82. Apakah Dia Datang?

1K 28 0
                                    

Perlahan Sun-ming menjulurkan tangan-nya memegang tangan putrinya yang kecil. Tiba-tiba saja keberaniannya muncul. Walaupun yang berdiri di depan jendela adalah siluman yang tidak berani dilawan oleh siapa pun tapi demi putrinya dia akan berusaha melawan.
Dia mengepalkan tangannya, lalu pelan-pelan berkata:
"Ling-er, jangan takut!"
Ling-lin menggelengkan kepala dan pelan-pelan berkata:
"Aku tidak takut, aku hanya... sedih, apa dia masih hidup atau sudah mati? Aku tidak tahu "
Sorot mata Sun-ming dengan cepat melihat keluar jendela, tapi... Bayangan di luar jendela itu tiba-tiba tertawa dan berkata:
"Kalian tidak perlu takut, aku datang kemari tidak bermaksud mencelakai kalian. Kalian tidak perlu khawatir."
Sun-ming terpaku, terlihat tangan orang itu melayang. Sebuah cahaya berwarna kuning masuk melewati jendela dan terjatuh ke bawah, ternyata itu adalah sebuah simbal kecil terbuat dari emas.
Bayangan itu berkata lagi:
"Simbal emas ini adalah benda rahasia yang bisa menjaga keselamatan masing-masing di Tian-zheng-jiao, kelak jika kalian berkelana di dunia persilatan dan bertemu dengan hal yang tidak bisa menyulitkan, keluarkanlah simbal emas ini di tempat ramai dan pukullah 3 kali. Waktu itu pasti akan ada murid Tian-zheng-jiao yang datang untuk menolong kalian."
Baru saja perkataannya habis, dia sudah berkata lagi:
"Pergilah sekarang!"
Begitu dia bergerak, ternyata sudah berada beberapa puluh meter dari sana. Sun-ming terkejut dan terpaku. Zhong-jing sepertinya juga terkejut tapi dia segera berlari keluar. Malam yang gelap itu telah menelan kedua bayangan itu dalam sekejap mata.
Sun-ming dan putrinya saling mendekat, yang pasti mereka sedikit merasa lega tapi di lain pihak juga bertambah berat. Jika simbal kecil itu tidak mengeluarkan cahaya berkilau, semua ini serasa mimpi buruk yang membuat siapa pun tidak akan percaya.
"Mengapa siluman Xiao-wu tidak membunuh kami? Dia tidak membunuh kami malah memberikan simbal emas ini untuk melindungi keselamatan kami?"
Walaupun pertanyaan ini terpikirkan oleh Sun-ming selama 10 tahun, tidak terpikirkan sampai sekarang apa penyebabnya.
Kabupaten Jia-xing berada di bagian selatan sekitar 2 kilometer, ada sebuah danau yang ditumbuhi pohon Yang Liu dan bunga teratai, perahu hilir mudik membawa para pelancong yang datang melancong ke sana. Tempat itulah Nan-hu yang sangat terkenal.
Di tengah-tengah danau Nan-hu (hok: Lam-ouw), airnya berkilauan, terdapat sebuah pulau kecil. Yan-yu-lou yang sangat terkenal berada di pulau kecil itu.
Bulan 5 Duan-yang (Bei-cun) di pinggir danau banyak para pelancong yang sedang berjalan-jalan. Di permukaan danau banyak perahu kecil yang membawa penumpang, mendayung, teratai hijau, bunga merah, air yang berkilauan. Hai! Pemandangan begitu indah. Walaupun sudah memasuki bulan lima tapi di Nan- hu masih seperti musim semi.
Di Yan-yu-lou sepasang bayangan orang tampak sedang bersandar ke pagar. Terdengar suara
laki-laki yang sedang membaca puisi di belakang mereka.
Orang yang membaca puisi itu terdengar penuh semangat.
Tapi begitu melihat, ternyata dia adalah lelaki setengah baya berpakaian biru. Mereka sekali-kali menarik nafas dengan kesal.
Mereka kesal karena sampai sekarang mereka belum melihat orang yang mereka tunggu-
tunggu Lu Nan-ren, dan yang sedang menunggu Lu Nan-ren adalah Sun-ming serta putrinya.
Hari belum begitu terang mereka sudah tiba di Nan-hu. Dia tidak bisa menghalangi keinginan Ling-lin. Tidak ada yang dipikirkan dan tidak ada yang perlu ditakuti, yang dia pikirkan hanyalah, "Apakah benar dia akan datang?"
"Mungkin dia tidak akan datang." Hari semakin terang, para pelancong yang datangke Nan-hu semakin banyak. Tempat wisata di sekitar Nan-hu penuh dengan para pelancong tapi Lu Nan-ren tetap tidak tampak.
Orang yang datang semakin banyak, Ling-lin semakin cemas, sepasang matanya yang bening mulai tertutup oleh garis-garis merah yang tipis. Dia merasa aneh:
"Mengapa Xiao-wu memilih tempat ini untuk bertemu dengan Lu Nan-ren?" "Dia tidak datang, mengapa siluman Xiao-wu juga tidak terlihat?" Ling-lin bertanya terus kepada ibunya.
Sun-ming hanya bisa menggelengkan kepala dengan sedih. Walaupun Xiao-wu sudah datang, mereka tetap tidak akan mengenalinya.
"Apakah dia tidak akan datang? Tidak akan datang...." Kalimat ini terus berputar di dalam hati Ling-lin, setiap kali pikirannya berputar seperti ada palu yang memukul jantung-nya.
Sore sudah tiba
Malam pun menjelang
Di sisi Nan-hu tampak lampu-lampu sudah dipasang. Nan-hu di malam hari terlihat lebih indah dibandingkan pagi hari. Tapi...
"Apakah dia akan datang? Apakah dia akan datang? Datangkah dia ?"
Malam semakin larut
Orang-orang banyak yang sudah meninggalkan tempat ini
Lampu-lampu berkilauan, bintang-bintang kelap-kelip di langit, perahu yang berlayar sudah kembali, dayung menerpa permukaan air. Akhirnya perahu-perahu pun tidak tampak, hanya
tersisa bunga-bunga teratai yang berada di atas permukaan air dan masih ada sepasang
bayangan orang yang berada di Yan-yu-lou.
"...dia tidak akan datang!"
Akhirnya Sun-ming mengatakan kalimat yang sangat berat ini. Dia memegang erat tangan Ling-lin sedikit pun tidak dilonggarkan.
Tapi Ling-lin seperti mati rasa. Dia melihat bintang-bintang di langit, dia menarik nafas: "Dia... benar-benar... tidak... datang...." Tubuhnya lemas, diajatuh pingsan.
Sun-ming sangat terkejut, dia memegang pinggang putrinya dan berteriak: "Ling-er, bagaimana keadaanmu?"
Tidak ada jawaban, tidak terdengar suara sedikitpun. Di bawah sinar bulan wajahnya yang cantik tampak sepucat kertas. Tanyannya yang kecil dingin seperti es. Tiba-tiba..
Sehelai kertas kuning melayang masuk, masuk dari luar jendela. Kertas ini seperti memiliki roh dan terjatuh di tangan Sun-ming.
Walaupun hari sudah malam tapi kata-kata yang tertulis di atas kertas sangat jelas.
"Sudah lama aku menunggu tapi kau tidak datang. Aku pergi dulu!"
"Xiao-wu!" teriak Sun-ming Dia meloncat ke atas atap, tapi hanya terdengar semilir angin malam yang berhembus sepoi-sepoi, di sekeliling sana tetap hening seperti tadi. Bintang kelap-kelip tapi tidak terlihat ada bayangan apa pun. Dia terpaku kemudian kembali ke tempat tadi. Ling-lin yang pingsan sekarang mulai siuman.
Dia menarik nafas panjang, sedih, rasa sakit mengikuti tiupan angin malam terus melayang, melayang keluar...
o-o-o  

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang