72. Ini Adalah Kepala

1K 27 0
                                    

SREEKK!
Ling-lin menyobek bajunya untuk membungkus luka di telapak Yi-feng. Yi-feng merasa mati rasa, dendam membuatnya menjadi mati rasa.
Tapi hati yang disangkanya telah mati rasa sekarang mulai terasa ada sedikit getaran. Dia berusaha memberontak, dia ingin mengeluarkan jantungnya dari rasa gemetar ini. Dia menarik tangannya dari genggaman sepasang tangan yang kecil dan putih, Yi-feng melihat mata yang merah karena telah menangis, melihat rambutnya yang berantakan. Dia tahu kalau dia melakukan tindakan seperti ini merupakan perbuatan yang sangat kejam. Mereka berdua berlutut di sisa mayat-mayat itu, tidak ada yang menoleh ke belakang. Mereka tidak tahu sekarang... Sekarang ini di luar pondok seorang pemuda berjalan keluar tanpa suara. Tubuhnya yang kurus tapi terlihat kuat, memakai baju berwarna kuning muda...seperti warna emas. Kedua tangannya yang panjang membawa sebuah kotak yang terbuat dari kayu dengan ukuran setengah meter persegi.
Tubuhnya bergerak sangat ringan, berjalan pun tanpa bersuara, tapi sorot matanya berat, sangat berat dan terus melihat Ling-lin.
Dia melihat Ling-lin dengan terpaku, matanya mengeluarkan cahaya api yang panas kemudian dia terbatuk...
Yi-feng dan Ling-lin terkejut, dengan cepat mereka menoleh ke belakang dan membentak:
"Siapa!"
Pemuda ini berjalan ke sisi pondok, kedua tangannya mengangkat kotak kayu itu tinggi-tinggi. Dia berkata:
"Aku diperintahkan oleh guru untuk menemui 'Tie-ji-wen-hou' Pendekar Besar Lu!" Tubuh Yi-feng bergetar, matanya bersorot seram. Dia membentak: "Siapa kau? Siapa gurumu?"
Dia sama sekali tidak menyangka kalau nama asli yang sudah lama disimpannya, sekarang ini tiba-tiba diketahui oleh seorang pemuda yang tidak dikenalnya. Seperti jarum tajam yang ditusukan ke jantung yang sudah mati rasa. Waktu itu dia merasa darah di sekujur tubuhnya yang tadinya sudah membeku mulai mengalir lagi.
Sorot mata Yi-feng seperti kilat melihat pemuda itu, pemuda ini tetap berdiri tegak dan berkata:
"Namaku adalah Zhong-jing, aku diperintahkan oleh guruku untuk menyerahkan kotak kayu ini kepada Pendekar Lu. Jika Tuan adalah Pendekar Lu, harap Anda menerima kotak ini, jika Anda bukan Pendekar Lu, aku akan pamit sekarang."
Kedua tangannya yang kurus mengangkat kotak kayu yang terukir indah. Sikapnya tenang, suaranya jelas, Yi-feng belum pernah melihat pemuda masih begitu muda tapi sikapnya begitu tenang, sepertinya semua perubahan yang terjadi tidak membuatnya terkejut.
Tapi ketika matanya melihat Ling-lin, sorot matanya yang tenang terlihat seperti mengeluarkan asap panas. Sorot mata seperti ini tidak seimbang dengan wajahnya yang tenang, seperti dimusim dingin ada binatang jatuh yang lewat. Alis Yi-feng terangkat, dia menerima kotak kayu itu.
Lin Lin dengan mata besar melihat mereka, setelah Zhong-jing menyerahkan kotak kepada Yi-feng, dia segera membalikkan tubuhnya dan akan pergi dari sana. Tiba-tiba Ling-lin membentak:
"Tunggu dulu!"
Pemuda yang bernama Zhong-jing terpaku, dia berhenti melangkah, wajah tetap datar. Jika kau melihat dengan teliti, kau akan tahu kalau otot di wajahnya sudah membeku. Pelan-pelan dia berkata:
"Tugasku sudah selesai, apa Pendekar Lu masih ada pesan lain yang akan disampaikan?"
Yi-feng melihat kotak kayu yang diukir itu dan berkata:
"Maaf, tolong bukakan kotak ini." Yi-feng mulai menaruh curiga. Dia takut kalau di dalam kotak kayu itu tersimpan sesuatu yang bisa mencelakainya maka dia pun berkata demikian.
Zhong-jing melihatnya dengan dingin kemudian pelan-pelan berkata:
"Guruku hanya memerintahkan agar membawa kotak kayu ini kepada Pendekar Lu, tidak menyuruhku membukakan kotak kayu ini untuk Pendekar Lu. Jika Pendekar Lu tidak berniat membuka kotak kayu ini, tidak ada hubungannya denganku."
Suara pelan tapi sangat jelas, hal ini membuat alis Yi-feng berdiri. Baru saja dia akan menjawab, Ling-lin sudah membentak:
"Jika dia menyuruhmu membuka kotak ini kau harus membukanya, tidak perlu banyak omong!"
Zhong-jing terdiam. Dia seperti sedang menimbang-nimbang, kemudian tanpa mengata-kan apa-apa dia mengambil kotak kayu itu dari tangan Yi-feng.
Yi-feng melihat sikap pemuda ini tenang, matanya terang, wajahnya tampan, dia berbalik melihat Ling-lin. Matanya yang bersinar terang seperu' ada sedikit rasa senang. Sepertinya dia memuji Ling-lin karena mampu membuat pemuda ini mendengar kata-katanya. Yi-feng bertanya:
"Berapa umurmu?"
Karena pertanyaan ini begitu mendadak, membuat pemuda ini hanya terpaku. Matanya berputar, dia menjawab dengan tenang:
"Aku berumur 17 tahun." dengan nada dingin dia berkata lagi, "pertanyaan ini sebenarnya tidak
ada hubungannya dengan Pendekar Lu, sebenarnya aku tidak perlu menjawabnya tapi karena ini
pertama kalinya Pendekar Lu bertanya maka aku harus menjawab, lain kali "
Dia berhenti bicara kemudian tangan kanannya melayang, kotak kayu itu terbuka. Lu Nan-ren mengeluh:
"Sikap pemuda ini tenang dan tidak banyak bicara, tapi jika sekali bicara kata-katanya tajam.
Menyikapi sikap seseorang sangat tepat tapi dia sedikit sombong. Dia tidak rendah diri, benar-
benar sifat seorang pemuda. Siapa yang bisa mengajar muridnya hingga bisa menjadi seperti ini...
apakah "
Tiba-tiba Ling-lin berteriak kemudian wajahnya ditutup dan membalikkan kepalanya.
Yi-feng melihat dengan teliti, pemuda ini tetap mengangkat kotak itu dengan lurus lalu berdiri di tangga, sorot matanya tidak beralih.
Di dalam kotak kayu yang terukir sangat indah terdapat sehelai kertas berwarna kuning muda. Kotak itu berisi sebuah kepala orang yang sudah tidak berdarah. Rambut orang itu berantakan.
Yi-feng merasa tubuhnya gemetar. Dia merebut kotak itu untuk melihatnya lebih jelas. Wajah orang itu sudah tua dan pucat, tidak ada setetes darah pun di sana, lebih-lebih tidak ada warna darah, sepertinya terbuat dari lilin.
Begitu melihat kepala ini, dia berteriak dengan suara gemetar dia berkata:
"Zhu-sha-zhang You Da-jun!" Dia sama sekali tidak menyangka kalau kepala yang di dalam kotak kayu itu adalah milik orang Tian-zheng-jiao, ketua berbaju kuning dari kantor pusat, Zhou-sha-zhangYou Da-jun. Karena terkejut Yi-feng membentak: "Berdiri di sana, siapa yang menyuruhmu membawanya kemari?"
Zhong-jing tertawa dingin: "Sejak tadi aku tidak ingin pergi, sekarang bahkan lebih tidak ingin pergi lagi. Harap Pendekar Lu tidak perlu merasa khawatir."
Kemudian dia berkata dengan dingin lagi: "Sebenarnya siapa yang menyuruhku kemari, aku kira Pendekar Lu bisa menebaknya. Jika Pendekar Lu belum bisa menebaknya, bacalah surat yang ditulis oleh guruku, kau pasti akan segera mengetahuinya." Sorot matanya terus melihat ke depan dan tidak beralih. Sepertinya dia takut melihat gadis berbaju merah muda itu.
Begitu surat itu dibaca, di dalamnya berisi:

Tuan Tie-ji-wen-hou yang terhormat, Nama Tuan sangat terkenal di dunia persilatan tapi aku merasa menyesal karena kita belum pernah bertemu. Setahun yang lalu tiba-tiba aku mendengar berita kematian Tuan, aku merasa sangat terkejut, tapi aku baru tahu sekarang kalau itu hanyalah sekedar kabar burung.
Dengan ide cemerlang, Tuan membohongi orang-orang di dunia ini. Aku benar-benar memuji kepintaran Tuan. Aku dan Tuan sebenarnya mempunyai kemampuan yang sama, sekarang aku
sedang membalas dendam di Bao-ding-zheng. Karena di kota Bao-ding inilah orang itu menyerangmu satu kali dan kepala orang bodoh ini kuberikan pada Tuan. Aku juga membunuh putra yang tidak tahu diri ini, membantu Tuan membunuh istri yang tidak setia dan genit..."
Sesudah membaca sampai di sini, mata Yi-feng hampir mengeluarkan api.
Dalam surat itu tertulis lagi:
Dari sini Tuan bisa tahu kalau aku benar-benar membantu menegakkan keadilan tapi mengapa Tuan selalu berseberangan pendapat denganku. Hal ini benar-benar membuatku sedih." Yi-feng benar-benar marah: "Tidak tahu malu, rendah, dan tidak tahu diri!" Surat itu masih tertulis:
"Sekarang aku ada keperluan lain dan harus pergi ke Jiang-nan maka aku tidak bisa bertamu dengan Tuan, sungguh sangat disayang-kan!" Yi-feng tertawa dingin:
"Aku merasa lega tidak bisa bertemu dengannya." Dia ingin memakan dagingnya dan mengupas kulitnya. Surat itu masih tertulis:
Tahun ini di bulan lima Duan-yang-jie (hari pecun), aku akan bersulang arak Ai (ai=semacam daun, biasa dikeringkan kemudian digulung seperti rokok untuk menghangatkan nadi-nadi tertentu di badan manusia). Di Nan-hu di rumah makan Yan-yu aku harap Tuan bisa datang dan kita bertemu di sana. Waktu itu aku yakin kita bisa mengobrol lebih banyak dan minum. Sekian dan terima kasih dan semoga Tuan sehat selalu.
Yang bertanda tangan di bawah:
Ketua Tian-zheng-jiao, Xiao-wu.

Karena marah telapak Yi-feng gemetar, dia ingin menyobek surat yang ditulis dengan dingin ini di belakang surat itu masih ada tulisan lain.
"Ada dua hal di mana aku harus mengucapkan terima kasih padamu. Pertama, Tuan telah membuka topeng yang membuat Tuan mirip denganku, hal ini membuatku menjadi tenang. Kedua, kuda yang biasa Anda tunggangi benar-benar seekor kuda bagus, membuatku jadi sangat leluasa. Tuan memberikan kuda ini kepadaku, pantas orang di dunia persilatan mengatakan Anda bukan orang yang pelit."
Masih ada lagi:
"Sekarang orang dunia persilatan sudah tahu kalau Tuan belum mati, mengapa Tuan membuang nama pemberian orang tua, bukankah ini sangat disayangkan?"
Ling-lin diam-diam menoleh, dia memang tidak "jelas membaca surat yang Yi-feng baca tapi dari raut wajah Yi-feng, dia tahu surat itu pasti berisi kata-kata yang tidak berkenan di hati Yi-feng. Karena itu diam-diam dia menjulurkan tangannya memegang tangan Yi-feng.
Tapi...
Tiba-tiba Yi-feng membalikkan tangannya, kotak kayu berwarna ungu itu terbang ke luar. Surat itu pun disobeknya menjadi dua, Zhong-jing yang masih berdiri di depan Yi-feng tidak bergerak. Dia hanya melihat wajah dan mata Yi-feng seperti akan mengeluarkan api.
0-0-0

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang