengan Huang Wen-kai maka mereka hanya bisa diam menunggu. Hua-qiang Wang Si-jia tidak berani membantah perintah kakak tertuanya, terpaksa dia berdiri diam menahan emosi.
Yang lain juga bukan orang bodoh. Yang perlu diketahui di antara pendekar-pendekar yang datang kecuali Ruan-wei yang memiliki ilmu silat tinggi, tidak ada seorang pun yang ingin bertarung dengan Zhang Wan-yi.
Diam sebentar, perempuan itu tertawa: "Kenapa? Tidak ada orang yang berani bertarung?"
'Shou-jian' Zhao Sheng-zhou mencabut pedang sebesar jari, dia maju ke depan:
"Aku bermarga Zhao, aku yang akan bertarung dulu dengan nona!"
Perempuan itu bertepuk tangan berkata:
"Baik, sangat baik! Aku juga akan menggunakan pedang!" Dia mencabut pedang menyerang ke arah Zhao Sheng-zhou. Zhao Sheng zhou terkejut, dia meloncat sambil menyerang kembali.
Pedang Zhao Sheng-zhou kecil tapi menyerang dengan bertubi-tubi, membawa angin yang sangat kencang. Perempuan yang wajahny.i ditutup itu sama sekali tidak menghindar, dia hanya menggunakan pedangnya menangkis 3 jurus.
Setelah 3 jurus, perempuan itu mulai mengetahui jurus pedang Zhao Sheng-zhou, lebih banyak serangan tipuan daripada serangan iesungguhnya, maka pada jurus kelima dia tidak mempedulikan serangan Zhao Sheng-zhou, sebaliknya dia menyerang Zhao Sheng-zhou. sejurus demi sejurus makin lama makin hebat.
Zhao Sheng-zhou belum pernah melihat jurus ganas seperti ini. Setelah menghindar 5 jurus, dia mulai kewalahan, terakhir sampai-sampai tidak tahu pedang perempuan itu menyerang dari arah nana. Pedang perempuan yang wajahnya ditutup itu berputar, dengan mudah memukul jatuh pedang 5hou-jian Zhao Sheng-zhou.
Setelah pedang sudah terjatuh Zhao Sheng-hou berdiri termenung. Melihat jurus-jurus perempuan itu begitu ganas, hati Zhao Sheng-zhou nenjadi dingin, apalagi dia tangan kosong, mana nungkin bisa melawannya.
Perempuan itu tertawa:
"Siapa lagi yang ingin bertarung denganku, kalau tidak ada, aku mau pergi!" Dengan memberanikan diri, Zhang Wan-yi maju ke depan:
"Aku akan mencoba ilmu pedang nona!" Perempuan itu memasukkan pedangnya ke dalam sarung:
"Kau bernama 'Wu-di-san-quan', baiklah aku ikan mencoba ilmu kepalanmu!"
Zhang Wan-yi benar-benar senang, belum lagi dia siap, perempuan itu sudah menyerang, kepalannya memukul hidung Zhang Wan-yi, nembuat hidungnya berdarah. Sambil berteriak Zhang Wan-yi menyerang. Kepalan menyerang dari arah depan dan jurusnya sangat biasa tapi serangan ni membuat perempuan yang wajahnya ditutup nenjadi terkejut. Dia jadi tidak berani memandang remeh orang ini.
Zhang Wan-yi berjongkok, kepalan kedua keluar lagi, serangan ini sangat kencang, membuat perempuan itu tidak bisa menyerang balik. Dengan ilmu meringankan tubuh yang hebat, dia terbang melewati kepala Zhang Wan-yi kemudian menyerang belakang Zhang Wan-yi.
Tapi jurus ketiga Zhang Wan-yi justru dari belakang. Orang aneh hanya mengajarinya 3 jurus. Dia pernah berkata kepada Zhang Wan-yi, '3 jurus kepalan ini asal kau bisa kuasai dengan baik, di dunia ini tidak ada seorang pun yang bisa melukaimu!"
Tapi Zhang Wan-yi kurang berbakat, dengan 3 jurus ini dia bisa mengalahkan beberapa orang dan membuat dirinya terkenal di dunia persilatan maka dia merasa bangga dan tidak memperdalam lagi 3 jurus ini. Dia mengira di dunia ini tidak ada orang yang bisa melawan 3 jurus kepalannya!
Perempuan itu memang terkejut dengan jurus ketiga Zhang Wan-yi, juga merasa repot dan harus mengandalkan ilmu meringankan tubuh baru bisa menghindar. Sesudah 3 kali memukul, Zhang Wan-yi mulai berhenti karena dia merasa aneh mengapa 3 kepalannya tidak merobohkan perempuan ini. Kesempatan ini digunakan oleh perempuan itu meloncat ke atas sambil menendang, membuat Zhang Wan-yi jatuh dengan posisi telungkup.
Huang Wen-kai berkata:
"Sekarang giliranku, senjataku adalah golok!" Perempuan itu berkata:
"Baiklah!" tubuhnya berkelebat, perempuan itu sudah merebut sebilah golok dari salah seorang pendekar di sana.
Huang Wen-kai sangat pintar, dia tidak banyak menunggu dia langsung menyerang. Jurus-jurus golok Huang Wen-kai adalah jurus Duan-men-jue-hu-dao yang sangat lihai. Para pendekar berpikir, 'Kali ini perempuan yang wajahnya ditutup itu pasti tidak akan bisa mengalahkan Huang Wen-kai dalam 10 jurus!'
Tapi Huang Wen Kai baru mengeluarkan 3 jurus, dia berteriak: "Po-feng-dao!"
Huang Wen Kai segera menarik golok dan mundur tapi perempuan itu tidak berhenti, dia membacok tangan kiri Huang Wen-kai, membuat tangan kiri Huang Wen-kai putus. Huang Wen-kai menahan sakit, dengan suara gemetar dia berkata:
"Duan-men-jue-hu-dao tidak berani melawan Po-feng-dao!"
Kemudian dengan tergopoh-gopoh dia turun gunung, tapi belum sampai 10 langkah dia sudah pingsan.
Dengan tidak suka, Ruan-wei berkata: "Kenapa Nona membacok putus tangannya?" Perempuan itu tanpa merasa bersalah berkata:
"Siapa suruh dia tidak melawan, jadi pantas jika tangannya putus!"
Suara Ruan-wei mulai marah:
"Seorang perempuan mengapa begitu kejam?"
Perempuan itu dengan marah menjawab: "Kalau kejam mengapa, itu bukan urusanmu!" Alis Ruan-wei dikerutkan lagi, dengan pelan dia berkata: "Kembalikan uang mereka!"
"Kalau mereka sanggup melawanku dalam 10 jurus, aku akan mengembalikan. Tapi jika tidak sanggup, tidak perlu banyak bicara lagi!" Ruan-wei menarik nafas:
"Dalam 10 jurus aku bisa mengalahkanmu, apakah kau percaya?"
"Aku tidak percaya!" jawab perempuan itu dengan suara aneh.
"Baiklah! Dengan tangan kosong aku akan terima sepuluh jurusmu. Jika menang, aku harap kau mengembalikan uang yang telah kau rampok!"
Perempuan itu membalikkan tubuh dan pergi, dia juga berteriak: "Aku tidak mau bertarung denganmu!"
"Jangan pergi!" Bentak Ruan-wei Ruan-wei mengejar.
Perempuan itu dengan cepat turun gunung, ternyata di daerah sana ada tangga untuk naik turun gunung.
Dia mengejar sampai ke atas kepala Budha, perempuan itu terbang seperti seekor burung walet. Dia meloncat setinggi 30 meter, ini tidak membuat Ruan-wei berhenti mengejar, dia ikut meloncat.
Kepala Budha menempel ke dinding gunung. Dinding itu rata seperti ditepis. Ruan-wei berdiri di tengah, dia tidak melihat perempuan itu pergi. Tiba-tiba di sebelah gunung, di telinga Budha ada sebuah gua setinggi orang. Ruan-wei segera masuk ke gua itu. Ruan-wei berteriak:
"Nona, keluarlah! Nona, keluarlah!"
Tapi tidak ada yang menjawab. Selangkah demi selangkah Ruan-wei masuk. Semakin dalam gua itu semakin gelap. Begitu masuk 20 meter, di sana gelap sekali sampai tidak terlihat apa-apa.
Tiba-tiba di belakang Ruan-wei terdengar suara Hong-long! Ruan-wei terkejut, dengan cepat dia berlari kembali ke mulut gua. Ternyata mulut gua sudah ditutup oleh batu besar, dengan cara apa pun tidak bisa dibuka.
Karena itu Ruan-wei berpikir:
"Biar aku masuk dulu, untuk melihat keadaan di dalam!"
Setelah berjalan sekitar 50 meter, di depan mulai terlihat ada cahaya. Ruan-wei berjalan tambah cepat, ternyata ada sebuah gua yang lebih lebar dan terang.
Di sekeliling gua tergantung 4 lampu yang bersinar terang. Lampu ini menyinari dinding gua. Di sana terlihat ada 18 laki-laki sedang membawa kapak besar. Di pintu gua terlihat ada 7 kata tertulis: Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu (18 ayunan kapak membuka langit membelah bumi).
0-0-0

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang