75. Sedih dan Senang Bercampur Jadi Satu

851 26 0
                                    

Mereka memasuki hutan dan berjalan di jalan gunung yang kecil.

Di sekeliling sangat sepi. Suara Tangan Terampil Xu-bai yang marah-marah sudah tidak terdengar. Lu Nan-ren dan Ling-lin saling pandang. Mereka curiga dan terkejut.

Mereka naik lagi beberapa puluh meter, hati Lu Nan-ren seperti tenggelam karena di sisi jurang itu tidak ada orang. Xu-bai dan Sun-ming entah pergi ke mana. Ling-lin berteriak:
"Ibu!"

Tubuhnya yang langsing seperti orang gila terus berlari kesana kemari. Jantung Lu Nan-ren berdebar-debar tapi dia berusaha menenangkan diri. Terdengar di atas seperti ada suara perempuan menangis dan suara seseorang yang sedang menasehati. Hati Lu Nan-ren bergetar dan berpikir, 'Apakah pepatah yang mengatakan, dua harimau berkelahi pasti salah satu akan terluka? Apakah salah satu dari mereka sudah mati?"

Karena itu dia segera berlari lebih kencang lagi, hanya sebentar dia sudah berada tempat paling atas. Terlihat Sun-ming berdiri terpaku di sisi jurang. Matanya melihat rumah yang ada di seberang jurang.

Di seberang sana ada rumah tinggal berloteng, Wan-Hong telungkup di tubuh ibunya. Mereka berdua terus menangis, 2 orang pelayan di sisi mereka berusaha terus menasehati mereka. Sun-ming dengan lembut menasehati. Di pondok paling atas terlihat ada 2 utas tali besar terjulur ke bawah. Tali sangat panjang dan terjuntai ke bawah jurang. Bayangan Xu-bai dan Wan Tian-pin tidak terlihat.

Begitu melihat Sun-ming, Ling-lin merasa tenang tapi begitu melihat keadaan di seberang, dia terkejut tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Setelah lama dia baru memanggil: "Ibu, aku ada di sini!"

Sun-ming membalikkan kepala. Dari jauh Lu Nan-ren melihatnya, wajah Sun-ming penuh dengan kesedihan. Melihat Wan-hong dan ibunya menangis seperti itu, dia tahu telah terjadi sesuatu pada Tie-mian-gu-xing-ke Wan Tian-pin. 

Terlihat Sun-ming sangat tenang, tapi juga seperti menyalahkan: "Kalian baru kembali!"

Ibu dan anak bermarga Wan bersama-sama melihat mereka. Begitu melihat Lu Nan-ren, mata Wan-hong terbuka, air matanya mengalir seperti anak sungai. Dia berlari ke sisi jurang, menjulur-kan tangan menunjuk jurang yang dalam dan gelap, "Ayah... dan... marga Xu itu... kedua-duanya... ada di bawah."

Lu Nan-ren benar-benar terkejut. Dia melihat ke bawah jurang. Walaupun matahari sangat terang tapi tetap tidak bisa melihat sampai ke bawah.
Lu Nan-ren menarik nafas berpikir, 'Tidak disangka dua orang aneh itu benar-benar harus mati dulu baru bisa berhenti bertarung, tapi...demi apa mereka melakukan semua ini?'
Sejak awal dia sudah tahu, kalau mereka berdua yang satu adalah Yin sedangkan yang satu lagi adalah Yang, yang satu keras sedangkan yang satu lembut, yang satu lurus sedangkan yang satu sesat. Kelak akan terjadi hal yang menyedihkan. Sekarang dia melihat hal ini telah terjadi maka dia merasa sangat sedih dan sambil menarik nafas dia berkata:
"Hhhhh kedua orang ini benar-benar musuh bebuyutan, malah berakhir seperti itu. Kelak
antara aku dan Xiao-wu akan terjadi apa?"
Dia sadar, belum tentu dia bisa mengalahkan Xiao-wu. Tapi dalam hati dia tidak berniat melepaskan orang jahat ini. Dendam antara dia dan Xiao-wu sudah sangat dalam. Walaupun diantara mereka tidak ada dendam yang dalam, dia tidak akan takut untuk terus maju. Hatinya benar-benar sedih.
Ling-lin yang berdiri di sisinya pelan-pelan bertanya:
"Apakah kita juga akan pergi ke sana?"
Terlihat di seberang jurang sudah ada 2 utas tali berwarna yang dilempar ke arah mereka. Dia pernah mengalami satu kali cara mereka menyambut tamu maka dia tidak merasa aneh. Tiba-tiba dia teringat pada Ling-lin yang sudah kelelahan maka dia bertanya:
"Apakah kau bisa menyeberangi jurang ini?"
Dalam nadanya terdengar Lu Nan-ren penuh perhatian, hati Ling-lin terasa hangat. Semua kesulitan jadi tidak dianggapnya. Dia terbang sambil tertawa...
Lu Nan-ren terkejut, dia tidak memikirkan hal lain lagi, dia ikut meloncat.
Loncatannya seperti anak panah yang terlepas dari busurnya. Dia mendengar teriakan Sun-ming yang datang dari seberang. Maka sebelah tangannya memegang tali berwarna, sedangkan tangan yang lainnya memegang pinggang Ling-lin.
Tali berwarna itu melambai, dia sudah berada di seberang loteng. Jarak antara bibir jurang yang satu dengan bibir jurang yang lain beberapa puluh meter, di bawah sana adalah jurang yang sangat dalam. Dia tidak tahu dari mana datangnya keberanian hingga dia bisa melakukan hal begitu berbahaya. Yang perlu kita ketahui, cara menyebrang seperti ini menggunakan suatu teknik. Satu orang menyeberang bukan hal mudah apalagi ini dilakukan berdua. Jika tidak berhati-hati, akan kehilangan nyawanya.
Sekarang jantungnya masih berdebar-debar kencang, matanya terpejam. Dia menenangkan dirinya. Ling-lin masih berada di dalam pelukannya dan masih terengah-engah. Sepasang tangan memegang erat pundaknya. Hatinya bergetar dan dia membuka mata. Dia melihat sepasang mata milik Wan-hong. Tampak sorot matanya seperti sedih, marah, benci, dia juga melihat Sun-ming tanpa berkedip melihatnya.
Ling-lin masih terkejut. Dia menyandar ke dada yang kekar dan lebar, dia merasa senang dan terhibur. Dia memejamkan mata dan tidak ingin membukanya lagi. Dia memegang kuat pundak Nan Ren dan hampir tidak mau dilepas.
Tapi Lu Nan-ren sudah menepuk-nepuk pundaknya. Dengan lembut berkata: "Ling-er, kita sudah sampai." Ling-lin pelan-pelan mengangkat kepala dan tersenyum. Pipinya menjadi merah. Dia masuk ke dalam pelukan ibunya. Sun-ming melihat putrinya, sekarang dia merasa tenang tapi seperti-nya dia telah kehilangan sesuatu.
Lu Nan-ren tidak berani melihat sorot mata Sun-ming, lebih-lebih tidak berani melihat sorot mata Wan-hong. Dia terpaku dan berkata:
"Dimana Xu-bai... dan Wan Tian-pin?" Dia berkata demikian karena baru teringat tadi Nyonya Wan dan Wan-hong sedang menangis tersedu-sedu, tapi dia malah menanyakan 'Tangan Terampil' Xu-bai. Tampak Nyonya Wan seperti kebingungan dan menggelengkan kepala kemudian menangis tersedu-sedu. Wan-hong bengong berdiri di sana. Dia seperti tidak mendengar apa pun.
Lu Nan-ren berbalik melihat Sun-ming dan bertanya:
"Bagaimana keadaan kedua tetua?"
Sun-ming menarik nafas panjang, dia belum menjawab terdengar Ling-lin diam-diam dari pelukannya berkata:
"Ibu, dia sedang bertanya padamu."
Sorot mata lembut Sun-ming sekali lagi melihat putrinya. Hatinya sedih bercampur senang. Melihat keadaan seperti ini, dia tahu kalau putrinya sudah jatuh cinta kepada Lu Nan-ren. Dia tidak akan melarangnya malah merasa sangat senang karena dia tahu pemuda yang ada di depannya bisa dipercaya tapi dia juga takut kalau cinta putrinya hanya bertepuk sebelah tangan. Dia tahu bagaimana sifat Ling-er jika terjadi seperti itu, akan membuatnya sedih.
Dia terpaku sebentar lalu berkata:
"Jika saja kalian datang lebih awal. Hhhh aku benar-benar tidak menyangka di dunia ini ada
orang seperti ini."
Dengan sedih dia terus menarik nafas: "Ketika kalian baru pergi sebenarnya aku ingin ikut tapi begitu aku membalikkan tubuh, kakak iparku dan...Kakak Wan sudah keluar. Dia melihatku, awalnya hanya terpaku. Kakakku keluar melihatku, dia segera memanggilku. Aku dan kakak sudah lama tidak bertemu. Tempo hari aku datang kemari, Bei-xiu... "
Matanya memerah dan dia berkata lagi: "Hhhhh! waktu itu marga Xu marah-marah. Aku
melihat wajah Kakak Wan pucat seperti kertas. Kakak terus mengatakan di antara mereka sebenarnya ada dendam apa, sudah puluhan tahun bertarung masih belum cukup. Mengapa harus ada yang mati baru merasa puas?"
"Tapi Kakak Wan seperti tidak mendengar apa yang dikatakan kakakku. Aku melihat marga Xu dan Kakak Wan saling melotot, sepertinya masing-masing sudah membunuh ayah mereka dan saling mendendam. Aku mencoba menasehati mereka:
"Pendekar Xu di dunia ini tidak ada dendam yang tidak bisa diselesaikan untuk apa Anda seperti ini. Dendam harus dihilangkan jangan terus dilanjutkan, mengapa Anda begitu keras. Dua ekor harimau berkelahi salah satu pasti akan terluka!"
"TapL.hhhh...! Mata marga Xu itu melolot seperti lonceng. Dia seperti tidak mendengar apa yang telah kukatakan."
Lu Nan-ren menark nafas. Dalam hati berpikir, 'Sepertinya semenjak di Wu Liang Shan, dendam antara kedua orang ini semakin dalam." Dia teringat perkataan Xu-bai: "Kembalikan darah-ku!" Dia benar-benar bergetar.
"Karena itu aku berteriak kepada Kakak Wan yang ada di seberang, 'Kakak Wan, apakah kau tidak berpikir nasib kakak dan keponakanku. Jika kau terus begitu...' kata-kataku belum selesai,kakak Wan sudah melemparkan satu tali berwarna ke seberang jurang. Marga Xu tertawa terbahak-bahak dan berkata, 'Monyet tua, kau tidak ber-bohong, tawanya belum selesai dia sudah menyeberang ke sana."
Sun-ming menarik nafas. Di dalam hati dia benar-benar salut kepada marga Xu ini tapi yang pasti dia tidak akan membicarakannya.
Dia berkata lagi:
"Aku kira begitu marga Xu itu menyeberang jurang mereka akan segera bertarung. Tapi begitu sampai di seberang, dia memberi hormat kepada kakakku yang sedang menangis. Dia berkata kalau antara dirinya dan Kakak Wan ada hutang piutang yang tidak bisa diselesaikan. Hari ini siapapun yang terbunuh, dia akan meminta maaf kepada kakakku. Dia berkata, 'Membiarkan orang yang tidak bersalah tersiksa benar-benar perbuatan tidak baik. Tapi semua ini adalah kesalahan marga Wan bukan marga Xu.' Kakakku menanyakan ada hutang piutang apa antara mereka sampai begitu dalam. Dia melihat Hong-er, melihat kakak kemudian menggelengkan kepala lalu tertawa terbahak-bahak. Tapi tidak ada yang dia katakan."
Lu Nan-ren berpikir, 'Tangan Terampil Xu-bai benar-benar lelaki sejati. Dia tidak ingin memberitahu istri musuhnya. Hhhhh...dia lembut tapi kurang pemaaf maka akhirnya terjadilah hal seperti itu."
Pelan-pelan dia berkata:
"Hhhh...memang di antara mereka ada masalah yang tidak bisa diselesaikan." "Apakah kau tahu masalahnya apa?"
Lu Nan-ren melihat semua orang sedang menantikan jawabannya. Diam-diam dia menyalahkan dirinya, dia benar-benar ceroboh kalau sampai membocorkan rahasia ini. Segera dia menggelengkan kepala dan berkata:
"Aku hanya menduga saja... lalu bagaimana?"
Dengan cepat dia mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apa yang terjadi.
0-0-0

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang