111. Jika Cinta Berlebihan yang Tersisa Hanya Kebencian

1.1K 33 0
                                    

Begitu Biksu Naga mendengar suara seruling berhenti, dia tahu apa yang dia khawatirkan telah terjadi, maka dia segera berlari ke kamar Wen-yi. Di depan kamar dia bertemu dengan Ruan-wei yang wajahnya berseri-seri.
Ruan-wei berteriak:
"Tetua, Tetua! Aku ingat siapa dia dan sudah ingat semua masa laluku!" Biksu Naga hanya mengangguk dan dengan berat berkata: "Cepat tengok dulu adik angkatmu!"
Begitu masuk kamar, di tempat tidur Wen-yi hanya ada sebuah seruling. Wen-yi tidak berada di atas ranjang, dia tergeletak di bawah.
Ruan-wei terkejut, Wen-yi digendong dan terus memanggil:
"Adik Yi! Adik Yi!"
Tapi Wen-yi tidak menjawab. Wajahnya pucat dan giginya menggigit bibir, sepertinya dia sudah meninggal. Ruan-wei meneteskan air mata dan meletakkan Wen-yi di atas ranjang. Biksu Naga memeriksa nadi Wen-yi kemudian menggelengkan kepala:
"Penyakitnya sudah parah, tidak bisa ditolong dengan tenaga manusia!"
Karena cemas, Ruan-wei mencengkram seruling bambu, matanya melotot sebesar lonceng, benar-benar menakutkan. Seruling bambu dicengkram sampai cekung ke dalam. Setelah lama dia baru bersuara:
"Apakah benar dia tidak akan tertolong lagi?"
"Sekarang kita hanya bisa menunggu adik seperguruanku pulang membawa Xue-hua. Hanya Xue-hua yang baru bisa menolong nyawanya!"
"Apakah Tetua Harimau pasti membawa Xue-hua pulang?" Biksu Naga menarik nafas:
"Xue-hua yang tumbuh di padang es, sangat sulit didapatkan. Aku sudah menghabiskan waktu beberapa tahun mencarinya tapi belum pernah mendapatkannya. Apakah Wen-yi akan hidup, itu tergantung takdir!"
Harapannya sangat kecil. Ruan-wei berpikir, di dalam kecemasannya, dia menggunakan tenaga dalam, pelan-pelan dia mengelus-elus perut Wen-yi tapi sudah lewat setengah jam, Wen-yi tetap diam seperti semula. Dia malah terus meneteskan keringat.
"Percuma! Percuma! Jangan membuat tubuhmu lelah!" kata Biksu Naga.
Ruan-wei menarik nafas panjang, air matanya terus menetes:
"Tetua beristirahatlah, aku... akan... menemani... dia... sampai besok... "
Biksu Naga sangat terharu melihat hubungan kakak beradik kakak ini, dia juga tidak tega melihatnya dan pelan-pelan meninggalkan kamar Wen-yi.
Sesudah Biksu Naga pergi, Ruan-wei membuka sepatu Wen-yi, membuka baju panjang juga topinya. Rambut yang panjangnya tergerai.
Kemudian ditutup dengan selimut yang terbuat dari kulit. Dia duduk di sisi ranjang sambil terus mengelus-elus seruling bambu itu.
Hari kedua pagi, ketika Biksu Naga sedang bingung mengapa tidak mendengar suara nafas
Ruan-wei, dia masuk kamar Wen-yi untuk melihat. Di atas ranjang hanya ada Wen-yi sedangkan Ruan-wei sudah menghilang. Begitu dia melihat Wen-yi ternyata seorang perempuan, dia sangat terkejut dan berpikir, 'bagaimana di dunia ini ada perempuan berpenampilan begitu mirip seorang laki-laki."
Tiba-tiba dia melihat di atas dinding tertulis:
"Aku pergi untuk mencari Xue-hua!"

Biksu Naga menggelengkan kepala karena di dalam hati dia sama sekali tidak yakin apakah benar di dunia ini adaXue-hua.
Siang hari, ketika Biksu Naga sedang duduk bersila untuk beristirahat, tiba-tiba ada seseorang melayang masuk. Ilmu meringankan tubuh orang ini begitu hebat, begitu berada di depannya Biksu Naga baru merasakan kehadirannya.
Dengan cepat Biksu Naga membuka mata. Begitu melihat siapa yang datang, dengan tenang dia berkata:
"Ternyata adik seperguruan!"
Biksu Harimau biksu tuli sama sekali tidak berubah, kulit hitam, wajah yang sangat biasa dan saat ini sedang tersenyum. Kedua telapaknya dikatupkan menjadi satu, dia memberi hormat kepada Biksu Naga. Begitu melihat tangannya tidak membawa apa-apa, dengan cemas dia bertanya:
"Apakah kau tidak berhasil menemukan Xue-hua?"
Mereka menggunakan bahasa India. Walaupun Biksu harimau bisu tuli tapi melihat gerak bibir Biksu Naga dia bisa mengerti. Dari balik dadanya dia mengeluarkan sebuah kotak perak. Begitu dibuka, cahaya merah terpancar keluar.
Biksu Naga memuji:
"Apakah itu adalah Xue-hua yang tertulis dalam legenda?"
Sambil tertawa Biksu Harimau mengangguk. Terlihat dia sangat senang karena telah mendapatkan Xue-hua. Dari luar masuk seseorang sambil berteriak: "Apakah benar di dunia ini ada Xue-hua?"
"Ternyata Nona Lan sudah pulang!" kata biksu naga sambil tertawa Gongsun Lan pulang dengan membawa 2 karung makanan, pelan-pelan dia mendekat. Biksu Naga memperkenalkan:
"Ini adalah adik seperguruanku, Biksu Harimau!"

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang