101. Melanggar Aturan Mengajar Ilmu Telapak

1.4K 28 0
                                    

Obat bius Mi-hun adalah obat terkuat di Tian-mei jiao, sangat terkenal di dunia persilatan, beberapa kali lipat lebih hebat dibandingkan obat bius biasa.
Tapi karena Ruan-wei menguasai ilmu yoga yang sakti, sekalipun Mi-hun begitu lihai tapi sesudah mengatur nafas untuk membuang pengaruh obat tersebut, perasaan lemas dan lesu segera menghilang.
Dia berdiri, meninggalkan tempat tidur dan keluar dari kamar, Terlihat kamar menyatu dan terus menyambung, Teriakan Wen-yi berasal dari kamar terakhir.
Ketika Wen-yi sadar, dia merasa lemas dan tidak bertenaga, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Tiba-tiba tercium olehnya wewangian, masuklah empat perempuan berpakaian tipis. Sambil tertawa mereka mulai membuka baju Wen-yi.
Wen-yi masih perawan, tidak mungkin dia mengijinkan orang lain membuka pakaiannya, tapi dia belum pernah mempelajari ilmu yoga, obat Mi-hun membuat dia kehilangan tenaga dan kepandaiannya untuk melawan, dia hanya bisa berteriak meminta tolong.
Keempat perempuan itu tahu kalau dia tidak bisa bergerak. Walaupun Wen-yi berteriak, mereka tetap memaksa untuk membuka pakaiannya. Pakaian pendek telah dibuka, terakhir celana dan baju dalam perempuan.
Kempat perempuan itu melihat Wen-yi mengenakan baju dalam perempuan, mereka terkejut. Waktu itu terdengar suara yang membentak keras: "Hentikan!"
Mata Ruan-wei mengeluarkan cahaya yang membuat orang takut. Dia membentak: "Kalian
keluar!"

Begitu keempat perempuan itu melihat ada orang yang datang, dan orang itu adalah Ruan-wei, 8 mata terus melihat Ruan-wei. Wajah mereka terlihat bingung. Seorang perempuan dengan perawakan tinggi tertawa: "Anak muda, kau menyuruh kami keluar untuk apa?"
"Apa yang kalian melakukan pada adikku?" jawab Ruan-wei dengan marah
Perempuan itu menunjuk ranjang yang empuk dan berkata:
"Adik laki-lakimu sedang tertidur di sana!"
"Adik, apa yang kau rasakan?" tanya Ruan-wei cemas
Tirai berlapis-lapis, tapi tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba terdengar ada yang sedang menangis. Ruan-wei mengira Wen-yi telah diperkosa, dalam keterkejutannya, kedua telapaknya sudah menyerang. Empat perempuan itu tahu kalau mereka tidak akan bisa mengalahkan Ruan-wei, maka mereka dengan cepat menyingkir ke pinggir. Ruan-wei ingin segera mengetahui apa yang terjadi dengan Wen-yi, maka dia cepat-cepat masuk. Terdengar perempuan tinggi itu sambil tertawa berkata:
"Jika kau tergesa-gesa masuk, adik laki-lakimu akan menangis lebih sedih lagi!"
Ruan-wei benar-benar marah: "Kalian sudah melakukan apa kepadanya?"
Tiba-tiba terdengar suara Wen-yi yang lemah: "Kakak, beri tamparan kepada mereka!"
Ruan-wei bergerak, empat kali suara PAK terdengar jelas. Empat perempuan itu masing-masing terkena sebuah pukulan ringan dari Ruan-wei. dia tidak ingin memukul mereka dengan keras tapi itu sudah membuat sebagian wajah mereka menjadi merah.

Empat perempuan ini pernah mengikuti Dewi Wan-miao ke kampung Rui, mereka pernah merasakan pukulan dari ilmu keluarga Rui, dari 18 orang yang ada hanya tersisa 5 orang. Sekarang melihat Ruan-wei mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, mereka mengira Ruan-wei orang bermarga Rui, maka mereka tidak berani membalas, hanya dengan ketakutan mereka keluar dari kamar. Pelan-pelan Ruan-wei mendekati tempat tidur, sambil bertanya:
"Apakah kau baik-baik saja?"
Dengan cemas Wen-yi berkata:
"Jangan kemari...." kata Wen-yi cemas
Ruan-wei berhenti melangkah, melihat tirai tipis yang berlapis-lapis dia bertanya: "Apakah kau bisa berdiri?" "Aku tidak bisa bergerak."
"Kalau aku tidak ke sana, bagaimana aku bisa membawamu meninggalkan tempat ini?" Setelah lama Wen-yi baru berkata sambil: "Baiklah, kakak, kemarilah!"
Ruan-wei membuka tirai berlapis-lapis itu, dia segera melihat tubuh putih mulus setengah telanjang yang sedang berbaring di atas ranjang. Walaupun belum sampai telanjang bulat tapi karena Ruan-wei sudah tahu dia adalah perempuan, maka Wen-yi menangis lebih keras lagi karena malu.
Dengan terkejut Ruan-wei berkata: "Adik Yi... Adik Yi... Adik Yi "
Wen-yi masih terus menangis, Ruan-wei menenangkan dirinya dan bertanya: "Di mana lukamu?"
"Aku... aku... tubuhku lemas " Wen-yi memberi tahu Ruan-wei sambil menangis.
"Sudahlah, jangan bersedih lagi, nanti kakak akan membalas penghinaan ini!"
Wen-yi berhenti menangis, dengan malu-malu dia memohon:
"Cepat bantu aku mengenakan pakaian!" Dengan tangan gemetar dan jantung yang berdebar-debar, tangan Ruan-wei yang gemetar mengenai tubuh Wen-yi yang putih dan mulus. Walaupun sudah bersusah payah tapi tetap tidak bisa memasukkan baju ke tubuh Wen-yi.
"Ka... kak.. kenapa " tanya Wen-yi malu Karena ditanya Wen-yi, hati Ruan-wei lebih kacau
lagi. Dada Wen-yi yang montok terbungkus kain sutra berwarna merah muda. Kain ini dengan kencang membungkus dadanya yang montok.
Ruan-wei terpaku. Dalam hati ber-pikir, 'Ternyata Adik Yi benar-benar seorang perempuan.'
Wen-yi yang dilihat terus oleh Ruan-wei, dia tidak marah, malah merasakan ada perasaan manis.
Dengan susah payah Ruan-wei selesai membantu Wen-yi mengenakan pakaiannya. Karena Wen-yi tidak bisa bergerak, terpaksa Ruan-wei menggendongnya.
Wen-yi yang berada di dalam pelukan Ruan-wei, tampak dengan jelas masih ada sisa air mata di wajahnya. Mereka saling berpandangan dan saling mengerti apa yang harus mereka ucapkan. Baru berjalan beberapa langkah, Dewi Wan-miao menghadang di depan pintu.
"Kami tidak mempunyai dendam dengan perkumpulan kalian, mengapa dengan cara begitu rendah kalian membius kami berdua?"

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang