37. Bersaing Menjadi Ketua

1.5K 30 0
                                    

Dari balik tubuh ketiga biksu itu, muncul seorang biksu berjanggut panjang, dia adalah adik seperguruan Biksu Miao-ling. Dia berada satu generasi di atas Xuan-hua, maka pada saat biksu ini keluar, Xuan-hua segera memberi hormat:
"Apakah Paman Guru Kelima akan memberikan petunjuk?"
Biksu itu adalah salah satu murid dari ketua Zhong-nan-pai, yaitu Yu Zhen-ren, yang bernama Miao-yuan, sekarang dia terlihat tersenyum dan berkata:
"Kita akan bertarung, kau tidak boleh dengan sengaja mengalah padaku, kalau tidak pertarungan ini akan kehilangan artinya, yaitu perebutan posisi menjadi ketua Zhong-nan-pai."
Dengan hormat Xuan-hua berkata: "Aku akan menuruti apa yang Paman Guru katakan."
Dia berdiri dan siap menyerang, tiba-tiba Ba-gua-shen-zhang datang menghalangi mereka dan berkata:
"Guru, tunggu sebentar! Maksud Pendekar Muda Du tadi, Guru Xuan-hua telah bertarung 3 kali, dia harus beristirahat dulu, sekarang tiga biksu bertarung dulu, yang menang akan bertarung kembali dengan Guru Xuan-hua. Apakah kalian setuju dengan usul ini?"
Xuan-hua mundur dari sana.
Miao-yuan menjawab:
"Silahkan guru Fan yang mengambil keputusan."
Dalam dua pertarungan kali ini, Biksu Miao-yuan yang menang, kemudian ada Biksu Miao-tong yang bertarung dengan Biksu Miao-yuan. Tapi dalam beberapa jurus Biksu Miao-tong kalah dari Biksu Miao-yuan.
Para pendekar melihat beberapa orang pesilat tangguh Zhong-nan-pai bertarung untuk merebut posisi sebagai ketua, mereka terlihat seperti sedang latihan biasa. Sama sekali tidak terjadi hal berbahaya atau menegangkan. Mereka memuji kebesaran hati murid-murid Zhong-nan-pai yang berlapang dada luas. Tapi mereka juga menyayangkan dalam rapat akbar kali ini tidak ada tontonan yang menegangkan.
Para pendekar datang dari berbagai tempat jauh. Mereka mempunyai perangai buruk manusia. Mereka berharap akan terjadi pertarungan berdarah, tapi dari kelima pertarungan yang telah berlalu, ternyata hanya begitu saja, maka para tamu pun merasa agak kecewa.
Sekarang sisa pertarungan yang ada yaitu pertarungan antara Miao-yuan dan Xuan-hua. Maka perhatian para pendekar pun tertuju pada mereka berdua. Siapa pun yang menang, dia akan menjadi ketua Zhong-nan-pai, ini adalah hal penting bagi dunia persilatan.
Ba-gua-shen-zhang tertawa: "Harap kedua guru beristirahat terlebih dulu, setelah itu kembali bertarung untuk merebut posisi sebagai ketua. Aku masih mempunyai kesempatan menyaksikan pertarungan antar pesilat tangguh."
Dia membalikkan kepalanya melihat Du Chang-qin dan Qian-yi:
"Apakah kalian pun mempunyai perasaan seperti itu?"
Qian-yi tampak sedang bersandar di sebuah kursi, sejak tadi dia tidak bergerak, sekarang dia terlihat mengangguk, seperti ada yang ingin dia katakan. Tiba-tiba Biksu Miao-fa mendekat dan berkata:
"Adik seperguruan Miao-yuan dan keponakan Xuan-hua, lebih baik bertarung sekarang! Yang menang di hadapan pada pendekar dan patung para dewa akan disumpah menjadi ketua Zhong-nan-pai yang baru, kita tidak butuh upacara lainnya lagi!"
Kedua alis Fan Chong-pin berkerut, diam-diam dia merasa aneh, mengapa Biksu Miao-fa yang biasanya sangat teliti, sekarang begitu terburu-buru? Sebenarnya ini adalah masalah penting, mengapa beristirahat pun tidak diperbolehkan?
Yi-feng yang masih berdiri di sisi, melihat wajah Miao-fa yang penuh dengan kekhawatiran. Dia selalu memandang keluar pintu, dia seperti takut pada sesuatu. Takut kalau tiba-tiba seseorang datang dan mengacaukan keadaan di sana. Maka dia ingin Miao-yuan dan Xuan-hua segera bertarung untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Xiao Nan-pin tidak peduli dengan semua yang terjadi di sana, dia hanya menyandar dengan bahagia di sisi Yi-feng. Karena tempat di sana sangat terbatas, semua pendekar terlihat berdesakan, maka Xiao Nan-pin hampir bersandar ke tubuh Yi-feng. Hal ini tidak terlihat aneh dalam pandangan orang-orang!
Ruangan itu hening, karena semua sedang berkonsentrasi melihat kedua pesilat tangguh Zhong-nan-pai yang akan bertarung.
Miao-yuan dan Xuan-h.ua sedang memusatkan pikiran, para biksu Zhong-nan-pai sebelum bertarung biasanya selalu diam dan mengumpulkan tenaga terlebih dulu. Mereka tidak berani bertindak ceroboh, tapi pada saat ada yang menang atau kalah, ada salah satu yang segera mundur, ini adalah sikap yang sangat baik.
Saat semua orang sedang diam dan suasana sangat hening, sampai nafas para tamu pun terdengar, tiba-tiba para pendekar yang berada di tengah aula, mengeluarkan suara ricuh, mereka bergeser ke pinggir.
Wajah Biksu Miao-fa berubah, Yi-feng pun terkejut. Tebakannya tepat, rapat akbar ini tidak akan berlalu dengan tenang.
Ba-gua-shen-zhang dan Mei-hua-jian terkejut, dari luar terlihat ada sekelompok biksu berbaju biru masuk ke dalam aula.
Para pendekar di sana tidak tahu apa yang terjadi. Yang berjalan di baris terdepan adalah seorang biksu. Tubuhnya kurus kering, pedang panjangnya terselip di punggungnya. Panjang pedang itu hampir mengenai tanah. Tapi dia tetap berjalan dengan mantap. Sorot matanya tajam, begitu melihatnya langsung dapat diketahui kalau dia seorang pesilat tangguh.
Sekelompok biksu itu berjumlah 10 orang lebih, masing-masing membawa pedang yang terselip di punggung mereka. Yang menjadi perhatian Yi-feng adalah baju biksu yang mereka kenakan. Semua terlihat masih baru, hal ini membuat Yi-feng teringat kembali pada biksu muda yang mereka temui di kaki gunung.
Biksu kurus kering itu dengan mata elangnya melihat ke sekelilng, kemudian dia tertawa:
"Kakak seperguruan Miao-fa, kau tidak boleh bertindak seperti itu! Aku telah memerintahkan muridku datang melapor kepada Kakak kalau adikmu yang tidak berguna ini akan datang untuk meramaikan rapat akbar ini, mengapa Kakak malah membuka rapat ini tanpa menungguku? Apakah setelah 10 tahun lebih kita tidak bertemu, Kakak telah melupakan adikmu yang tidak berguna ini?"
Kemudian dia melihat para pendekar sambil tertawa dia berkata lagi: "Aku adalah Biksu Miao-yu, aku adalah salah satu murid Zhong-nan-pai. Kalian telah datang dari jauh, maka aku memerintahkan para muridku supaya di setiap belokan menyiapkan air teh untuk para pendekar, kalau kakakku kurang bisa melayani kalian dengan baik, aku yang akan meminta maaf di sini!"
Begitu perkataannya keluar, membuat para pendekar di sana terpaku karena tiba-tiba saja muncul orang ini.
Yi-feng mengerti dan berpikir, 'Ternyata orang-orang yang menyedikan air minum tadi adalah murid-murid Biksu Miao-yu. Kalau Biksu Miao-yu adalah murid Zhong-nan-pai, mengapa Biksu Miao-fa berundak seperti ini?"
Biksu-biksu yang ada di kaki gunung, bersikap seperti biksu yang tadi ditemui Yi-feng di depan pintu kuil tadi, seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi begitu ada yang datang dia tidak mengatakannya lebih lanjut. Sekarang kelakuan mereka satu per satu melintas di benak Yi-feng.
Yi-feng tahu kali ini kedatangan Biksu Miao-yu pasti mengandung maksud tertentu. Apa maksudnya belum terlihat jelas, dia harus menunggu tindakan Biksu Miao-yu selanjutnya.
Para pendekar saling pandang, pikiran mereka sama dengan Yi-feng.
Biksu Miao-fa terlihat melotot kepada Biksu Miao-yu, dengan dingin dia berkata: "Miao-fa tidak berguna, aku tidak berani mengaku sebagai kakak seperguruan Tuan, guru sudah meninggal, kalau beliau tahu, beliau tidak akan mau mengakui Tuan sebagai muridnya... " Miao-yu tertawa dingin:
"Apa yang Kakak katakan? Walaupun aku telah meninggalkan Zhong-nan-shan selama 10 tahun lebih, tapi dalam hati aku selalu teringat pada perkumpulan kita ini. Walaupun aku jauh dari perkumpulan tapi aku tidak pernah merasa terusir dari perguruan kita, apakah hari ini Kakak akan mengusirku dari perguruan?"
Dengan wajah seram dia berkata lagi: "Sewaktu guru masih hidup pun beliau tidak pernah mengusirku, karena itu aku tetap murid Zhong-nan-pai. Kalau Kakak tidak suka padaku, tidak boleh ada balas dendam pribadi. Dan Kakak tidak bisa mengatakan kalau aku bukan murid Zhong-nan-pai lagi!"
Wajah Miao-fa tampak lebih marah lagi. Miao-yuan berjalan mendekati Miao-yu dan memberi hormat.
Miao-yu tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha! Baiklah, adik kelima, kau tidak lupa kalau aku masih kakak seperguruanmu."
Miao-yuan tertawa dan menjawab: "Kami tidak pernah lupa kakak seperguruan, tapi Kakaklah yang melupakan kami."
Miao-yuan melotot dan membentak: "Aku ingin bertanya pada Kakak, kalau Kakak belum melupakan perguruan kita, mengapa sewaktu guru meninggal, Kakak tidak datang? Duo-shou-zhen-ren (Biksu tangan banyak) Xie Yuxian terkenal di mana-mana, tapi tidak ada yang tahu kalau Duo-shou-zhen-ren adalah murid Zhong-nan-pai? Mengapa saat diadakan pemilihan ketua baru, Kakak baru ingat kalau Kakak adalah murid Zhong-nan-pai? Apakah posisi sebagai ketua begitu menarik perhatian Kakak?"
Dengan suara lebih keras dia berkata lagi: "Dulu kita kakak beradik berjumlah 6 orang, guru bersikap paling baik kepada Kakak. Tapi kau tidak menjaga nama baik perguruan, kau mem-buat kejahatan di dunia persilatan. Walaupun begitu saat guru meninggal, beliau masih saja terus mengkhawatirkanmu dan tidak berniat mengusirmu keluar dari perguruan. Kakak, kalau kau masih mempunyai hati nurani, kau harus mengubah sikapmu dan kembalilah ke perguruan kita, tapi kau... kau malah masuk ke...."
Biksu Miao-yu dengan sikap dingin mendengarkan semuanya, tiba-tiba dia membentak:
"Miao-yuan, jika kau masih terus banyak bicara, di depan banyak pendekar aku akan menghajarmu. Dasar tidak tahu sopan santun kepada kakak seperguruan sendiri!"
Miao-yuan hanya tertawa dingin:
"Di dunia persilatan, siapa yang tidak kenal dengan Duo-shou-zheng-ren? Aku mengatakannya atau tidak sepertinya akan sama, hanya saja kata-kata ini menjadi beban di hati, kalau tidak dibicarakan, hatiku tidak enak!"
Para pendekar baru tahu ternyata biksu tua yang kurus dan kering ini adalah siluman paling jahat di daerah Si-chuan dan Yun-nan yang berjuluk .. .Duo-shou-zheng-ren.
Mereka lebih-lebih tidak menyangka kalau Duo-shou-zheng-ren Xie Yu-xian adalah murid Zhong-nan-pai.
Hubungan tidak baik antara Biksu Miao-yu dan Zhong-nan-pai baru diketahui para pendekar di sana, dan dari kata-kata yang terucap oleh Biksu Miao-yuan masih dibahas oleh mereka.
Tapi mereka hanya bicara dengan suara kecil, tidak ada seorang pun yang berani bicara dengan suara keras.
Biksu Miao-fa membentak:
"Apalagi kau telah menjadi anggota Tian-zheng-jiao, kau tidak punya hak kembali ke sini dan merebut posisi sebagai ketua, apakah kau mengira kelakuanmu di luar sana tidak adayang tahu?"
Begitu kata-kata ini keluar membuat Yi-feng bertambah terkejut. Duo-shou-zheng-ren ternyata masuk menjadi anggota Tian-zheng-jiao. Sekarang dia kembali untuk merebut posisi sebagai ketua, apa keinginan dia sebenarnya? Semua orang pasti penasaran.
Sepertinya tujuan Tian-zheng-jiao selain ingin menguasai dunia persilatan mereka masih berniat menguasai semua perkumpulan. Kalau Zhong-nan-pai berhasil mereka kuasai, entah bagaimana nasib perkumpulan lainnya.
Yi-feng beberapa kali ingin keluar dan melabrak Miao-yu, tapi Ba-gua-shen-zhang sudah bicara dengan keras:
"Sesuai dengan aturan yang berlaku, Guru Miao-yu belum dikeluarkan dari perkumpulan Zhong-
nan-pai, maka dia tetap menjadi murid Zhong-nan-pai, tapi kalau Guru Miao-yu telah masuk
menjadi anggota Tian-zheng-jiao, aku rasa itu agak sulit "
Tiba-tiba Biksu Miao-yu tertawa terbahak-bahak, suara tawanya menggetarkan sekeliling aula, membuat debu yang ada di atas langit-langit tampak berjatuhan.
Para pendekar saling pandang, tawa Miao-yu telah berhenti tapi gemanya terus terdengar.
Biksu Miao-yu membuka matanya yang besar dan berkata:
"Siapa yang mengatakan kalau murid Zhong-nan-pai tidak boleh menjadi anggota Tian-zheng-jiao? Dan siapa yang mengatakan murid Tian-zheng-jiao tidak boleh menjadi murid Zhong-nan-pai? Aku, Miao-yu, walaupun sudah masuk menjadi anggota Tian-zheng-jiao tapi tetap menjadi murid Zhong-nan-pai, mengapa aku tidak boleh ikut pemilihan ketua?"
Dengan sombong dia melihat ke sekeliling dan tertawa dingin:
"Semua murid Zhong-nan-pai dengarkan kata-kataku dengan jelas, bukan hanya aku, Miao-yu yang kembali ke Zhong-nan-pai, dari Chang-jiang dan dari kedua sungai, semua pesilat pedang terkenal masuk perkumpulanku...Zhong-nan-pai."
Dia menunjuk 10 orang lebih biksu berbaju biru yang tadi mengikutinya masuk, lalu dia berkata lagi:
"Tiga bersaudara Lao-shan, Pendekar Hu, dua bersaudara Nan-gong-shuang-jian, Yan-shan-san-jian, Tai-hu-yi-jian. Apakah kalian pernah mendengar nama besar mereka?" Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata lagi:
"Sekarang semua pesilat pedang terkenal telah masuk Zhong-nan-pai, maka Zhong-nan-pai akan berjaya di dunia persilatan. Guru yang ada di alam sana pasti akan tersenyum karena senang dan bangga."
Dia tertawa sombong.
Dia terus menyebutkan nama-nama orang terkenal, maksudnya tidak lain adalah menyombongkan diri.
Para pendekar yang ada di sana tahu apa maksud dari Miao-yu, tapi mereka tidak berani melawannya.
Walaupun dalam hati para pendekar itu marah, tapi tidak ada yang berani bersebrangan pendapat dengan Tian-zheng-jiao, begitu pula dengan para pesilat pedangyang terkenal itu. Karena itu semua orang duduk tidak bergerak dan tidak ada seorang pun yang berani bersuara. Wajah Ba-gua-shen-zhang terlihat tidak suka, sewaktu dia mengerutkan alisnya akan
0-0-0  

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang