Yi-feng merasa di sisi telinganya ada yang menyalakan petasan. Dia segera menyambar sapu tangan itu. Sapu tangan itu berwarna hijau muda, di ujung sapu tangan tersulam huruf 'Nan-pin' dengan benang berwarna biru tua.
Xue Ruo-bi memeluk anak yang masih menangis sambil mengomel:
"Ketika aku datang kemari, ranjang ini tampak berantakan dan aku memungut sapu tangan yang terjatuh di bawah ranjang ini. Ternyata sapu tangan ini milik Xiao Nan-pin... "
"Diam!" bentak Yi-feng
Dengan terkejut Xue Ruo-bi melihat Yi-feng. Yi-feng menghembuskan nafas terpaksa berkata:
"Hal memalukan ini jangan dibicarakan terus di depanku."
Sekarang dia tidak berniat menutupi perasaannya lagi. Otot di wajahnya terus bergetar.
Tidak ada bahasa di dunia ini yang bisa melukiskan kebenciannya kepada Xiao-wu!
Tapi Xue Ruo-bi sama sekali tidak mengerti apa yang Yi-feng pikirkan. Sekarang dia sedang mengayam sebuah jala perasaan berwarna merah muda, sekali lagi dia ingin menjerat orang yang pernah mencintainya masuk kembali ke dalam jala.
Gua misterius ini sepertinya sudah diatur, karenanya kebutuhan sehari-hari tampak lengkap dan tersimpan di kolong tempat tidur yang terbuat dari batu.
Sebotol asinan mentimun, sebuah paha daging matang, masih ada daging dari dada rusa, dua ekor ayam, 4 ekor bebek, ditambah seguci arak yang masih disegel, dan sebotol air bersih. Semua ini sudah diatur oleh ketua Tian-zheng-jiao, sedemikian teliti dan sempurna.
Xue Ruo-bi membereskan makanan itu dengan teliti. Dia ingin membawa Yi-feng kembali ke masa lalu.
Tapi Yi-feng tidak bereaksi apa-apa. dalam hati dia terus berpikir, 'Makanan ini hanya cukup untuk bertahan hidup selama 20 hari lebih. Bila dalam waktu 20 hari aku bisa belajar ilmu 'Tian-xing-mi-ji'. Setelah 20 hari Wan Tian-pin jika tidak mengingkari janjinya... '
Dia tersenyum, senyuman ini terlihat sangat sedih. Dua orang di dalam gua, masing-masing mempunyai pikiran berbeda.
Anak itu melihat ayah dan ibunya dengan matanya yang polos. Dia tidak menyimpan dendam atau pun budi. bukankah dia adalah orang yang paling berbahagia di dunia ini?
Kecuali bermain dengan putranya, Yi-feng hanya diam. Dia tidak ingin melihat Xue Ruo-bi atau mengajaknya berbicara.
Setelah Xue Ruo-bi dan anaknya tertidur. Yi-feng baru mengeluarkan Tian-xing-mi-ji, lalu dengan bantuan sinar lampu dia mulai membaca. Kadang-kadang dia berdiri untuk memperagakan jurus-jurus yang ada di dalam buku, kemudian duduk kembali dengan perasaan senang.
Selama 3 hari ini, dia telah mempelajari banyak jurus silat yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
Selama 3 hari ini dia tidak tidur. Xue Ruo-bi sepertinya juga marah kepadanya dan tidak mau mengajaknya bicara. Yi-feng lebih suka dengan keadaan seperti itu.
Tapi lama-lama siapa pun pasti akan merasa lelah karena tidak tidur, karena itu dia pun menyandarkan tubuhnya ke dinding dan tertidur.
Dalam tidurnya, dia memimpikan Tie-mian-gu-xing-ke yang marah kepadanya. Tian-xing-mi-ji' yang tersimpan di balik baju dadanya ingin direbut oleh Tie-mian-gu-xing-ke. Karena terkejut dia meraung kemudian terbangun.
Ketika dia membuka matanya, Xue Ruo-bi sedang berdiri di depannya tanpa alas kaki. Walaupun dia menyandar ke dinding, tapi setiap saat dia akan terbangun jika ada yang mendekatinya.
Satu hari, dua hari
Beberapa hari telah berlalu, masalah datang, air minum sudah habis, terpaksa mereka membuka guci arak, menganggap kalau arak itu sebagai pengganti air. Tapi bagaimana dengan anak itu? Anak itu terpaksa minum arak. Yi-feng menaruh arak ke mulutnya dengan sumpit supaya dia bisa pelan-pelan menyedotnya.
Lama-lama anak ini terbiasa dengan bau arak. Dia jadi bisa meminum arak.
Arak ini adalah arak Chao-xing. Rasanya manis tapi setelah meminumnya akan sering mabuk. Awalnya anak kecil ini yang mulai mabuk kemudian disusul dengan Xue Ruo-bi. Yi-feng melihat perut Xue Ruo-bi yang buncit, dalam hati dia merasa tidak enak, kemudian dia pun berbaring di sisi dinding gua, dia tertidur.
Tidak ada sinar matahari yang masuk ke dalam gua jadi mereka tidak tahu waktu yang lewat sudah berapa lama. Xue Ruo-bi haus, dia minum arak. Setelah minum arak dia mabuk lagi, dia terus mabuk...
Yi-feng pun seperti itu. Karena setiap hari minum arak, maka dia pun merasa pusing. Hanya saja dia adalah seorang laki-laki, maka tidak sampai benar-benar mabuk... Hari demi hari berlalu.
Yi-feng sudah membuka Tian-xing-mi-ji dari bab awal hingga bab akhir. Karena dia mempunyai dasar ilmu silat dan juga orang ber-bakat maka tidak begitu sukar dia bisa memahami ilmu dalam Tian-xing-mi-ji. Memang ada yang tidak dimengerti dari buku itu tapi ini hanya membutuhkan waktu untuk mempelajarinya lebih dalam saja.
Dia merasa ilmu silatnya sekarang berbeda dengan ilmunya sebelum dia masuk ke gua ini. Dia percaya dengan kemampuan ilmu silatnya sekarang bisa bersaing dan bertarung dengan Wan Tian-pin.
Dia merasa sangat senang. Dari atas meja dia mengambil sepotong daging, sambil menggigit daging dia melihat putranya yang tertidur pulas dan dia juga berpikir...
Tiba-tiba terdengar suara besar dari arah mulut gua. Yi-feng dengan cepat berjalan keluar dari tempat itu, kemudian dia berlari. Dia ingin memeluk anak yang masih tertidur pulas itu.
Selama beberapa hari ini, hubungannya dengan anak ini semakin akrab dan dekat... hubungan ayah dan anak lebih kental dibandingkan dengan perasaan apa pun di dunia ini. Hubungan darah tidak bisa dipaksakan.
Tiba-tiba Xue Ruo-bi membalikkan tubuhnya. Dia melindungi anak ini dengan tubuhnya dan membentak:
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Dia adalah anakku, aku tidak akan membiarkan dia ikut denganmu!" bentak Yi-feng pula
Xue Ruo-bi mendekap anak itu dengan erat. Dengan mata melotot dia menjawab:
"Dengan alasan apa kau ingin mengambil anak ini? Xiao Nan lahir dari rahimku dan aku yang
telah membesarkannya, apa kau ingin merebutnya dariku?"
Yi-feng tertawa dingin, dia tidak menjawab. Tangan kanannya membalikkan tubuh Xue Ruo-bi,
tangan kirinya merebut anak itu. Anak itu pun terbangun dan menangis. Xue Ruo-bi seperti orang gila yang kumat:
"Jika kau mengambil anak ini, aku akan membunuhnya dulu kemudian aku akan menyusulnya mati, kami akan mati bersama di depan-mu."
Jurus telapak besi yang akan dikeluarkan Yi-feng berhenti seketika kemudian ditarik kembali. Dia menarik nafas:
"Untuk apa kau begitu menginginkan anak ini? Apakah kau mau dia ikut Xiao-wu... kemudian disiksa oleh Xiao-wu?... jika kau masih memikirkan perasaan kita sebagai mantan suami istri, serahkanlah anak ini padaku...aku... aku akan merasa berterima kasih kepadamu seumur hidup!"
Tiba-tiba Xue Ruo-bi tertawa, dia merapi-kan rambutnya yang acak-acakan dan berteriak:
"Perasaan suami istri?...Hah! Apakah kau tahu bagaimana yang disebut sebagai perasaan suami istri? Kau hanya menginginkan anakmu, Lu Nan-ren, aku memang bersalah padamu, tapi... "
Suara tawa sambil berteriak berhenti. Sambil mengelus-elus wajah anak ini dia berkata:
"Aku tahu kalau aku salah, mengapa... " dia menarik nafas panjang dan tidak meneruskan kata-katanya.
Dia tidak perlu banyak bicara lagi, Yi-feng sudah tahu apa yang dimaksud olehnya. Xue Ruo-bi adalah seorang perempuan pintar, dia ingin meninggalkan Xiao-wu untuk kembali ke sisinya maka dia menjadikan anak ini sebagai senjata.
Hanya saja karena dia terlalu pintar, maka dia menganggap orang lain bodoh...
Yi-feng tertawa:
"Xue Ruo-bi, kau orang pintar, seharusnya kau tahu... "
Kata-katanya belum habis, dari mulut gua terdengar ada yang tertawa dengan suara keras. Seseorang dengan suara keras seperti lonceng berkata:
"Aku merasa aneh, mengapa monyet tua Wan Tian-pin seperti orang bodoh hanya duduk di depan gua. Sebenarnya mulut gua tertutup oleh batu besar tapi masih saja ditunggui. Ternyata ada kau di sini."
Yi-feng terkejut dan membalikkan badannya. Setelah melihat siapa yang bicara, dia terkejut dan berteriak.
Cahaya dari lampu tempel sangat redup, cahaya kuning menyinari sosok orang yang ada di mulut gua itu. Orang itu terlihat tinggi juga besar, kepalanya botak, rambut acak-acakan, diikat dengan asal-asalan, kemudian dililitkan ke atas kepalanya. Baju panjangnya terbuat dari sutra, kancing depannya terbuka semua terlihat dadanya yang dipenuhi bulu dan beberapa bekas luka yang sudah menghitam. Alisnya hitam, mata besar, sorot matanya seperti kilat, janggutnya keras seperti besi. Dia adalah si Tangan Terampil Xu-bai.
Yi-feng merasa telapak tangannya basah oleh keringat, tubuhnya berkeringat dingin.
Di Wu-liang-shan dengan mata dan kepala sendiri dia melihat 'Pencuri Selatan' deng-an 'Perampok Utara' saling menyerang dan mati. Tapi Perampok Utara, Tie-mian-gu-xing-ke Wan Tian-pin ternyata bisa hidup kembali.
Bila jarak waktunya tidak begitu lama masih masuk akal. Tapi si Tangan Terampil Xu-bai tiba-tiba muncul di depan matanya sekarang, benar-benar membuat siapa pun tidak mengerti.
Kaki Yi-feng seperti berakar dan tidak bisa bergerak dari tempatnya. Xue Ruo-bi juga merasa terkejut. Anak itu berhenti menangis.
Si Tangan Terampil Xu-bai tertawa terbahak-bahak dan melangkah masuk ke dalam gua. Dia melihat ke sekeliling, melihat ke atas meja yang terbuat dari batu, masih terhidang daging ayam yang belum habis dimakan dan arak. Dia tertawa:
"Tidak disangka, tidak disangka, di dalam gua seperti ini masih ada arak dan daging!"
Dia mencomot daging, sedangkan tangan yang lainnya memegang guci arak. Dia mulai meminum arak itu sambil berkata:
"Arak yang enak! Enak sekali!" Sambil makan daging ayam, dia berkata: "Daging ayam ini enak!" Melihat Yi-feng, dia pun tertawa: "Anak kecil, ternyata kau menyulitkan rohku. Sesampainya di 'Nan-tian-men' (pintu akhirat), Sun Go-kong mengatakan aku terlalu jelek maka dengan tongkat ajaibnya dia memukulku, aku terjatuh ke dalam neraka, tapi penjaga pintu berkepala sapi dan kuda mengusirku dari sana, aku terpaksa kembali mencari tempat ini. Di sini tempat yang bagus, ada arak, ada daging. Aku merasa senang, aku tidak akan membalas dendam. Mengapa wajahmu terlihat begitu khawatir?"
Yi-feng gemetar. Dia tidak percaya kalau di dunia ini ada setan tapi sekarang ini Xu-bai yang sudah lama mati, berdiri di depannya. Siapa yang bisa menjelaskan hal ini?
Xue Ruo-bi berusaha melindungi anaknya yang ketakutan dan hampir menangis. Dia membentak:
"Siapa kau?"
Si Tangan Terampil membuang tulang ayam ke bawah, melihat Xue Ruo-bi kemudian meminum arak lagi. Sambil tertawa dia menjawab:
"Tidak disangka anak kecil ini bisa kau dapatkan dari seorang istri yang begitu cantik."
Dia berjalan ke sisi Yi-feng kemudian dengan tangannya yang besar dia menepuk-nepuk pundak Yi-feng dan berkata:
"Anak kecil jangan takut, aku akan memberitahumu mengapa aku tidak mati. Jika aku mati pun, rohku tidak akan gentayangan mencarimu, karena apa kau takut?"
Dia mengangkat guci araknya dan berniat ingin minum lagi tapi arak sudah habis. Dia menarik nafas:
"Araknya enak tapi sayang terlalu sedikit isinya!"
Dia melempar guci kosong itu ke dinding gua, suara dentingan keras membuat anak yang terbaring di atas ranjang kembali menangis. Yi-feng terpaku kemudian dengan terpaksa tertawa, dia berkata dengan pelan:
"Beberapa hari kita tidak bertemu, Tetua masih tetap gagah seperti dulu." Dia berkata lagi, "Kita berpisah di Wu-liang-shan paling sedikit ada satu bulan lebih, mengapa Tetua Xu kembali ke Wu-liang-shan?"
Si Tangan Terampil Xu-bai tertawa terbahak-bahak:
"Anak kecil, jika bicara jangan berputar-putar. Apakah kau merasa aneh mengapa aku tidak mati?"
Dengan paha bebek dia menunjuk ke atas ranjang dan berkata: "Kau dan istrimu duduk di sana! Aku akan memberitahumu... "
Melihat di dalam cangkir masih ada sedikit arak, dia segera menyambar cangkir dan minum, sambil bercerita:
"10 tahun lalu, aku dan si monyet tua Wan Tian-pin naik ke Wu-liang-shan. Tadinya kami mengira selama 10 hari atau paling lama setengah bulan, masalah antara kami akan selesai. Ternyata si monyet tua itu memang mempunyai ilmu silat tinggi. Kami bertanding hingga menghabiskan waktu sampai 10 tahun."
Sambil memakan daging bebek, dengan kata-kata tidak jelas, dibantu dengan gerakan tangan juga kaki dia berkata:
"Dalam kurun waktu 10 tahun itu...kami lewati dengan perasaan tidak enak hingga akhirnya kau datang, setelah kau menceritakan tentang buku rahasia bernama Tian-xing-mi-ji'. Ketika itu aku sadar pertandingan antara aku dan monyet tua itu akan berakhir, tanpa ada penyelesaian karena Tian-xing-mi-ji' ternyata lebih berharga dibandingkan dengan 'alat cahaya berputar', saat itu hatiku pun tergerak."
"Terakhir apa yang terjadi, kau sudah tahu, tapi ada satu hal yang tidak kau ketahui. Ketika kami sedang memilih benda berharga yang kami inginkan, aku membiarkan monyet tua itu mendapatkan Tian-xing-mi-ji'. Aku berpikir setelah aku memakan 'Du-long-wan' dan tenaga yang lebih besar darinya, aku akan merebut 'Tian-xing-mi-ji'. Biar si monyet tua itu merasa senang dulu. Tapi...hhhh! Perhitungan manusia tidak sehebat perhitungan Tuhan. Aku mengira aku cukup cerdik ternyata malah membuatku terjebak."
Diam-diam Yi-feng berpikir, 'Ternyata demikian. Waktu itu aku merasa aneh, Xu-bai terkenal dengan keterampilan tangannya, mengapa saat menebak koin, dia tidak bermain licik. Ternyata dia mempunyai rencana lain.'
Terdengar Xu-bai tertawa dan berkata lagi: "Anak kecil, aku tahu kau sedang marah karena aku telah tidak jujur. Kau harus tahu, seumur hidupku bila melakukan suatu pekerjaan, asalkan memberi keuntungan kepada diriku sendiri itu sudah cukup. Apalagi Wan Tian-pin adalah orang yang sangat licik, untuk apa aku berlaku jujur padanya... "
Alis Yi-feng terangkat. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu dia tidak tahan tidak bicara lagi tapi tidak jadi dilakukannya.
Xu-bai mengeluarkan tulang dari dalam mulut dan berkata lagi:
"Tapi sekarang aku sadar kalau menjadi orang itu jangan terlalu pintar. Kalau terlalu pintar pun bukan berarti tidak ada hoki. Sewaktu itu aku menelan Du Long Wan", awalnya tidak terasa apa-apa, akhirnya aku malah merasa pusing. Belakangan apa yang terjadi aku sudah tidak tahu karena aku sudah pingsan."
Ceritanya sampai di sini, wajah orang yang sangat terkenal ini pun terlihat berubah, seperti-nya
apa yang terjadi waktu itu, masih membuat-nya merasa takut.
Dia membersihkan minyak yang menempel di sudut mulutnya, lalu berkata lagi: "Sewaktu aku sedikit tersadar, aku mulai merasa ada seseorang yang telungkup di atas
badanku dan mulai menyedot darahku. Waktu itu aku merasa sangat takut tapi aku tidak berani
melakukan apa pun karena aku tidak bertenaga untuk melawan."
Yi-feng gemetar, dia mundur 2 langkah dan duduk kembali di atas ranjang. Melihat Xue Ruo-bi, wajah cantiknya yang seperti sekuntum bunga tampak pucat seperti sehelai kertas putih. Si Tangan Terampil Xu-bai bercerita lagi:
"Tapi ini sangat aneh, semakin dia menghisap darahku, aku malah merasa semakin nyaman. Lama kelamaan kepalaku sudah tidak pusing lagi, tubuku pun tidak terasa bengkak, aku merasa ringan dan seperti ingin terbang. Aku pun tertidur."
"Ketika aku terbangun, aku tidak tahu sudah berapa hari aku pingasn. Begitu membuka mata, di dalam gua itu sudah tidak ada siapa pun dan aku terbaring di atas meja yang terbuat dari batu...Hei, anak kecil, apakah kau yang meletakkanku di sana?"
Yi-feng mengangguk, jantungnya berdebar-debar dengan kencang. Dulu ada hal yang tidak dimengerti olehnya, sekarang dia mulai mengerti apa yang terjadi. Tapi cerita penuh pertumpahan darah ini membuat hatinya sedih.
Si Tangan Terampil Xu-bai bercerita lagi: "Orang yang menghisap darahku pasti si monyet tua Wan Tian-pin."
Yi-feng tidak menjawab. Xu-bai berkata lagi: "Waktu itu aku sudah sadar tapi aku merasa lubuh dan tulangku serasa akan copot, sakit, pegal, dan linu, sedikit tenaga pun tidak ada. Untung sejak kecil aku sudah berlatih ilmu silat selain itu aku masih perjaka tulen. Hal ini tidak bisa disaingi oleh si monyet tua itu... "
Dengan bangga dia tertawa lagi: "Diam-diam aku pun mengatur nafas kemudian aku
mendengar ada suara TING TING TONG TONG, terkadang berhenti, terkadang berbunyi. Aku
merasa aneh dan berusaha merangkak berdiri. Aku melihat di bawah meja ada genangan darah
yang sudah mengering, aku merasa pusing dan terjatuh lagi. Aku sadar aku telah kehilangan
banyak darah. Saat itu jika ada anak 3 tahun memukuliku, aku akan segera mati. Karena itu aku
pun berusaha merangkak naik ke atas meja lagi dan tidak berani bergerak tapi secara diam-diam
aku mulai mengatur nafas."
Xue Ruo-bi memeluk anaknya dengan erat.
Si Tangan Terampil Xu-bai berdiri perlahan dan dia mendekat ke lamput tempel, menarik sumbu lampu agar lebih panjang kemudian gua segera terlihat lebih terang.
Dia membalikkan tubuhnya. Sinar lampu menyinari wajahnya yang terlihat hijau seperti sebatang besi.
Xue Ruo-bi memegang lengan anaknya. Dia merasa tangannya basah, ternyata telapak tangannya berkeringat dingin. Si Tangan Terampil berkata lagi:
"Aku lama berbaring di atas meja, suara TING TING TONG TONG terus terdengar, seperti ada seseorang yang memukul sesuatu."
"Tubuhku terasa lemas, aku pikir dengan cara berbaring seperti itu bukan cara baik, maka aku pun merangkak bangun dan keluar dari sana. Suara itu ternyata berasal dari mulut gua, karena itu aku bergerak lebih berhati-hati dan tidak berani bersuara, aku bersembunyi di celah batu sambil melihat keluar..
Dia tertawa dan berkata:
"Ternyata monyet tua Wan Tian-pin juga terkurung di dalam. Dia berdiri di mulut gua sambil memukul dinding gua berharap ada seseorang yang bisa membuka mulut gua. Tapi..." Dia tertawa:
"Kau tentu berpikir, itu mana mungkin?
"Aku melihat dengan lebih teliti ternyata monyet tua itu pun sudah tidak berguna lagi. Gerakannya seperti tidak bertenaga dia hanya memukul beberapa kali setelah itu dia harus berhenti untuk mengatur kembali nafasnya."
"Waktu itu jika aku mempunyai tenaga sepersepuluh dari biasanya, aku bisa membunuhnya. Tapi sayang aku sendiri pun saat itu tidak berguna."
Tiba-tiba dia bertanya:
"Anak kecil, apakah sewaktu kau meninggalkan gua itu kau menutupnya?" Yi-feng menggelengkan kepala dan menceritakan bagaimana dia menipu Wan Tian-pin kemudian menutup pintu gua. Xu-bai sangat senang, dia tertawa:
"Bagus, bagus! Rubah tua itu ternyata bisa tertipu juga! Benar-benar membuatku senang." Dia terus tertawa, hatinya memang sedang gembira.
0-0-0
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
General FictionDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...