10. Jurus Pedang Biksu Yu-Ji

1.3K 37 0
                                    

Hal yang dilakukan oleh orang aneh membuat orang biasa tidak akan mengerti. 

Sun-ming yang berada di dalam kereta pikirannya tidak karuan: "Dewa pedang menjadi kusirku, Shen-jun menjadi pelayanku."

Dia benar-benar tidak percaya telah terjadi hal seperti ini. Matahari bersinar dan masuk melalui jendela kereta.

Melihat anak perempuannya Ling-lin yang terbaring di bawah siraman sinar matahari, terlihat begitu cantik, di sisi anak perempuannya adalah seorang pemuda yang sampai sekarang ini, dia belum mengetahui namanya, demi nyawanya pemuda ini telah rela mengorbankan nyawanya.
Dalam hatinya timbul kebahagiaan. 

Tiba-tiba dia merasa dari seorang perempuan biasa dia menjadi seperti ratu yang sangat dihormati. Sekalipun dia seorang ratu, tapi itupun tidak mungkin menjadikan 2 orang aneh itu menjadi kusir dan pelayannya. Kehormatan ini tidak bisa ditukarkan dengan apa pun.

"Tapi aku sudah mendapatkannya."

Kebahagiaan yang datang dengan tiba-tiba ini membuatnya kebingungan, mungkin kesulitan yang dia dapatkan selama ini sudah cukup banyak dan sekarang waktunya dia mendapatkan kebahagiaan.

Kereta kuda terus berjalan... Entah sejak kapan dia tertidur pulas. Kesulitan yang dihadapinya selama beberapa hari ini benar-benar membuatnya merasa sangat lelah.

Karena hatinya sekarang agak tenang, dia bisa tertidur pulas. Matahari sudah terbenam, kereta telah berjalan melewati Chang-an dan telah tiba di kaki Gunung Zhong-nan.

Gunung Zhong-nan berada di selatan kota Chang-an. Gunung itu adalah gunung terkenal, Zhong-nan-pai berdiri di sana.

Bersama-sama 7 perkumpulan yang ada di hong-yuan, mereka menjadi sebuah keluarga. Dulu ketua Zhong-nan-pai yaitu Biksu Yu-ji, dengan pedangnya yang bernama Song-wen, menggunakan jurus pedang 'tujuh kali tujuh empat puluh sembilan' terkenal di dunia persilatan.

Biksu Yu-ji mempunyai ilmu silat tinggi tapi dia jarang mengeluarkan ilmu silatnya, dia mengangkat murid pun dengan ketat, maka murid-murid Zhong-nan selalu orang bermutu dan terpilih, dan mereka juga biksu bersih. Beberapa tahun ini zhong-nan-pai jarang mencampuri urusan dunia persilatan maka nama mereka agak tenggelam, tapi ilmu silat mereka semakin hari semakin maju. Kadang mereka tanpa sengaja mengeluarkan jurus, itu saja sudah membuat orang terkejut melihatnya. Mereka tidak seperti Wu-dang-pai ataupun Kong-dong-pai yang menjadi perkumpulan teramai di dunia persilatan.

Sekarang pemimpin Zhong-nan-pai adalah Biksu Miao-ling. Walaupun baru 7 tahun menjadi pemimpin tapi dia berhasil membuat Zhong-nan-pai semakin berjaya dan juga hidup dengan tenang. Selama beberapa tahun ini dia hanya sekali turun gunung tapi nama Zhong-nan-jian-ke makin hari makin terkenal di dunia persilatan.

Zhong-nan-shan selama ini selalu hidup dengan tenang dan aman, jarang ada orang dunia persilatan yang berani mencari masalah dengan mereka, maka Tuan Jian memilih tempat ini untuk Sun-ming dan putrinya.

Tapi ada hal yang terjadi di luar dugaan.. Ketika hari semakin larut, Tuan Jian yang biasanya terlihat santai dan tenang, sedang duduk di tempat kusir, tangan kirinya memegang tali kekang, mulutnya berdecak mengendalikan kuda. Dia berhenti di mulut jalan masuk gunung.

San-xin-shen-jun turun dari kereta. Dia bercanda:
'Tidak disangka kecuali bisa memegang pedang dengan posisi bagus, ternyata menjadi kusir pun lumayan juga. Aku benar-benar kalah darimu!" 

Tuan Jian tertawa: "Siluman, jangan terus menertawakanku, lebih baik jaga mulutmu. Kau harus banyak belajar tentang teknik bermain catur!"

Dia membalikkan badan mengetuk pintu kereta memberitahu Sun-ming kalau mereka sudah sampai. Sun-ming baru terbangun dari tidurnya, dia merasa kacau dan kebingungan. Di dalam kereta sangat gelap. Dia baru tahu bahwa hari sudah malam. Dia menjulurkan kepalanya untuk melihat keluar. Ada sebuah jalan tidak begitu lebar tapi berliku-liku menuju ke arah gunung.

Sun-ming langsung turun kemudian membereskan rambutnya. Dengan tertawa dia bertanya:
"Apakah ini Zhong-nan-shan?" berkata lagi, "kudanya tidak bisa naik ke gunung, bagaimana dengan dua orang terluka di dalam kereta?"

Tuan Jian berpikir dan tidak menjawab tapi San-xin-shen-jun segera tertawa:

"Kali ini kau jangan menjadi kusir tapi menjadi kudanya."

Dia tinggal di gunung selama 20 tahun lebih, setiap hari kecuali mendengarkan suara angin dan hujan, bahasa burung, dan ulat, dia hidup dalam kesepian. Kesepian yang sangat sulit ditahan membuat sifatnya tidak menentu.

Karena itu dengan teman satu-satunya yang ada di dunia inL.Tuan Jian, pada saat bertemu, walaupun dia tahu ilmu tenaga dalamnya tidak sekuat Tuan Jian tapi dia tetap merasa sangat senang!

Ini bukan berarti dia menganggap remeh mengenai kemenangan dan kekalahan, pikirannya senang karena dia telah bertemu dengan teman lama. Hal ini lebih penting dibandingkan kalah atau menang.

Karena hati merasa senang maka setiap kali bicara dia selalu bercanda. Tuan Jian yang sombong dan dingin sudah tahu bagaimana sifat temannya Ini, dia sama sekali tidak menaruh semuanya itu di dalam hati.

Kata-kata San-xin-shen-jun keluar, Sun-ining belum mengerti maksudnya, tapi Tuan Jian sudah tertawa dan berkata:

"Budha sering mengajarkan kepada kita, semua orang di dunia ini bisa menjadi Budha. Manusia adalah mahluk hidup, kuda juga mahluk hidup, kau sudah lama membaca buku apakah masih tidak mengerti? Mari, aku adalah seekor kuda, kau juga kuda. Kita akan menarik kereta ini ke atas gunung!"

Dalam hati Sun-ming ingin tertawa. Tuan Jian yang dingin sekarang bisa bercanda juga.

San-xin-shen-jun maju selangkah kemudian melayangkan tangannya. Dua buah roda di kereta putus dengan posisi rata seperti dibacok dengan kapak yang sangat tajam.

Dia masih tersenyum, kemudian tangannya ditempelkan di kereta. Lengan baju kirinya dilambaikan, dia melepaskan kuda penarik kereta itu dan mengusir kuda itu ke gunung.

Dia sudah bercanda:
"Tuan Jian mengatakan sendiri kalau dia adalah kuda, kuda adalah dia. Sekarang aku telah melepaskan kudanya, berarti melepaskan dia juga."

Dia membalikkan kepala lalu bertanya kepada Tuan Jian: "Hei, aku sangat baik bukan, dengan cara apa kau akan membalas kebaikanku?"

Sun-ming tertawa.

Hari ini karena keadaaan hatinya tenang dan bebas dari beban, banyak hal yang tadinya tidak bisa diselesaikan sekarang sudah menda-patkan pemecahannya.

Tuan Jian juga tersenyum. Dia bisa membuat kesulitan Sun-ming terpecahkan, tapi Sun-ming juga bisa membuat orang aneh dan kesepian, hati yang sudah lama tertekan menjadi terbebas serta merasa senang. Di seberang San-xin-shen-jun, Tuan Jian pun menempelkan telapaknya ke atas permukaan kereta. Mereka berdua tersenyum bersama-sama kemudian seperti ada magnet telapak mereka mengangkat kereta berat itu dan dengan tenang mereka berjalan ke arah gunung.
Sun-ming sudah mengetahui bagaimana hebatnya tenaga dalam mereka berdua dan tidak merasa aneh karenanya. Dia ikut mereka berdua dari belakang dan terus naik ke atas gunung.
0-0-0

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang