Kamar tetap sepi dan sunyi seperti mati...
Tidak ada yang bersuara untuk menghibur Tuan Jian yang sedang bersedih, lebih-lebih tidak ada yang memaksa Tuan Jian untuk mengatakan di mana tempat penyim-panan kitab rahasia dan obat penawarnya.
Tiba-tiba orang yang ada di atas tempat tidur bergerak-gerak, terdengar suara lemah yang berkata:
"Aku ingin memberikan pendapat... "
Semua orang disana terkejut dan melihat ke arah tempat tidur, Sun-ming segera berlari ke arah sana, pemuda yang menolongnya sedang berusaha bangun untuk duduk.
Tapi lukanya baru saja sembuh, walaupun sudah minum obat dan nadi-nadinya telah dilancarkan aliran darahnya, tapi tubuhnya yang telah terkena jurus Yin-du-zhang, tidak bisa dalam waktu singkat sembuh total.
Karena itu dia melepaskan keinginannya untuk duduk, dan tetap terbaring di tempat tidur.
San-xin-shen-jun segera berpikir sebentar lalu bertanya:
"Apa yang ingin kau ungkapkan?"
Yi-feng ingin menyahut tapi dia masih lemas, pikiran San-xin-shen-jun terus berputar-putar: "Dia terluka berat dan baru saja sembuh, kalau terlalu banyak bicara, nanti malah akan merepotkanku lagi, melihatnya keinginan untuk berbicara, pasti ada hubungannya dengan
masalah yang sedang kami bicarakan, apakah " karena itu dia segera berjalan mendekati tempat
tidur dan bertanya:
"Apa yang ingin kau sampaikan? Katakan-lah sekarang, kami siap mendengarnya." Sun-ming merasa aneh:
"Dia belum sembuh total mengapa San-xin-shen-jun malah membiarkannya bicara?" Tapi Sun-ming tidak mengatakan kalau dia tidak setuju, dia juga berpikir San-xin-shen-jun pasti mempunyai maksud tertentu.
Miao-ling pelan-pelan berjalan mendekati tempat tidur.
Ternyata Yi-feng tadi belum tertidur pulas, sejak tadi semua perkataan orang-orang di sana didengarnya dengan jelas. Dalam hatinya tiba-tiba muncul suatu pengharapan, membuatnya mengeluarkan suara untuk menyampaikan pendapatnya.
Sewaktu dia mendengar cerita ini, dia tidak melihat wajah orang yang bicara adalah dewa pedang yang terhormat, dan semenjak 10 tahun lalu telah terkenal di dunia persilatan, dengan suara lemah dia pun berkata:
"Tadi aku mendengar cerita Tetua, aku pun benar-benar merasa sedih, dan hal ini sangat tidak berperikemanusiaan, tapi tetua itu mengatakan, di dunia ini tidak ada orang yang nasibnya lebih tragis darinya', aku tidak berpendapat seperti itu."
Kata-katanya baru keluar, semua orang di sana terkejut mendengarnya, Tuan Jian mengangkat kepalanya untuk melihat Yi-feng.
Yi-feng berkata lagi:
"Kesedihan itu ada berbagai macam, ada yang merasa sedih sangat dalam ada yang tidak, tapi dua jenis kesedihan ini tidak sama. Aku kira aku sendiri pun tidak bisa membandingkannya, apalagi kalau bukan kita sendiri yang mengalami kesedihan itu, siapa pun tidak akan bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh masing-masing orang."
"Tetua terhormat itu hidupnya memang sangat tersiksa dan juga menyedihkan, tapi kalau mengatakan tidak ada yang hidupnya lebih tersiksa darinya, aku kira itu belum tentu."
"Tetua itu berkelana sekian lama untuk mencari orang yang nasibnya sama seperti dirinya, dan beliau melihat tidak ada yang hidupnya lebih menyedihkan darinya, karena tetua itu sendiri tidak pernah mencoba merasakan kesedihan orang lain, mana mungkin beliau bisa merasakan kesedihan orang lain bukan?"
Suara Yi-feng terdengar lemah, tapi setiap perkataannya mengandung makna yang dalam. San-xin-shen-jun mengangguk, Sun-ming mendengar perkataan Yi-feng dengan teliti.
Apalagi dengan Tuan Jian, dia hanya diam sambil terus mendengarkan. Sejak dulu belum pernah ada orang yang mengatakan tentang hal seperti ini juga tidak ada orang yang membahas tentang kesedihan dengan begitu mendalam. Yi-feng melanjutkan kembali: "Misalkan ada seseorang, dia mempunyai istri dan anak yang hidup terpisah darinya, mereka dihina oleh orang-orang jahat, mungkin di depan orang itu, orang-orang jahat ini menghina dan memperkosa istrinya. Disebut kesedihan apakah ini? Dia tidak bernasib seperti tetua terhormat itu, beliau mempunyai ilmu silat tinggi, dan orang ini hanya bisa menyimpan kesedihannya di dalam hati, apakah nasibnya lebih mujur dari tetua ini?"
Tuan Jian mendengarkan semua perkataan Yi-feng dan mencoba menganalisa-nya. Dari sorot matanya memancar cahaya yang membuat siapa pun tidak mengerti maksudnya, seperti setuju juga seperti ingin membantah.
Yi-feng berkata kembali:
"Seperti aku, istriku digaet oleh ketua Tian-zheng-jiao, istriku mengkhianatiku dan pergi dengan laki-laki itu, keluargaku yang hangat dihancurkan oleh Tian-zheng-jiao. Aku merasa sangat sedih, tapi bagaimana aku bisa melawan kekuatan Tian-zheng-jiao yang begitu hebat di dunia persilatan?"
Alis San-xin-shen-jun tampak berkerut, Yi-feng bercerita lagi: "Masih ada lagi, ketua Tian-zheng-jiao harus melihatku mati dia baru akan berhenti mengejarku, untuk menghindari pengejaran Tian-zheng-jiao dengan terpaksa aku harus berpura-pura mati, aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi sekarang. Sampai keinginan untuk membalas dendam pun sudah tidak ada harapan lagi. Menurut Tetua, jenis kesedihan seperti apakah yang aku alami ini?"
Suaranya yang lemah sarat dengan kesedihan dan juga mengandung kemarahan. Tidak disangka oleh Sun-ming, pemuda ini pun ternyata mengalami kesedihan yang begitu dalam. Miao-ling mendekat dan bertanya:
"Apakah Tuan adalah 'Tie-ji-wen-hou' Pendekar Lu?"
Dengan suara lemah Yi-feng menjawab: "Benar, aku adalah Lu Nan-ren, tapi Lu Nan-ren sudah mati...kecuali kalau dia bisa membalas dendam dan membersihkan nama baik akibat istrinya telah direbut oleh laki-laki lain." San-xin-shen-jun mulai marah: "Apa Tian-zheng-jiao? Mengapa mereka berani menghina orang lain?"
Sun-ming tiba-tiba memikirkan sesuatu dan berkata:
Tian-zheng-jiao dan Tian-du-jiao, apakah kedua perkumpulan ini ada hubungannya?"
Sejak tadi Tuan Jian hanya menundukkan kepalanya sedang berpikir, sekarang tiba-tiba saja dia berdiri. Dia memutari kamar itu dua kali, seperti sedang memutuskan sebuah hal penting.
Di luar jendela terdengar suara hujan menerpa jendela, sepertinya Tuhan juga telah mendengar hal yang begitu menyedihkan, dan sekarang Dia meneteskan air matanya.
Biksu Miao-ling melihat ke arah jendela dan berkata:
"Malam ini akan ada beberapa orang yang meninggal lagi."
Tuan Jian tiba-tiba memutar tubuhnya dan berjalan ke depan Yi-feng, dengan serius dia berkata: "Sekarang dengan tenaga dalamku aku akan membantumu melancarkan dua nadi hidup matimu, tapi kalau aku sudah mengeluarkan tenaga dalam sulit untuk menghentikannya, kalau tidak berhati-hati mungkin bisa melukai organ dalammu, bahkan mungkin juga kau bisa mati. Tapi
kalau kedua nadi itu berhasil dilancarkan alirannya, lukamu akan segera sembuh, ilmu silatmu akan bertambah beberapa kali lipat, kau bisa membalas dendam kepada musuhmu. Apakah kau siap dengan taruhan nyawa demi mendapatkan semua ini?" Yi-feng tertawa dengan sedih: "Aku adalah orang yang sudah mati, aku sudah tidak peduli dengan keselamatan nyawaku, jangankan hal ini mengandung resiko berhasil atau gagal, asalkan aku bisa membalas dendam, apa pun akan kulakukan. Tetua tidak perlu bertanya lagi, Anda boleh mencobanya, kalau berhasil aku akan membalas budi Tetua yang begitu dalam kepadaku, kalau gagal aku akan mati dengan tenang, aku tidak akan menyalahkan Tetua." Tuan Jian menarik nafas panjang:
"Kelihatannya di dunia ini masih banyak orang demi membalas dendam sudah tidak peduli lagi pada hidup dan matinya."
Dia membalikkan badan dan berkata pada Biksu Miao-ling:
"Tempat penyimpanan obat penawarnya ada di Gunung Wu-liang, kalau nadi orang ini telah dilancarkan, dia akan sembuh, besok dia bisa pergi ke Wu-liang-shan. Tapi dalam waktu 3-5 hari belum tentu bisa dengan cepat kembali. Apakah tempat penyimpanan obat penawarnya adalah tempat berbahaya atau tidak, aku pun tidak tahu. Dan aku pun tidak tahu apakah orang ini sanggup membantu kita mencapai tujuanmu?"
Dari kata-kata Tuan Jian, dia ingin mengatakan di mana tempat rahasia penyimpanan benda berharga itu.
Sun-ming benar-benar senang melihat pemuda itu bisa mendapatkan kesempatan langka, apalagi Yi-feng sendiri masih antara percaya dan tidak percaya kalau dia bisa mendapatkan nasib begitu baik. Kedua matanya tampak berkaca-kaca, tapi itu bukan air mata kesedihan.
Biksu Miao-ling berlutut di depan Tuan Jian:
"Aku tidak berguna, membuat Zhong-nan-pai menjadi seperti ini, kalau Paman Guru sudah mengambil keputusan ini, aku benar-benar berterima kasih pada Paman Guru, apakah ini akan berhasil atau gagal, semua menjadi rahasia Tuhan, aku hanya...."
"Racun 'Chu-gu-sheng-shui' tidak bisa kutawarkan, tapi ilmuku yang bernama 'Hu-xin-shen-fang" (resep sakti melindungi jantung) paling sedikit bisa memperpanjang nyawa mereka selama beberapa hari, kita berdoa saja berharap Tuhan akan melindungi kita, dan semuanya bisa berjalan dengan lancar."
Orang aneh seperti San-xin-shen-jun sekarang pun bisa percaya pada kehendak Tuhan.
Tubuh Tuan Jian melayang, dia duduk di atas tempat tidur di dekat Yi-feng:
"Sekarang aku akan melancarkan kedua nadi hidup matinya, hanya saja cara ini terlalu berbahaya, lebih baik kalian keluar dulu dari kamar ini supaya aku bisa memusatkan pikiran dengan penuh, kalau tidak aku takut akan terjadi bencana besar."
Diam-diam Sun-ming mendekati Ling-lin, tiba-tiba mata Ling-lin terbuka, dan memanggil: "Ibu!" ternyata dia sudah sadar. Sun-ming benar-benar senang. Diam-diam Biksu Miao-ling melambaikan tangan memberi tanda supaya mereka mengikuti ke kamar lain. San-xin-shen-jun menutup pintu dia pun ikut pergi dari sana.
Lampu di kamar lebih diterangkan, Ling-lin di baringkan di atas tempat tidur, Sun-ming mengelus kepalanya, tapi dalam hati dia masih merasa tegang. Dia takut kalau tenaga dalam Tuan Jian terlalu banyak dikeluarkan, Lu Nan-ren akan... dia memejamkan matanya. Tidak berani berpikir lebih jauh lagi.
Tapi dia pun tahu, nasib baik ini bisa dikatakan jarang bisa diperoleh siapa pun, karena orang yang mempunyai tenaga dalam 'Xian-tian-zi-qi' seperti Tuan Jian sudah jarang ada di dunia persilatan ini. Apalagi Tuan Jian mengorbankan sebagian tenaga dalamnya untuk melancarkan dua nadi orang lain. Menurut San-xin-shen-jun, selama hidupnya belum pernah ada yang bisa melakukan hal seperti ini.
"Anak muda seperti Lu Nan-ren benar-benar bernasib baik, jalan darah 'Du' dan 'Ren' (hok: Jin dan Tok) ku, sewaktu aku berusia 50 tahun baru bisa lancar, kali ini kalau dia beruntung dia tidak akan mati. Dan di dunia persilatan akan bertambah lagi seorang pesilat tangguh. Bisa dikatakan karena bencana malah mendapatkan rejeki."
Satu jam demi satu jam berlalu, hari semakin terang, hujan pun sudah berhenti. Di luar hanya terdengar suara air yang menetes dari atap, kamar tertutup rapat, tidak terdengar ada suara apa pun dari dalam sana.
Yang paling merasa cemas adalah Biksu Miao-ling, karena Lu Nan-ren Yi-feng, hidup dan matinya menyangkut keselamatan nyawa ratusan murid Zhong-nan-pai.
Sun-ming dan San-xin-shen-jun pun merasa cemas, satu jam telah berlalu lagi, hari sudah terang, lampu di kamar padam karena minyak lampu telah habis. Dari kamar Tuan Jian dan Yi-feng tetap tidak terdengar ada suara.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, wajah Tuan Jian tampak berseri-seri, lalu dia pun dengan pelan berjalan keluar dari kamar itu.
0-0-0
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
General FictionDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...