25. Selalu Curiga

1.1K 31 0
                                    

Pertanyaan pertama yang ditanyakan Ling-lin adalah:
"Kalau begitu berarti semua biksu Zhong-nan-shan terkena racun karena telah minum mata air yang mengandung racun Chu-gu-sheng-shui, apakah kami berempat juga telah meminum air dari mata air tersebut?"

Hal ini dijawab oleh Sun-ming: "Semenjak kita ada di sini, Tuan Jian telah menyuruh Biksu Miao-ling untuk mengambil air minum dari mata air yang lain. Tujuannya tidak lain adalah menghindar supaya jangan terkena racun lagi."

Tapi Ling-lin bertanya lagi:
"Jika air minum para biksu Zhong-nan-shan diambil dari mata air, mereka tidak mungkin akan terkena racun semua. Karena air di sana terus mengalir, air beracun tidak mungkin akan di situ terus, dan bila mengambil air pun tidak akan di sana terus. Ini artinya tidak mungkin orang Tian-zheng-jiao membubuhkan racun di mata air itu kecuali ada yang sengaja membubuhkan racun ke dalam tempat penyim-panan air di kuil."

Sun-ming tampak berpikir sebentar, dia mengangguk menyetujui kata-kata putrinya.

Mata Ling-lin berputar sambil merapikan rambutnyayang acak-acakan, dia berkata lagi:
"Banyak biksu Zhong-nan-shan minum dari air yang sama, siapa yang terkena racun ada yang
lebih awal atau lebih akhir, mungkin ini berhubungan dengan ilmu silat yang nereka kuasai,
sedangkan pemimpin Zhong-nan-shan tidak terkena racun, bukankah ini aneh? Apakah ada
orang Tian-zheng-jiao yang diam-diam membubuhkan obat penawar ke dalam air minumnya? Tapi itu tidak mungkin, kecuali...."

Tiba-tiba dia berhenti bicara, dia melihat ke arah pintu, Sun-ming tidak memperhatikan tingkah laku putrinya, karena dia sedang memikir-kan pendapat putrinya. Dia mulai merasa ada yang patut unutk dicurigai, tiba-tiba Ling-lin berkata:

"Bu, coba Ibu lihat di luar sepertinya ada orang."

Sun-ming terpaku, lalu dia membuka pintu, di luar hanya ada tiupan angin tapi tidak ada bayangan seseorang.

Sun-ming berkata sambil tersenyum: "Mungkin kau salah dengar, di luar tidak ada siapa pun."

Tapi Ling-lin menggelengkan kepalanya, dia menatap langit-langit, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu yang sulit untuk dipecahkan.

Yang paling merasa lelah adalah ketua Zhong-nan-pai, Biksu Miao-ling, karena dia harus turun ke dapur untuk membantu memasak.

Malam hari dia harus memasakkan semangkuk kuah ginseng untuk Ling-lin. Dengan penuh rasa terima kasih Sun-ming melihat Biksu Miao-ling.

Ling-lin tertawa manja, dia mengambil mangkuk berisi kuah ginseng itu, tapi segera menarik kembali tangannya dan berkata:
"Aduh, panas!" Dia meletakkan mangkuk itu di atas meja.

Wajah Miao-ling bergerak kemudian pelan-pelan dia keluar dari kamar. Alisnya berkerut menjadi satu. Selama dua hari ini alis ketua Zhong-nan-pai selalu berkerut, dia selalu terlihat khawatir.

Ketika dia kembali untuk mengambil mangkuk kosong Ling-lin, luka Ling-lin sepertinya bertambah parah lagi, dia terus merintih. Bibir tipis Biksu Miao-ling bergerak lalu dengan ter-buru-buru membawa mangkuk kosong itu keluar.

Sun-ming segera meninggalkan pondok untuk melihat keadaan Ling-lin, dia kembali lagi ke pondok untuk memanggil San-xin-shen-jun. Begitu San-xin-shen-jun tiba di kamar itu, terlihat dia terus menggelengkan kepalanya tapi tidak bicara apa pun. Wajahnya dingin dan menyeramkan seperti es gunung.

Hati Sun-ming terus tenggelam. Ling-lin tidak sadarkan diri lagi, dia terus meracau. San-xin-shen-jun dan Tuan Jian tetap bermain catur di malam hari, seperti tidak terjadi apa-apa di sana. Malam semakin larut, tidak ada yang berjaga malam, kira-kira jam 3 subuh...

Ada bayangan seseorang melintas di belakang kamar jejeran ketiga. Bayangan itu terus berjalan, hanya sebentar bayangan itu sudah berada di bawah dinding. Dia berlari ke bawah bayangan dinding yang disinari cahaya bulan yang redup. Orang itu sepertinya adalah ketua Zhong-nan-pai, Biksu Miao-ling!

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang