57. Seperti Mimpi Bisa Bertemu Kembali

1K 27 0
                                    

Tangan Yi-feng yang dicengkram, dan pinggangnya ditotok oleh Tie-mian-gu-xing-ke, Yi-feng sama sekali tidak berdaya. Dia didorong masuk ke celah gunung, kemudian terdengar suara berat yang bergeser, ternyata mulut celah gunung itu telah ditutup oleh sebuah batu besar.
Hanya ada sedikit cahaya langit yang masuk melalui celah kecil pegunungan, di dalam gelap seperti di dalam liang kuburan. Sampai-sampai jari sendiri pun tidak terlihat.
Nadinya ditotok, tubuhnya tidak bisa bergerak, darah pun tidak bisa mengalir dengan lancar, tapi dia masih sadar, pikirannya kacau.
Dalam kegelapan, wajah Xiao Nan-pin seperti seribu jurus menyerangnya, wajahnya yang cantik seperti bunga, tawanya yang manis. Tapi terlihat ada darah di wajahnya, membuat siapa pun yang melihatnya menjadi tidak tega.
Tapi wajah itu tetap memiliki mata yang sama yaitu mata yang selalu menatapnya dengan lembut dan penuh kesedihan.
Yi-feng sendiri tidak tahu bagaimana perasaan sebenarnya kepada Xiao Nan-pin? Tapi dia tahu dengan jelas kalau Xiao Nan-pin sangat mencintainya.
Selama beberapa tahun ini, hatinya seperti sebatang pohon layu, perasaan hangat ini malah menjadikannya beban yang berat. Menekan ke segenap penjuru dirinya, hatinya seakan siap meledak.
Sewaktu Xiao Nan-pin pergi sambil menangis dan tertawa, sampai sekarang suara itu terus terngiang di sisi telinganya, 'Nan Pin, kau pergi ke mana?'
Yang paling parah, sekarang dia tidak bisa bergerak sama sekali, hanya berbaring di gua gelap dan juga lembab, keadaan di sana sangat menyeramkan. Mungkin jika tiba-tiba saja ada ular yang menjalar keluar dan siap mematuknya, dia juga tidak akan bisamelawan...
Sekalipun dia bisa menghindari patukan ular dan serangan binatang lainnya, tapi bagaimana caranya dia bisa keluar dari gua ini? Dia mulai berkhayal, sewaktu dia sedang kelaparan dan tubuhnya lemas, Tie-mian-gu-xing-ke sambil tersenyum berdiri di depannya, dan menyuruhnya menuruti semua perintahnya. Dia sadar lebih baik dia memilih mati daripada harus menuruti persyaratan Tie-mian-gu-xing-ke.
Kalau seseorang telah menentukan hidup dan matinya, nasib selanjutnya dia sudah tidak peduli lagi. Karena itu sekarang dia hanya memejamkan matanya, mendengar bunyi detak jantungnya sendiri, 'Kapankah suara ini akan berhenti?"
Dia tersenyum.
Tiba-tiba dia teringat sewaktu dia kecil dulu, dia pernah mendengar sebuah cerita, ceritanya kira-kira seperti ini: ada seorang kaya membawa semua hartanya pergi bertamasya ke padang pasir, dengan uang ini dia berniat membangun sebuah tempat yang selalu dia impikan selama ini.
Bagi siapa pun, dia dianggap sebagai seorang yang beruntung karena dia mempunyai harta yang banyak dibandingkan dengan orang lain. Dan orang ini selalu menyombongkan dirinya sendiri. Tapi suatu ketika, ternyata uangnya tidak berguna lagi, karena di padang pasir itu tidak ada air juga tidak ada makanan. Karena itu orang yang menganggap uang adalah segalanya, di padang pasir mati dengan ditemani hartanya yang banyak, karena dia tidak bisa makan dan juga tidak bisa minum.
Yi-feng tidak tahu mengapa tiba-tiba dia memikirkan cerita ini.
Cerita ini didengarnya sudah sejak lama, di malam terang bulan purnama, dia duduk di sebuah kursi kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Seorang pak tua menceritakan kisah ini kepadanya, banyak bagian yang telah terlupakan, tapi dia merasa dia seperti orang kaya yang ada di dalam cerita itu.
Sejak kecil dia telah belajar ilmu silat, dia menganggap asalkan mempunyai ilmu sila tinggi, maka semua hal yang tidak disukainya tidak akan menimpanya. Walaupun sampai menimpanya, dengan kemampuan ilmu silatnya dia mampu mengatasinya.
Terakhir dia tahu kalau di dunia ini banyak hal yang tidak bisa dibereskan dengan ilmu silat. Seperti halnya tidak selalu dengan uang bisa mengatasi semua masalah.
Sekarang dia terkurung di dalam gua ini, di dalam bajunya tersimpan kitab rahasia Tian-xing-mi-ji' yang diinginkan oleh banyak orang. Sekarang ini membaca pun dia tidak sanggup.
Dalam kitab Tian-xing-mi-ji' disebutkan cara membuka totokan nadi sendiri. Tapi sekarang dia merasa dia sangat tidak berguna.
Semakin dipikir, dia malah merasa semakin kacau.
Tiba-tiba dia merasa cerita tadi tidak mirip dengan nasibnya, lebih mirip dengan cerita lainnya.
Dia merasa tiba-tiba saja Xiao Nan-pin berada di depannya, lalu tiba-tiba melihat tawa Wan
Tian-pin yang sadis
Di dunia ini hal yang paling sulit dikuasai adalah pikiran manusia. Banyak keresahan yang timbul di dunia ini, semua ini terjadi karena pikiran manusia sendiri, ada hal yang tidak perlu dipikirkan malah dipikirkan, yang harus dipikirkan malah tidak dipikirkan.
Yi-feng pun seperti ini, semakin ingin menenangkan pikirannya, hal yang dipikirkannya semakin banyak. Sewaktu dia sedang merasa kacau, di dalam gua itu tiba-tiba terdengar suara langkah orang. Karena Yi-feng tergeletak di bawah, maka dia bisa mendengarnya dengan jelas.
Suara langkah itu terdengar pelan, tapi semakin jelas, berarti orang itu ada di depan.
Yi-feng yang pikirannya sedang kacau tadi, sekarang beban di pundaknya serasa menghilang, berganti dengan kecurigaan, 'Mengapa di dalam gua ini terdengar ada langkah orang? Apakah itu langkah binatang buas yang mencium bau manusia., .mungkin Wan Tian-pin tahu ada binatang buas tinggal di sini maka dia mengurung-ku di sini dan menotokku terlebih dulu supaya aku lebih mudah dimakan binatang buas. Tangannya berlumuran darah, dia tidak ingin putrinya melihat dia membunuhku!'
Dia merasa hatinya menjadi dingin, punggungnya yang menempel ke tanah pun ikut merasa dingin.
Dia melihat ke dalam, gua yang tadinya gelap, sekarang tiba-tiba ada cahaya terang, cahaya itu mengikuti langkah yang datang.
Dia menertawakan kebodohannya sendiri, dan tahu kalau suara langkah tadi bukan langkah binatang buas, karena binatang tidak mungkin bisa membawa lampu. "Tapi siapa yang datang?"
Dia ingin berbalik untuk melihat, tapi dia tidak sanggup, terpaksa dia hanya bisa menatap ke atas. Gua panjang itu mulai terlihat bayangan seseorang, dia memegang sebuah lampu. Di tempat gelap seperti ini terlihat sangat terang.
Dia memejamkan matanya, kemudian membuka matanya lagi, bayangan orang itu sudah ada di depan mata.
Dengan bantuan cahaya lampu, dia melihat siapa yang datang. Ternyata dia seorang perempuan, memakai sepatu yang disulam, mengenakan celana berwarna ungu, setelah melihat ke atas lagi, terlihat ada tangan putih membawa lampu yang terbuat dari tembaga.
Yi-feng terkejut, dia berharap perempuan yang dilihatnya di dalam gua ini bisa maju selangkah lagi, supaya Yi-feng bisa melihat lebih jelas siapa perempuan itu.
Tapi begitu perempuan itu berjalan ke depannya, dia berhenti dan tidak jadi melangkah.
Dengan cara apa pun Yi-feng tidak bisa melihat dengan jelas wajah perempuan itu.
Terdengar perempuan itu berteriak, dia berlari mendekati Yi-feng dan berlari ke mulut gua, dia berusaha mendorong batu besar itu. Batu besar menutupi mulut gua, dia merasa aneh.
Sekarang Yi-feng bisa melihat dengan jelas sosok perempuan itu. Tapi hanya melihat kalau rambut perempuan itu digelung tinggi dan dibungkus dengan kain berwarna ungu. Dia juga mengenakan baju berwarna ungu. Tapi baju yang dipakainya longgar tidak sesuai dengan tubuhnya yang ramping.
Yi-feng semakin merasa aneh, terdengar perempuan itu menghela nafas, dengan pelan dia membalikkan tubuhnya. Hati Yi-feng tergetar, dia memejamkan mata, tadinya dia ingin melihat wajah orang yang datang. Tapi sekarang ini dia tidak berani melihatnya, dia takut begitu perem-puan itu membalikkan tubuhnya, wajahnya berupa tengkorak.
Terdengar perempuan itu berteriak, lampu yang dipegangnya terjatuh. Yi-feng ikut merasa terkejut dan membuka matanya. Gua kembali gelap. Sosok perempuan itu sama sekali tidak terlihat.
Banyak yang ingin ditanyakan oleh Yi-feng, tapi dia tidak bisa bicara, diam-diam dia berpikir, "Mungkin perempuan itu melihat di dalam gua ada seseorang, maka dia pun terkejut, melihat caranya berjalan, ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi. Kalau dia menganggap aku adalah penjahat, dan tanpa bertanya langsung membunuhku...hhhh, aku berkelana di dunia persilatan, beberapa kali hampir mati, tapi aku berusaha berjuang untuk tetap hidup. Sekarang kalau tanpa tahu apa pun tiba-tiba saja mati di tangan perempuan ini, aku sungguh tidak rela."
Yi-feng memang tidak siap untuk mati sekarang tapi kalau sekarang ini dia benar-benar harus menghadapi kematian, dia masih menyimpan banyak pertanyaan. Ini adalah salah satu kelemahan manusia. Yi-feng adalah manusia, dan t idak terkecuali akan mengalami hal ini.
Dalam kegelapan, terdengar desah nafas perempuan itu berat, itu dikarenakan hatinya sedang bergejolak. Yi-feng merasa aneh, mengapa perempuan itu bisa begitu?
Dia mendengar gemerisik baju, ternyata perempuan itu masuk ke dalam gua. Di antara suara derap larinya, masih terdengar nafas perempuan itu semakin berat. Hanya sebentar, suara itu tertelan ke dalam gua.
Gerakan itu di luar dugaan Yi-feng, dia tidak menyangka kalau perempuan itu tiba-tiba saja meninggalkannya, sampai satu kata pun belum sempat ditanyakan.
Dalam keadaan seperti itu, kelakuan perempuan itu memang tidak masuk akal. Yi-feng terus memikirkannya, tapi dia tidak berhasil memperoleh jawabannya.
Sewaktu hatinya sedang dilanda keanehan, dari dalam gua terdengar ada yang datang lagi, kali ini langkah kakinya lebih cepat dan lebih jelas.
Yi-feng dengan berkonsentrasi penuh mendengarnya, kecuali suara langkah kaki, masih terdengar ada suara anak yang bicara, anak itu sepertinya belum lancar berbicara.
Saat Yi-feng masih terus berpikir, suara langkah itu sudah berada di depan, dari desir angin yang terasa, Yi-feng mencium harum lembut dan manis.
Bayangan itu berdiri di sisinya, terlihat dia menggendong seorang anak balita.
Sosok itu berdiri dengan lama, kemudian dia berjongkok dan menjulurkan tangannya. Satu tanganya memegang Yi-feng, kemudian dia membalikkan tubuh Yi-feng. Terdengar suara BUG sebanyak 5 kali, ternyata dengan cepat dia menepuk punggung Yi-feng.
Yi-feng terkejut, dan berpikir, 'Celakalah aku!' tapi seiring dengan dahak kental yang dikeluarkannya, dia merasa darah di sekujur tubuhnya mulai mengalir dengan lancar.
Dia terpana, dia berdiri, dan sosok orang itu masih berdiri dengan diam di depannya.
0-0-0
Di dalam gua tidak terdengar suara apa pun. Anak yang berada dalam gendongan perempuan itu sepertinya masih belajar bicara. Tiba-tiba...
Perempuan itu menyalakan korek api.
Yi-feng terkejut dan melihat wajah perempuan itu. Saat itu juga dia merasa bumi dan langit terus berputar. Otaknya terasa kacau, dia hampir tidak mampu menahan berat tubuhnya sendiri.
Karena orang yang berdiri di depannya dan sedang menggendong seorang bayi gemuk adalah Xiao-hun-fu-ren...Xue Ruo-bi!
0oo0  

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang