Sun-ming mengangguk.
"Hhhh! Apa yang kau tebak tidak salah lagi hanya sebentar Marga Xu sudah menotok banyak orang kemudian dia berkata, 'Aku menotok kalian ada batasnya. Kalian ditotok tapi tidak merusak organ kalian. Setelah sejam nadi kalian pasti akan terbuka dengan sendirinya.' Kakak Wan hanya tertawa dingin berkata, 'aku tahu!' Marga Xu tertawa terbahak-bahak, 'kalau kau sudah tahu mengapa kau membiarkanku menotok mereka?"
"Kedua orang ini benar-benar tidak bisa akur."
Sun-ming sedikit diam mungkin dia sedang mengingat-ingat kembali kejadian waktu itu. "Aku melihat mereka turun satu persatu tapi aku tidak mampu menghalanginya, suaraku pun tidak bisa kelu ar... "
Ling-lin ikut bicara: "Nanti jika aku bertemu dengan Marga Xu, aku akan menotoknya. Biar dia merasakan bagaimana jika rasanya ditotok."
Alis Sun-ming berkerut, dia ingin memarahi putrinya, tapi terdengar Wan-hong bersuara "Huh!..." seperti tidak senang. Sun-ming merasa aneh juga berpikir, "Ling-er ada di pihak kalian mengapa kau begitu terhadapnya."
Tapi begitu melihat kedua alis Lu Nan-ren berkerut, dia tampak sangat khawatir kemudian dia baru mengerti, diam-diam berpikir, 'ternyata Hong-er juga sudah jatuh cinta kepada Lu Nan-ren. Bagaimana ini?'
Tapi pelan dia memarahi putrinya: "Jangan sembarangan bicara nanti kau akan ditertawakan orang lain."
Ling-lin ingin mengatakan sesuatu lagi tapi Lu Nan-ren sudah bertanya:
"Lalu apa yang terjadi?"
"Mereka bergerak sangat cepat, hanya sebentar mereka sudah menghilang, aku benar-benar merasa cemas, di sana-sini seperti terdengar suara detak jantung, aku tahu semua orang di sini merasa cemas. Tidak lama kemudian terdengar suara marga Xu membentak. Suara ini terdengar dari bawah, setelah itu tidak terdengar suara lagi. Dalam hati aku berpikir dia pasti sudah mati."
Lu Nan-ren diam-diam menarik nafas:
"Mungkin Wan Tian-pin menyerang secara diam-diam. Dalam keadaan seperti itu pasti Xu-bai tidak waspada."
Tapi begitu melihat ibu dan putri Wan dia merasa aneh:
"Kalau begitu pasti tidak terjadi apa-apa pada Wan Tian-pin, tapi mengapa mereka menangis?" Sun-ming meneruskan ceritanya:
"Belum habis aku berpikir, di bawah terdengar suara Kakak Wan kemudian suara tawa marga Xu dan bentakannya. Mereka bersama-sama berteriak...dan kemudian tidak terdengar lagi suara apa-apa."
Setelah Sun-ming selesai bicara di tempat itu kecuali suara desah nafas tidak terdengar suara lainnya.
Lu Nan-ren terdiam, kemudian dia berkata: "Hidup dan mati seseorang ditentukan oleh nasib, mereka berdua mempunyai ilmu silat tinggi, dalam hidup mereka, pasti telah melewati banyak bahaya, mungkin kali ini mereka juga bisa melewatinya... "
Perkataannya baru selesai, ibu dan anak bermarga Wan itu yang sejak tadi telah berhenti menangis, sekarang tiba-tiba menangis dengan histeris. Lu Nan-ren ingin menghibur mereka, tapi Nyonya Wan telah berlutut di depannya, dan menarik-narik bajunya, Lu Nan-ren terkejut dan bertanya:
"Nyonya... ada apa?"
Nyonya Wan menangis sambil memohon: "Tolonglah mereka... tolonglah mereka "
Lu Nan-ren menjawab dengan kebingungan: "Asalkan aku sanggup aku pasti akan
menolong "
Nyonya Wan terus memohon:
"Aku tahu ilmu silatmu sangat tinggi, cobalah kau turun melihat... dia... dia apakah dia sudah mati atau masih hidup?"
Lu Nan-ren terpaku, Nyonya Wan berkata lagi:
"Hong-er, kau juga berlutut... Adik, bantu-lah aku agar dia mau menolongku... aku... aku sudah
lama, aku "
Wan-hong ikut berlutut.
Telinga Lu Nan-ren jadi penuh dengan suara minta tolong, sebenarnya dia masih meragukan kemampuannya sendiri, tapi dalam keadaan seperti ini dia tidak sanggup menolak permintaan perempuan tua ini.
Terdengar Nyonya Wan menangis berkata: "Selama puluhan tahun ini... aku dan Tian Pin hanya
berkumpul... berkumpul selama beberapa bulan saja, sekarang... walaupun dia sudah meninggal,
kau... kau tolong cari mayatnya, Adik... tolong mohon kepadanya... Hong-er... mintalah padanya...
mengapa kau tega meninggal-kanku?" Dia juga memohon kepada Sun-ming lagi, "adik, bantulah
aku memohon kepadanya "
Sun-ming sekarang hanya terpaku. Dia berkata dengan bingung: "Yi-feng... kau "
Dia bersaudara sepupu dengan Nyonya Wan, tapi mana mungkin dia minta pekerjaan yang tidak masuk akal? Apalagi lelaki ini begitu dicintai putrinya.
Wan-hong masih berlutut di depan Lu Nan-ren:
"Kepadamu, kepadamu... apakah kau tahu... aku tahu bagaimana kemampuan ilmu silatmu."
Nyonya Wan segera berkata:
"Kalau kau pergi sendiri tidak akan berbahaya, kau "
Mata Lu Nan-ren terpejam, kemudian dia membuka matanya kembali, dia lalu berjalan kedepan pagar, dia mencengkram sebuah tali besar dan membelahnya menjadi dua. Mata Sun-ming membesar, Ling-lin dengan terkejut berdiri di depannya, lalu berkata dengan nada ketakutan: "Kau... kau akan melakukan apa?"
Mata Lu Nan-ren terus melihat tangannya, lalu pelan-pelan menjawab:
"Aku akan membawa tali ini, kalau tali ini tidak cukup panjang, aku akan menyambungnya lagi, apakah kau mengerti?"
Sepasang mata Ling-lin penuh air mata: "Kau... ingin... turun... ke bawah?" suara Ling-lin bergetar.
"Aku akan turun, aku kira tidak akan terjadi apa-apa padaku." Ling-lin menarik tangannya, dengan nada takut dia berkata: "Kau, mengapa, kau... orang lain kepadamu.. "
Perkataan Ling-lin belum selesai, Nyonya Wan sudah datang menghampirinya, dia memeluk pinggang Ling-lin sambil marah dan menangis:
"Kau benar-benar tidak punya hati nurani, apakah kau tahu kalau Wan Tian-pin adalah
pamanmu? Dia... dia adalah "
Sun-ming masih berdiri dengan bengong di sini, sekarang apa yang harus dia lakukan, dia sendiri kebingungan.
Ling-lin menangis dan berteriak:
"Lepaskan aku, suamimu mungkin mati, kau menyuruh orang lain ikut mati "
Sun-ming berkata:
"Ling-er, kau tidak boleh bicara seperti itu!" tapi suara Sun-ming tidak keras, walaupun keras Ling-lin tetap tidak bisa mendengarnya.
Tiba-tiba Lu Nan-ren membentak dengan suara menggelegar: "Semua jangan bicara lagi!"
Suara gelegar ini seperti mempunyai tenaga sihir yang kuat, membuat suara tangisan menjadi kecil, perlahan dia membalikkan tubuh menghadap Nyonya Wan, lalu berkata: "Tolong, lepaskan tanganmu!"
Nyonya Wan merasa sorot mata Lu Nan-ren membuat orang menjadi takut, dia melepaskan tangannya dan mundur selangkah, lalu berdiri tegak.
Perlahan Lu Nan-ren mengulurkan tangannya lalu mengelus-elus rambut Ling-lin, dengan lembut berkata:
"Ling-er, apakah kau mau aku menjadi seorang penakut?"
Sambil meneteskan air mata, Ling-lin menggeleng.
Lu Nan-ren dengan pelan berkata lagi:
"Apakah kau mau, karena aku takut bahaya dan kesulitan, maka aku tidak membantu orang lain? Kau harus mengerti membantu orang bukan hanya kepada saudara saja, tapi kepada setiap orang yang menghadapi masalah. Kalau mereka benar-benar membutuhkan bantuan, kau harus mengulurkan tanganmu, dalam menolong orang kau tidak boleh memilih. Sekarang keadaan tetua Wan dan tetua Xu, apakah masih hidup atau sudah mati, tidak ada seorang pun yang tahu. Aku turun ke sana mungkin bisa menolong mereka."
Ling-lin terus menangis, Sun-ming pun tidak kuasa, dia menitikkan air mata.
Ling-lin sudah tidak bisa menahan diri lagi, dia menangis histeris:
"Tapi... kau sendiri bagaimana... apakah kau tidak memikirkan dirimu, kau... sebenarnya melakukan ini karena apa, apakah... apakah demi gadis itu?"
Sambil berkata dia membalikkan kepala, tangannya yang gemetar menunjuk Wan-hong yang masih berlutut di bawah. Sorot mata Wan-hong bersorot benci, marah, dan kejam melihat ke arah Ling-lin. Kemudian dia menundukkan kepalanya lagi. Karena semua orang sedang berada dalam keadaan kacau, maka tidak ada seorang pun yang memperhatikan mata yang bersorot penuh kebencian itu.
0-0-0
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
General FictionDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...