Alis Lu Nan-ren berdiri, dia merasa sedih juga marah, kemudian dia menarik nafas panjang dan berkata dengan pelan:
"Anak bodoh, mana boleh berkata seperti itu, mana mungkin karena dia aku melakukan semua
ini, kau tahu kecuali lucu, polos, dan lembut "
Dia berkata dengan pelan, dia seperti melihat bayangan Xiao Nan-pin kemudian menarik nafas dan berkata lagi:
"Dan baik hati... untuk anak seperti kau, aku akan melakukan apa saja! Hal ini aku lakukan bukan untuk orang lain, tapi karena aku merasa hal seperti ini harus kulakukan, kalau aku merasa tidak perlu melakukannya, aku tidak akan melakukannya. Tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikanku. Anak bodoh, apakah kau mengerti? Ayo, mengangguklah, biarkan aku turun, kau diam di sini dan tunggu sampai aku kembali, aku pasti akan kembali, apakah kau percaya?"
Ling-lin terus mengangguk, tapi air mata-nya sudah membasahi bajunya.
Sun-ming, perempuan kuat ini pelan-pelan mendekati mereka. Walaupun matanya masih penuh dengan air mata dia tetap berkata:
"Yi-feng, kau... jaga dirimu baik-baik, dan berhati-hatilah.."
Yi-feng mengangguk, dia menaruh tali yang sudah digulungnya di pinggang, kemudian dia memutar-mutar tubuhnya, tangan, juga kaki, dia melakukan pemanasan. Tiba-tiba dia berkata:
"Panggil aku Nan-ren, namaku adalah Lu Nan-ren sekarang Yi-feng sudah tidak ada lagi di dunia ini "
Dengan cepat dia membalikkan tubuh, lalu meluncur mengikuti tali ke bawah, dia berusaha tidak melihat ke atas, tapi dia masih mendengar pesan untuk berhati-hati dan juga suara tangisan. Dia menertawakan dirinya sendiri, 'Benar-benar sifat seorang perempuan.'
Kemudian dengan tabah dia berkata pada dirinya sendiri, 'aku tidak akan mati, walaupun di bawah sangat berbahaya, asalkan bisa mengandalkan tali ini, aku tidak perlu merasa takut, aku akan naik lagi, waktu itu.. .mereka akan tertawa.'
Semakin lama
Suara tangisan dari atas semakin kecil, kemudian tidak terdengar suara apapun. Semakin
lama
Keadaan di bawah semakin berbahaya, dinding jurang banyak terdapat batu-batuan tajam, juga ada lumut hijau yang licin. Terkadang ada pohon entah dari mana bisa tumbuh keluar dari celah-celah batu. Tampak keadaan sangat berbahaya. Lu Nan-ren tidak berani melihat ke bawah. Dia bergerak perlahan ke bawah. Tiba-tiba... hatinya bergerak. Dia teringat sesuatu... ^1
Tapi...baru saja timbul pikiran ini, tiba-tiba tangannya terasa berat, dia kehilangan benda yang menjadi pegangannya, dia terjatuh ke jurang yang dalam dan tidak diketahui dasarnya.
Dia berteriak dan berpikir, 'mengapa tali ini bisa putus?" dia melihat di dinding jurang ada sebuah gua, dia menjulurkan tangan merangkak, tapi tubuhnya terus terjatuh ke bawah
Terjatuh ke bawah
... terjatuh ke bawah
Aneh! Mengapa tali ini bisa putus?
Dengan sedih Ling-lin bersandar ke pagar jurang, dia melihat bayangan Lu Nan-ren yang semakin mengecil, dia tidak kuasa menahan sedih dan masuk ke dalam pekikan ibunya lalu menangis lagi.
Sun-ming mengelus-elus punggung putrinya berusaha menghibur:
"Anak baik, jangan terus menangis, dia pasti akan kembali, bukankah tadi dia sudah berjanji?" Dia berusaha membuat wajah yang penuh dengan air mata itu tertawa. "Apakah kau tidak percaya padanya? Dia pasti akan selamat." "Apakah benar, dia akan selamat, Bu?" Sun-ming menahan tangisnya tersenyum:
"Dia akan kembali dengan selamat, juga membawa pamanmu...untuk apa kau terus menangis? Apakah kau sudah gila?"
Sewaktu Ling-lin sedang tenggelam dalam hiburan ibunya, tiba-tiba dia mendengar ibunya membentak, Ling-lin terpaku, kemudian...
Teriakan Lu Nan-ren terdengar sampai atas.
Ling-lin dengan terkejut melihat ibunya, ibunya berdiri dengan terpaku, wajahnya pucat, melihat di belakang...
Dia membentak, membalikkan kepala melihat, tampak wajah Wan-hong yang sedang tertawa dengan kejam, dia berdiri di sisi jurang. Tali yang diikat di pagar hanya tersisa satu meter lagi!
Ling-lin merasa terkejut, dia merasa semua berputar di sekelilingnya, setelah itu tidak tahu apa
yang terjadi
Wan-hong tertawa seperti orang gila.
"Aku ingin dia mati, supaya tidak ada seorang pun yang bisa mendapatkannya... Ha ha ha...semua tidak akan berhasil mendapatkannya!"
Tawanya gila, teriakannya seperti orang gila, sampai ibunya sendiri pun terkejut, matanya membelalak lebar, dengan bengong melihatnya, lalu dengan pelan berkata:
"Gila... sudah gila...."
Perlahan...tawa gila itu berubah menjadi tangisan juga teriakan. Dia menjulurkan tangan mencakar wajahnya sendiri. Tiba-tiba...
Ling-lin mendekat dan berteriak:
"Kau jahat, kau sadis, akan kubunuh kau, harus kubunuh dirimu "
Ling-lin juga seperti orang gila terus berteriak, seperti orang gila terus memukul tubuh dan kepala Wan-hong.
Hati Ling-lin sangat sakit dan kacau, dia lupa mengeluarkan kemampuan ilmu silat yang dikuasainya, malah mengeluarkan senjata yang paling kuno, yaitu dengan kuku dia mencakar tubuh dan kepala Wan-hong.
Sun-ming, perempuan kuat itu sekali lagi dengan pikiran yang kuat berhasil menenangkan putrinya.
Karena sekarang ini hanya dia yang dalam keadaan sadar, dia meloncat, memeluk kedua tangan putrinya dan berkata:
"Ling-er, sadarlah... Ling-er, sadarlah "
Wan-hong seperti orang gila naik ke atas atap, Ling-lin lari mengejar.
Ibunya dengan sekuat tenaga memeluknya, hati Ling-lin seperti terkena panah, setetes demi setetes keluar darah, dia berteriak:
"Kalian benar-benar jahat... demi kalian dia rela turun ke bawah... tapi kalian berhati jahat malah mencelakainya!" semakin lama suaranya semakin lemah, suara di sekelilingnya pun semakin kecil...termasuk teriakannya sendiri. Akhirnya suara apapun tidak terdengar, dia jatuh pingsan.
Kesedihan yang terlalu dalam dan berlangsung tiba-tiba, membuat gadis polos ini tidak kuat dan akhirnya pingsan.
Begitu dia sadar, matahari telah terbenam, perlahan dia membuka matanya, sinar matahari terbenam menyinari wajahnya, angin menghembus rerumputan. Dia berada di atas sebuah batu hijau yang ada di hutan.
"Mengapa aku bisa berada di sini?"
Pikirannya masih kosong, dia tidak tahu bagaimana dia dan ibunya bisa meninggalkan loteng itu, dengan teliti dan hati-hati dia membawa melewati jurang yang dalam, melewati hutan yang lebat dan sampai di sini.
Waktu itu dia tidak ingat apa yang telah terjadi.
Waktu itu dia belum pingsan.
Tapi itu hanya sebentar, semua hal yang terjadi seperti gelombang besar menerpa hatinya. Dia merintih dengan sedih, berusaha berdiri. Sepasang tangan lembut memeluknya, dia baru sadar ternyata dia berbaring dalam pelukan ibunya!
Karena itu dalam pelukan hangat ibunya dia menangis lagi:
"Ibu, mereka mencelakainya, mencelakainya... aku harus balas dendam, demi dia aku harus balas dendam!"
Dia menangis, berteriak, dan merasalelah. Sun-ming yang sedih dan lelah tidak bicara apa-apa. Dia hanya diam sambil terus memeluk putrinya. Di saat seperti sekarangini apa yang harus dia katakan?
Lu Nan-ren, pemuda yang disukainya, kalau dia mati, dia juga akan sedih. Dia ingat pemuda itu, demi dia dan putrinya, sampai terluka parah. Dengan khawatir dia mengurusnya. Bisa dikatakan dia lebih mengkhawatirkan pemuda itu dibandingkan putrinya sendiri.
Belakangan nasib pemuda itu sangat beruntung, dia bertemu dengan orang aneh, lukanya sembuh, malah mendapatkan rejeki dari orang aneh itu.
Tapi sekarang dia telah mati, demi adiknya, Sun-ming merasa sedih, tapi dia berusaha menghibur putrinya, sebenarnya hatinya juga sakit seperti diperas.
Dia bertanya-tanya pada langit, 'Mengapa begitu kejam terhadap pemuda pemberani, baik, berpandangan lurus, dan senang menolong ini?'
Tapi sinar matahari terbenam tetap terang seperti biasanya, Tuhan tidak berkata apa-apa,
hanya tangisan putrinya dan desiran angin berhembus yang terdengar. Bumi seakan ditutup
oleh kegelapan malam! Orang itu akan beristirahat selamanya dalam kegelapan. Diam-diam dia
berpikir, 'Lu Nan-ren, selamanya kau akan hidup di dalam hatiku, tidak hanya di dalam hatiku tapi
di hati banyak orang, apakah benar menurut pendapatmu? Kalau benar, aku akan
membisikkan dengan pelan kepadamu "
0-0-0
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
Ficção GeralDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...