Tampak Sun-ming menepuk putrinya dengan marah. Dia menyalahkan putrinya yang bicara begitu ceroboh. Sorot mata dingin Wan-hong melihat Ling-lin.
Ketika Lu Nan-ren kebetulan melihat itu, dalam hati dia tidak enak karena sorot mata Wan-hong sekarang sangat mirip dengan ayahnya, Tie-mian-gu-xing-ke. Wajah yang dingin, sikap yang galak dan sadis terlihat dari sikapnya. Dia takut juga waspada terhadap gadis ini karena dia tahu apa arti dari sorot mata ini.
Terdengar Sun-ming berkata lagi: "Marga Xu masih bicara, mereka berdua selama puluhan tahun ini selalu ingin mati bersama tapi selalu gagal. Hari ini lebih baik 2 orang berdiri tanpa bergerak, membiarkan lawan memukul 3 kali. Kalau begitu...perkataan marga Xu belum selesai, Kakak Wan bertanya dengan dingin siapa yang akan memukul terlebih dulu. Marga Xu kebingungan dan tidak bisamenjawab."
Lu Nan-ren berpikir, 'Ilmu silat mereka berdua hampir setara, siapa pun yang memukul duluan, tidak akan bisa bertahan. Jika Wan Tian-pin terlebih dulu yang memukul, jika Xu-bai tidak mati juga tidak akan sanggup membalasnya. Pertanyaan Wan Tian-pin benar-benar tidak bisa dijawab."
Sun-ming berkata lagi:
"Mereka berdua saling memandang dengan lama. Aku lihat wajah Kakak Wan semakin seram. Aku benar-benar takut dan mencoba menasehati mereka lagi, tapi Kakak Wan tiba-tiba berlari ke belakang. Marga Xu seperti rnarah tapi dia berusaha bertahan."
"Tidak lama kemudian Kakak Wan sudah kembali, kedua tangannya membawa segulung tali besar. Gulungan tali begitu besar membuat seluruh tubuhnya tertutup. Seumur hidup aku tidak pernah melihat tali begitu banyak. Marga Xu juga merasa aneh, dia bertanya:
'Mo... ! Kau melakukan apa?' Tapi Kakak Wan tidak menjawab. Dia menaruh gulungan tali itu di bawah tiba-tiba dari balik baju dia mengeluarkan sebuah lempengan besi dan melayangkannya di depan Marga Xu... "
"Alat cahaya berputar!" teriak Lu Nan-ren "Alat cahaya berputar?" Sun-ming Bengong Lu Nan-ren tidak bisa menjawab, mata Ling-lin berputar melihat Lu Nan-ren. Dia berkata: "Ibu, teruskan ceritamu!"
Sun-ming menarik nafas panjang kemu-dian melihat Lu Nan-ren tapi pelan-pelan berkata: "Kalau itu benar adalah alat cahaya berputar. Marga Xu melihatnya, dia berteriak tapi wajah Kakak Wan sama sekali tidak berubah. Kemudian dia melempar benda itu ke dalam jurang. Marga Xu terkejut, dia mengira Kakak Wan sudah gila dan membentak, 'Apa yang kau lakukan?' Dia belari ke pinggir pagar untuk melihat alat cahaya berputar itu jatuh kemana tapi alat ini sudah terjatuh ke dalam jurang. Bayangannya juga tidak terlihat, suara jatuhnya pun tidak terdengar." "Tidak lama kemudian Kakak Wan pelan-pelan berkata:
'Kita sama-sama turun ke bawah, siapa yang mendapatkan alat itu terlebih dulu, dialah pemenangnya!' Perkataan Kakak Wan sangat singkat. Kami yang mendengarnya pun terkejut, marga Xu ikut terkejut. Tapi segera dia tertawa terbahak-bahak dan terus menerus berkata, 'Cara yang baik. Kali ini di antara kita pasti ada salah satu yang mati.' Tapi Kakak Wan menjawab dengan dingin, 'Mungkin kita tidak bisa kembali lagi ke sini.'"
Lu Nan-ren menarik nafas panjang. "Untuk apa?" teriak Ling-lin Sun-ming bercerita lagi:
"Kami juga sangat terkejut ketika mendengar kata-katanya. Apalagi kakak, dia terus menangis, kemudian marga Xu itu berkata, 'Tali ini benar-benar sangat panjang.' Kakak Wan berkata, 'Tali ini akan dibagi menjadi dua bagian. Kita turun ke bawah dengan tali ini.' Marga Xu melihat tali itu lalu berkata, 'Memang tali ini sangat panjang tapi apakah bisa terjulur sampai ke bawah?' Kakak Wan berkata, 'Aku juga tidak tahu, mungkin jarak tali dengan dasar jurang masih ada ratusan meter lagi.' Marga Xu tertawa terbahak-bahak, 'Kalau begitu, kita benar-benar tidak mungkin bisa kembali lagi ke sini.'"
Ling-lin pelan-pelan menarik nafas katanya:
"Aneh, mengapa mereka tidak takut mati?"
Usianya masih begitu muda, dia tidak tahu manusia terkadang demi suatu alasan, mereka menganggap kematian adalah hal biasa...alasan seperti itu layaknya seperti cinta yang dalam, dendam yang dalam, terkadang hanya demi kebenaran dan keadilan.
Mata Sun-ming berputar. Dia seperti menyalahkan putrinya ikut bicara tapi dia bercerita lagi:
"Suara tawa Marga Xu dan suara tangisan kakak membuatku bergetar. Tapi marga Xu sudah berkata, 'Jika kau mau pergi, kita pergi sekarang!' Kakak Wan menjawab, 'baik!'"
"Mereka bersama-sama melemparkan tali itu ke dalam jurang dan ujung tali diikat ke sebuah pohon. Kakak dan Hong-er terus memeluk Kakak Wan, mungkin sebenarnya Kakak Wan juga merasa sedih. Tapi dia berkata dingin, 'Untuk apa kalian menangis, belum tentu aku akan mati!' Dia mendorong kakak sampai terjatuh."
Lu Nan-ren turut memberi menasehat:
"Jurang ini sangat dalam tapi tali ini juga sangat panjang ditambah lagi ilmu silat mereka tinggi. Mungkin sekarang mereka masih hidup," dia memang berusaha menghibur tapi kata-katanya masuk akal juga.
Sun-ming menarik nafas panjang:
"Mungkin akan terjadi seperti itu tapi di antara mereka berdua ada permasalahan begitu dalam, dalam keadaan seperti ini mereka akan terus bertarung, berusaha membunuh lawannya, mana mungkin bisa selamat turun sampai ke dasar jurang?"
Lu Nan-ren menundukkan kepala.
Sun-ming melanjutkan:
"Dalam keadaan seperti itu tidak ada seorang pun yang bisa mencegah mereka. Marga Xu berjalan mendekati pagar, dia mundur lagi dan berkata, 'Tidak bisa, tidak bisa!' Dalam hati aku benar-benar senang. Aku kira dia tidak mau bertarung lagi dengan Kakak Wan, kakakku juga sambil menangis sambil terus memohon kepada-nya. Tapi dia berkata lagi, 'Kita sama-sama turun. Jika orang yang ada di atas memotong taliku, bukankah nyawaku yang akan melayang duluan?"
Lu Nan-ren berpikir, 'Hhhh...dua orang ini ilmu silatnya tinggi, otak pun berputar sangat cepat. Hhhh Tuhan sudah menciptakan Tie-mian-gu-xing-ke Wan Tian-pin, mengapa menciptakan lagi Tangan Terampil Xu-bai?"
Sun-ming berkata lagi: "Sesudah aku mendengar perkatan marga Xu, dengan cepat aku membenarkan perkataan-nya dan menyuruh mereka mencari cara lain. Memang aku sadar tidak mungkin bisa menasehati mereka, tapi aku berharap aku mengulur waktu siapa tahu mereka berubah pikiran. Tapi Kakak Wan dengan dingin berkata, "suruh mereka masuk ke dalam, mereka tidak akan tahu tali mana milikku dan tali mana milikmu." Tadinya aku ingin terus memberitahu mereka tapi aku melihat wajah kakakku tersenyum. Waktu itu aku berpikir setelah kami ke dalam kami akan segera keluar. Apakah kami tidak tahu tali mana milik Kakak Wan dan tali mana milik marga Xu."
"Tapi marga Xu tiba-tiba tertawa. Sambil tertawa dia berputar. Tiba-tiba aku merasa bagian bawah ketiakku kaku, ternyataku sudah ditotok, kakak, Hong-er, dan semua pelayan pun ditotok. Kakak Wan berdiri tidak bergerak. Waktu itu aku merasa heran melihat tangan marga Xu bergerak begitu cepat... "
Belum habis cerita Sun-ming, Lu Nan-ren sudah menarik nafas: , "Tetua Wan tidak bergerak, karena dia sudah menebak maksud Xu-bai." Sebenarnya Lu Nan-ren juga bisa menebak maksud Xu-bai.
0oo0
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
Fiction généraleDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...