Ruan-wei bukan orang kejam, dengan ringan dia keluar dari arena pertarungan sejauh 3 meter. Melihat siapa laki-laki yang baru datang, dengan senang dia berkata: "Ternyata adalah Tetua Gong Shu-yang, apa kabar!"
Laki-laki itu adalah salah satu dari 5 orang aneh, ketika itu Ruan-wei bertemu dengannya di Jun-shan, namanya adalah Gong Shu-yang.
Karena Cui-pei hampir kalah di tangan Ruan-wei, maka dia merasa sangat berterima kasih kepada orang yang baru datang itu. Begitu melihat orang itu, dia berteriak dengan terkejut:
"Ternyata adalah Paman Yang!"
Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Apa yang kukatakan, yang satu memanggil ku Paman Yang, yang satu memanggilku Tetua
Yang, bukankah kita adalah satu keluarga? Untuk apa harus bertarung "
Ruan-wei adalah orang yang sangat penuh perasaan, dia berkata:
"Tetua, sudah lama kita tidak bertemu!"
Gong Shu-yang memegang tangan Ruan-wei dengan erat:
"Adik! Semenjak berpisah di Jun-shan, aku selalu mengingat dirimu. Ketika aku dan kau berada
di Jun-shan, waktu kita berkumpul adalah waktu-waktu yang paling menyenangkan "Melihat hubungan antara Paman Yang dan Ruan wei begitu akrab, dia tahu jika hari ini dia tidak pergi dari sini yang rugi adalah dia sendiri. Jurus kampak yang digunakan Ruan-wei tadi pasti diajari oleh Gong Shu-yang. Karena tidak sanggup mengalahkan Ruan-wei, maka keinginan putrinya pun tidak sanggup dia penuhi. Dia segera tertawa dan berkata:
"Paman Yang, kami akan pergi!" Gong Shu-yang tertawa:
"Nona Cui, sudah lama kita tidak bertemu, kau sudah tumbuh menjadi dewasa!" Sebenarnya Cui-pei sudah berusia 40 tahun lebih. Mendengar kata-kata Gong Shu-yang, wajahnya menjadi merah. Dia menunjuk Ouwyang Zhi: "Paman Yang, dia adalah putriku!" Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Oh! Oh! Hampir 30 tahun tidak bertemu, putrimu sudah dewasa dan dia seperti kau dulu!"Ternyata 27 tahun yang lalu, Gong Shu-yang mencari Tu-long-xian-zi, di sanalah dia bertemu dengan Cui-pei. Ketika itu Cui-pei baru berusia 16 tahun. Sesudah 27 tahun berlalu mereka baru bertemu. Karena Cui-pei mengenakan baju pendeta, maka Gong Shu-yang mengira dia masih seperti waktu gadis dulu.
Ouwyang Zhi memberi hormat kemudian melihat Ruan-wei. Ruan-wei tidak ingin melihatnya. Ruan-wei sama sekali tidak mempunyai perasaan kepadanya. Akhirnya dengan terpaksa dia ikut ibunya meninggalkan tempat itu.
Melihat mereka pergi, Gong Shu-yang baru berkata:
"Gadis itu akhirnya menjadi pendeta!"Sepertinya ketika Cui-pei masih kecil, Gong Shu-yang sudah tahu kalau dia akan menjadi seorang pendeta. Pendekar-pendekar yang ada di bawah panggung bersiap-siap pergi karena tidak ada pertunjukan menarik lagi.
"Tetua Gong, mengapa Anda bisa kenal dengan Tetua Pei?" tanya Ruan-wei.
"Dia adalah murid Dewi Ling-bo. Dulu ketika aku datang ke Dong-hai (Laut timur), dia
mengurungku di sebuah pulau kecil selama 20 tahun. Ketika aku meninggalkan pulau dan
melakukan tugas mengukir patung Budha, Dewi Ling-bo pernah berkata bahwa walaupun Cui-pei memiliki ilmu silat tinggi tapi sifatnya kurang baik. Dewi Ling-bo menyuruhku memperhatikan tingkah lakunya di dunia persilatan. Jika dia keterlaluan, maka aku harus memaksanya menjadi pendeta. Tapi ketika aku meninggalkan pulau itu, Dewi Ling-bo sudah tahu kalau tingkah lakunya tidak baik dan memaksanya menjadi seorang pendeta."Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Ilmu pedangnya begitu hebat, ternyata dia adalah murid Dewi Tu-long. Tapi dia seperti bukan seorang pendeta, mungkin karena dia dipaksa.'
Tiba-tiba Ruan-wei teringat sesuatu, bukankah Tetua Gong harus memahat 9 buah patung Budha lagi, apakah tugasnya begitu cepat selesai?
Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Semenjak aku berpisah denganmu, aku mengatakan harus 18 tahun lagi baru bisa menyelesaikan 9 patung, tapi begitu menyelesai-kan sebuah patung, aku sudah mengerti teknik memahat patung dengan bagus dan cepat. Maka dalam waktu 2 tahun terakhir ini aku bisa menyelesaikan 8 patung!"
"Teknik mengukir patung seperti apa?"
Ketika Gong Shu-yang ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba dia teringat sesuatu dan sambil menggelengkan kepala dia berkata:
"Tidak bisa! Tidak bisa! Ilmu kapakku memang lihai, tapi aku melihat jurus-jurus yang kau gunakan dengan pedang putus itu lebih bagus, jurus Kapak apa itu? Sampai-sampai murid Dewi Tu-long pun tidak sanggup menahannya."
Ruan-wei memberitahu dari mana dia mendapatkan ilmu. Setelah Gong Shu-yang mendengar ceritanya, dengant terkejut dia berkata:
"Anak baik, coba peragakan jurus 'Kai-tian-pi-di' kepadaku, cepat!"
Mereka tidak peduli apakah di bawah ada yang melihat 'Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu' atau tidak, satu persatu Ruan-wei peragakan, kemudian terdengar Gong Shu-yang berteriak: "Sambutlah dengan baik!"
Ternyata Ruan-wei menerima kapak besar dari Gong Shu-yang. Dengan kapak besar di tangannya, Ruan-wei bertambah semangat. Dia melemparkan pedang yang sudah terputus itu kemudian sejurus demi sejurus dia peragakan ilmu kampaknya. Gong Shu-yang yang berada di pinggir terus memuji:
"Ilmu kapak yang bagus! Benar-benar bagus, pantas disebut 'Kai-tian-pi-di'!" (Membuka langit membelah bumi)
Ruan-wei lalu berhenti dan mengembalikan kapak besar itu kepada Gong Shu-yang, tapi Gong Shu-yang berkata:
"Kapak ini terbuat dari besi dingin. Kapak ini adalah barang pusaka dari Dong-hai, aku berikan kepadamu!"
Ruan-wei ingin menolaknya, Gong Shu-yang berkata:
"Jangan menolaknya! Jika kau menolak, aku akan marah. Ayo perkenalkan teman yang ada di balik tubuhmu!"
Terpaksa Ruan-wei menerima kapak besar itu dan tertawa:
"Ini adalah mertuaku, Wen Tian-zhi. Ini adalah putrinya, Wen-yi " Wen-yi tertawa:
"Aku bukan Wen-yi tapi Wen-yu!" Wen Tian-zhi memberi hormat kepada Gong Shu-yang:
"Lama aku sudah mendengar nama besar Anda!"
Gong Shu-yang kembali berkata:
"Nama Kakak Wen sudah lama kudengar juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu Long
General FictionDi dalam cerita THPH, ada tiga orang jago pedang yang mewarisi ilmu dari Chang Man-tian - salah satu tokoh dalam Pedang Sakti Langit Hijau, karya pertama Gu Long. Tapi isi kedua cinkeng itu tidak berkaitan satu sama lain, kecuali soal warisan ilmu t...