94. Masa Silam dan Mewariskan Ilmu Andalan

1.2K 30 0
                                    

Sesudah dua bulan berlalu, pepohonan dan rumput-rumput mulai mengeluarkan tunas. Sekarang memasuki musim semi yang indah.
Selama dua bulan ini Ruan-wei belajar banyak cara melempar senjata rahasia juga tenaga dalam dan tidak ketinggalan belajar mengubah wajah. Hanya saja dia kurang praktek.
Hari ini Ruan-wei merasa tubuhnya sudah sehat dan dia ingin turun dari tempat tidur untuk melemaskan tubuhnya yang kaku. Begitu dia menggunakan tenaga dalamnya, bisa dikatakan tubuhnya benar-benar sudah sehat.
Dengan senang dia berjalan-jalan ke taman bunga. Taman bunga sangat luas, bermacam-macam aroma wangi bunga membuat orang merasa segar. Ruan-wei menggunakan ilmu meringankan tubuh yang diajarkan Kakek Xiao. Tubuh Ruan-wei seperti bola melambung ke atas dan ke bawah, kadang-kadang seperti burung kenari terbang di langit.
Ruan-wei semakin tertarik, tubuhnya ditekuk dan meloncat. Dia seperti sebuah panah melesat ke semak-semak. Ini adalah ilmu meringankan tubuh yang bernama 'Li-guang-shi-jian'. Ilmu ini bisa dikatakan sangat jarang dikuasai orang.
Ketika tubuhnya melejit ke arah semak-semak, dia teringat satu cara melempar senjata rahasia, maka dia segera menepuk kedua tangannya. Puluhan bunga bergerak ke pinggir, seperti ada seorang dewi yang sedang menabur bunga. Dengan cara indah dia mendarat.
Walaupun ini pertama kalinya berlatih, tapi terlihat caranya sangat jitu. Yang harus diketahui, bila di tengah-tengah udara siapa pun tidak dapat bergerak bebas dan sulit mencapai sasaran, jarang ada orang yang bisa menggunakan senjata rahasia di tengah-tengah udara. Tapi jurus ini diciptakan oleh Xiao San-ye, dan jurus ini adalah jurus senjata rahasia seperti hujan, tidak mementingkan sasaran. Tapi cara aneh ini asal digunakan, memenuhi langit dengan menggunakan senjata rahasia pasti akan mengenai musuh.
Ruan-wei baru sembuh, tubuhnya masih lemas keringat terus menetes. Tiba-tiba di belakang ada yang berkata:
"Apakah kau sudah merasa sehat?"
Begitu membalikkan tubuh, Xiao San-ye sudah berdiri di belakang sekitar satu meter dari Ruan-wei. Ruan-wei berpikir, 'Jika dia musuh, dan dari belakang memukulku, aku tidak akan tahu. Sungguh memalukan, benar-benar memalukan.' Dia berkata:
"...sudah baik... sudah membaik "
Punggung Xiao San-ye yang bungguk agak ditegakkan. Dengan bersemangat dia berkata:
"Dalam waktu dua bulan aku mengajar ilmu silat, bagaimana hasilnya?"
Xiao San-ye tidak pernah mengatakan akan mengajarkan ilmu silat tapi Ruan-wei bukan orang bodoh. Dari kata-kata Kakek Xiao, dia tahu kalau Kakek Xiao bermaksud mengajarkan ilmu silat. Dan dia sudah menganggap Kakek Xiao adalah gurunya.
Maka dengan penuh hormat dia menjawab:
"Aku merasa ilmu meringankan tubuh dan senjata rahasia Kakek Xiao adalah ilmu terbaik di dunia ini."
Kata-katanya tadi tidak bermaksud menjilat, melainkan setelah dipraktekkan baru diketahui ilmu kakek Xiao benar-benar bagus dan dia mengatakan dengan hati tulus.
"Apakah kau bisa mempraktekkan ilmu silat yang hanya kuajarkan dengan cara bercerita?"
"Aku kira... mungkin ini tidak masalah...." Ruan-wei berkata dengan sedikit ragu.
Xiao San-ye masih mengenakan baju kasir. Dia menyelipkan baju itu ke tali pinggang dan berkata:
"Sebisa-bisanya kau memperagakan ilmu meringankan tubuh yang sudah kau mengerti, aku akan berdiri di sini, aku tidak akan bergeser, kau harus bisa meraba benda yang ada di tubuhku. Kau baru akan merasa tidak malu kalau aku telah menolongmu?"
Tubuh Xiao San-ye kecil, kurus, dan kering, dilihat dari sudut manapun tidak terlihat kalau dia adalah orang yang mempunyai ilmu silat tinggi.
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Jika kau berlari, tidak mungkin aku bisa mengejarnya. Tapi jika diam tidak bergerak, masa aku tidak bisa meraba benda di tubuhmu? Aku benar-benar tidak percaya.'
Ruan-wei bukan orang yang senang memuji diri sendiri, tapi begitu mendengar kata-kata Xiao San-ye tadi, dia benar-benar tidak berani bertin-dak ceroboh. Dia benar-benar takut tidak sanggup meraba benda itu jika begitu dia pasti akan merasa malu. Dan Kakek Xiao pasti akan marah karena dia melupakan ilmu yang telah diajarkan olehnya.
Karena itu gerakan tubuh Ruan-wei berubah. Dengan teliti dia memakai jurus-jurus yang selama dua bulan ini dipelajarinya dari kakek Xiao dan setiap jurus menyerang ke arah tubuhnya Benar saja posisi berdiri Kakek Xiao tidak bergeser sedikit pun. Begitu Ruan-wei meraba tubuhnya, dia meloncat. Bila datang dari kiri, dia akan meloncat ke kanan begitu sebaliknya. Berkali-kali dia menggunakan jurus tapi tetap tidak sanggup memegang baju Kakek Xiao dan posisi berdirinya tidak bergeser. Karena begitu dia meloncat, saat turun, posisi berdirinya masih berada di tempat tadi.
Posisi Ruan-wei semakin terjepit, terpaksa dia mengeluarkan jurus-jurus yang paling dikuasainya yaitu 'An-ying-fu-xiang'. Xiao San-ye meloncat ke atas lagi. Dia segera menambah satu jurus lagi. Dua jurus hanya berlangsung sebentar. Dalam hati dia berpikir, 'Kakek Xiao pasti tidak akan bisa lolos lagi.'
Tapi Xiao San-ye berputar di udara, tetap turun dengan miring di tempat semula. Ruan-wei tetap tidak berhasil mendapatkan apa pun.
Kegagalan Ruan-wei kali ini membuatnya patah semangat dia menghapus keringat di dahinya.
Dengan terengah-engah dia berkata: "Aku merasa malu! Merasa malu " Dia tidak tahu kalau
ilmu meringankan tubuh Xiao San-ye adalah ilmu meringankan tubuh terhebat di dunia persilatan, yang bernama 'Bai-bian-gui-ying' (bayangan setan berubah beratus-ratus). Jangankan satu Ruan-wei, sepuluh Ruan-wei pun tetap tidak akan bisa memegangnya.
Xiao San-ye tidak melihat Ruan-wei, pelan-pelan dia menggunakan jurus Bai-bian-gui-ying dan menyebutkan cara-caranya. Setengah jam kemudian dia pun pergi. Sebelum pergi dengan dingin dia berkata:
"Jika kau merasa malu, cobalah berlatih sungguh-sungguh, setelah itu baru kau beritahu kepadaku."
Ruan-wei tinggal di rumah itu dengan tenang. Jika tiba waktunya, pelayan penginapan akan mengantarkan makanan. Kecuali berlatih ilmu 'Bai-bian-gui-ying' dan bermacam-macam jenis senjata rahasia, yang lainnya tidak dipikirkan oleh Ruan-wei.
Satu bulan berlalu, Ruan-wei sudah sangat sehat. Apa yang sudah diajarkan oleh Xiao San-ye, dilatihnya hingga lancar.
Dalam waktu satu bulan ini Xiao San-ye tidak datang mengganggunya. Suatu hari dia seperti tahu kalau Ruan-wei telah menguasai ilmu yang diajarkan, maka dia datang lagi ke taman bunga ini.
Menjelang sore, ketika Ruan-wei baru selesai berlatih ilmu silat. Xiao San-ye bertanya: "Apakah kau sudah mencobanya?"
Ruan-wei menggelengkan kepala: "Kakek Ye, aku seperti katakdalam tempurung. Aku tidak
tahu di luar langit masih sangat luas. Satu bulan berlatih 'Bai-bian-gui-ying' aku merasa ilmu silat
ini sangat dalam dan luas tiada batasnya. Di luar manusia ada manusia, di luar langit masih ada
langit. Aku tidak berani mencoba "
Kata-katanya keluar dari lubuk hatinya, sesudah mendengar kata-katanya, Xiao San-ye tidak mengatakan apa-apa.
Ruan-wei takut Kakek Xiao akan salah paham kepadanya, dia berkata lagi:
"Ada satu hal penting yang harus kuselesai-kan, aku... aku... ingin pamit."
Xiao San-ye menarik nafas panjang, berkata:
"Aku tidak akan memaksamu, kau adalah orang baik, kau ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah ini berarti masalah ini sangat penting. Marii, kita mengobrol di kamar."
Ketika Xiao San-ye masuk ke rumah, pelayan membawakan lampu dan Xiao San-ye berpesan untuk menyiapkan teh. Pelayan dengan sikap hormat mengantarkan teh, setelah itu dia pamit dan meninggalkan cucu dan kakek ini.
Sesudah minum Xiao San-ye berkata: "Kau ingin pergi, aku tidak akan memaksa mu tinggal. Sekarang aku ingin mengatakan sebuah rahasia kepadamu. Hal ini sudah ku simpan selama 18 tahun, jika hari ini bisa terungkap, hatiku tidak akan tertekan lagi. Aku minta, jika aku sedang
bercerita, jangan banyak bertanya " Ruan-wei mengangguk. Xiao San-ye menarik nafas panjang.
"18 tahun yang lalu, di dunia persilatan terkenal dengan empat orang si cantik, salah satunya
adalah putriku "
Ruan-wei bergetar, karena ketika masih kecil dia pernah mendengar Ruan Da-cheng menceritakan tentang empat orang si cantik dari dunia persilatan. Dan mengatakan jangan melihat keadaan ibunya seperti sekarang, dulu dia adalah salah satu dari empat orang si cantik, yang bernama Xiao-xiang-fei-zi.
"Ibu bermarga Xiao, Kakek Xiao bermarga Xiao, ada hubungan apa antara ibu dengan Kakek
Xiao?"
Di ingin bertanya tapi dia teringat Kakek Xiao berpesan dia tidak boleh banyak bertanya,
terpaksa dia diam
"Kau pasti merasa aneh orang jelek seperti diriku mengapa bisa mempunyai seorang putri
cantik sampai dijuluki si cantik dari dunia persilatan, Ha ha ha., .aku memang jelek, kurus, dan
kecil tapi aku mempunyai seorang istri yang cantik dan anggun. Kau bisa tahu kalau aku benar-
benar menyayangi istriku dan sama sekali tidak ada kepura-puraan "
Wajah Xiao San-ye terlihat memancarkan cahaya bahagia. Suaranya seperti jatuh ke alam mimpi:
"Aku tahu kalau aku sangat jelek tapi aku juga tahu kalau istriku sungguh mencintaiku, kami benar-benar saling mencintai. Setiap hari berkumpul, semenit pun tidak ingin berpisah."
Xiao San-ye sudah berusia 70 tahun lebih, setiap dia bercerita tentang cintanya yang begitu dalam, Ruan-wei tidak merasa ingin tertawa tapi malah terharu oleh perasaan Kakek Xiao yang tulus. Air mata mulai membasahi wajah Ruan-wei.
"Kesukaanku adalah menikmati keindahan pemandangan gunung dan sungai. Aku tidak mau berpisah dengan istriku maka bila ada tempat yang bagus, aku selalu mengajak istriku. Waktu itu putriku sudah berusia 20 tahun, tidak perlu diurus lagi. Apalagi dia cantik, namanya lebih terkenal
dibandingkan aku. Kami berdua tidak mempunyai kekhawatiran apa-apa, dan kami pergi
melancong menikmati keindahan alam "
"Suatu hari aku tidak sengaja membaca sebuah puisi. Puisi itu menceritakan tentang keindahan
alam yang begitu menakjubkan "
"Maka hari kedua aku membawa istriku yang ingin melihat pegunungan yang indah dari
Propinsi Gui-zhou sampai ke Guang-xi, Gui-lin. Sesampainya di kota Liu-zai, kami melihat banyak
gunung aneh dan juga bebatuan aneh. Begitu sampai di He-chi, gunung yang ada di sisi jalan
berbentuk seperti bawang daun yang kami tanam, begitu lurus, ada juga seperti berbentuk
seperti bendera yang dikibarkan atau dua binatang yang sedang bertarung. Ada juga seperti
burung sedang bertengker di atas pohon, benar-benar membuat siapa pun yang melihatnya
menjadi kagum. Seumur hidup baru pertama kali aku melihat pemandangan yang begitu aneh "
Dalam hati Ruan-wei mulai muncul rasa ingin tahu. Melihat Kakek Xiao bercerita begitu mendetil, dia pun tertarik.
Xiao San-ye lebih teliti lagi menceritakan kisahnya:
"Ketika kami tiba di Jun-cheng-jiang, di sekeliling sana adalah gunung dan jurang. Apalagi Gunung Qing-lian benar-benar indah. Orang yang melancong di Gunung Qing-lian seperti berjalan-jalan di atas bunga teratai. Aku benar-benar tidak menyangka di dunia ini ada pemandangan yang begitu indah, apalagi ditemani oleh istri tercinta, benar-benar tidak bisa dilupakan seumur hidup "
Xiao San-ye bercerita dengan seru, Ruan-wei mendengarnya sampai terkagum-kagum. Dia benar-benar ingin segera pergi ke sana untuk menikmati keindahan pemandangan yang sebenarnya. Xiao San-ye sedang bersedih meng-enang semua ini tapi demi Ruan-wei supaya bisa mengetahui keberadaan pemandangan di sana maka dia pun menahan kesedihannya dan terus bercerita.

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang