102. Dua Kuda Melakukan Perjalanan Jauh

1.2K 32 0
                                    

Racun di tubuh Wen-yi belum semuanya keluar. Maka dia masih merasa lemas, setelah tidur semalaman begitu membuka mata, dia melihat Ruan-wei masih berlatih ilmu silat, tapi dia tidak melihat Long-zhang-shen-gai.
Jurus telapak Ruan-wei hanya satu kali dan itu-itu saja, hal ini membuat Wen-yi bosan:
"Kakak, untuk apa sejak tadi kau hanya berlatih satu jurus itu saja?"
"Adik Yi, kau sudah bangun. Tetua Rui hanya mengajariku satu jurus saja, aku sudah belajar satu hari, aku masih belum menguasai inti jurus itu, aku benar-benar merasa malu."
"Apa? Lao Rui hanya mengajari kakak satu jurus?"
"Benar! Kalau Tetua Rui mengajariku satu jurus lagi, aku tidak akan sanggup belajar lagi."
"Bagaimanapun tingginya ilmu telapak tapi kalau kau hanya menguasai satu jurus, mana mungkin bisa melawan perempuan genit itu?"
Tiba-tiba terdengar suara, seseorang masuk melalui jendela:
"Bocah, jangan anggap remeh satu jurus telapak dari Lao Rui. Walaupun tidak bisa menang, posisinya juga tidak akan kalah dengan lawan."

Karena pernah melihat ilmu telapak Dewi Wan-miao maka Wen-yi masih tetap tidak percaya. Seorang laki-laki tegap berbaju hitam datang, ketua mereka telah menunggu di depan ruangan.
"Kalau kau tidak percaya, kita bisa pergi bersama-sama ke ruang depan untuk melihat bagaimana kekuatan Ruan-wei!"
Sesampainya di ruang depan, perabot rumah telah disingkirkan, dan ruangan itu menjadi kosong, ruangan cukup luas cukup untuk 10 orang lebih bertarung.
Wan-miao berdiri di tengah ruangan menunggu mereka. Di sisinya ada orang lain. Hari ini dandanan dia sangat rapi, mengenakan baju ketat berwarna merah muda, rambutnya dibungkus dengan kain sutra berwarna merah muda, sepatunya pun berwarna merah muda. Ditambah dengan kulitnya yang putih, dari jauh dia terlihat seperti segumpal awan berwarna. Penampilannya lebih sopan dibandingkan kemarin.

Demi keadilan, Long-zhang-shen-gai menyuruh Wen-yi berdiri di sisi ruangan. Hanya Ruan-wei yang pergi ke tengah ruangan mendekati Dewi Wan-miao. Dan Dewi Wan-miao menyerang sebanyak tiga kali Ruan-wei tidak berani menyambut, dia hanya menghindar ke belakang.
Tapi Dewi Wan-miao terus menyerang, sejurus demi sejurus seperti gelombang sungai.
Long-zhang-shen-gai berkata pelan-pelan:
"Begitu datang menyerang, asalkan Ruan-wei bisa membalasnya satu kali telapak, dia tidak akan bisa bertahan."
Karena Ruan-wei terus didesak, maka telapak kanan bergerak ke depan, telapak kiri di keluarkan dengan cepat. Tangan Ruan-wei menepuk kepala Dewi Wan-miao yang terbungkus kain.

Kalau telapak Ruan-wei sedikit diturunkan, kepala Wan-miao akan hancur. Hal ini membuat Dewi Wan-miao terkejut tapi gerakan itu tidak berubah, dia tetap menggunakan telapak DaHe. Dengan senang Long-zhang-shen-gai melihat Wen-yi, seperti ingin berkata: "Sekali serang hampir mengenai kepala lawan, aku tidak bohongkan?" Wen-yi tersenyum, dalam hati dia merasa aneh:
"Mengapa Dewi Wan-miao selalu menggunakan ilmu telapak Da-he yang sangat biasa saat menghadapi musuh?"
Kira-kira satu jam kemudian, Ruan-wei telah menyerang sebanyak 13 kali, tiap serangannya hampir mengenai Dewi Wan-miao. Walaupun Dewi Wan-miao merasa terkejut tapi ilmu telapaknya tidak beriibah, kelihatannya dia ingin mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan rahasia pukulannya Ruan-wei.
Long-zhang-shen-gai tahu kalau Ruan-wei hari ini tidak bisa menang dari Dewi Wan-miao, dia mulai membentak:
"Kembalilah, Ruan-wei! Besok kau baru bertarung lagi dengannya!"
Ruan-wei keluar dari ruangan, Dewi Wan-miao tertawa dan berdiri, dia tidak mengejar.

Tanpa suara Long-zhang-shen-gai kembali ke kamar dan bertanya:
"Bagaimana hasil pertarungan hari ini?"
Dengan sikap hormat Ruan-wei menjawab:
"Seranganku memang kuat, tapi terakhir masih kurang tenaga, maka dia masih bisa melarikan
diri!"
"Kalau begitu aku akan mengajarkan satu jurus lagi."
Jurus telapak kali ini ternyata lebih sulit dibandingkan jurus yang kemarin. Baru setengah jam berlalu, keringat telah mengucur deras di tubuh Ruan-wei. Wen-yi sangat mengerti dan dia tidak mau mengganggu Ruan-wei berlatih, dia memutuskan untuk tidur karena kesehatannya belum pulih dengan benar. Maka setelah berada di ranjang dia langsung tertidur pulas.
Dalam waktu satu hari satu malam, Ruan-wei baru bisa menguasai jurus kedua. Long-zhang-shen-gai tetap menemaninya dan tidak tidur. Dini hari dia membawakan sebuah botol kecil berwarna putih dan menyuruh Ruan-wei meminumnya. Setelah meminumnya Ruan-wei merasa tubuhnya menjadi enak dan bersemangat.

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang