121. Penutup

2.6K 53 6
                                    

Ruan-wei bukan orang kejam, dengan ringan dia keluar dari arena pertarungan sejauh 3 meter. Melihat siapa laki-laki yang baru datang, dengan senang dia berkata: "Ternyata adalah Tetua Gong Shu-yang, apa kabar!"

Laki-laki itu adalah salah satu dari 5 orang aneh, ketika itu Ruan-wei bertemu dengannya di Jun-shan, namanya adalah Gong Shu-yang.

Karena Cui-pei hampir kalah di tangan Ruan-wei, maka dia merasa sangat berterima kasih kepada orang yang baru datang itu. Begitu melihat orang itu, dia berteriak dengan terkejut:
"Ternyata adalah Paman Yang!"
Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Apa yang kukatakan, yang satu memanggil ku Paman Yang, yang satu memanggilku Tetua
Yang, bukankah kita adalah satu keluarga? Untuk apa harus bertarung "
Ruan-wei adalah orang yang sangat penuh perasaan, dia berkata:
"Tetua, sudah lama kita tidak bertemu!"
Gong Shu-yang memegang tangan Ruan-wei dengan erat:
"Adik! Semenjak berpisah di Jun-shan, aku selalu mengingat dirimu. Ketika aku dan kau berada
di Jun-shan, waktu kita berkumpul adalah waktu-waktu yang paling menyenangkan "

Melihat hubungan antara Paman Yang dan Ruan wei begitu akrab, dia tahu jika hari ini dia tidak pergi dari sini yang rugi adalah dia sendiri. Jurus kampak yang digunakan Ruan-wei tadi pasti diajari oleh Gong Shu-yang. Karena tidak sanggup mengalahkan Ruan-wei, maka keinginan putrinya pun tidak sanggup dia penuhi. Dia segera tertawa dan berkata:
"Paman Yang, kami akan pergi!" Gong Shu-yang tertawa:
"Nona Cui, sudah lama kita tidak bertemu, kau sudah tumbuh menjadi dewasa!" Sebenarnya Cui-pei sudah berusia 40 tahun lebih. Mendengar kata-kata Gong Shu-yang, wajahnya menjadi merah. Dia menunjuk Ouwyang Zhi: "Paman Yang, dia adalah putriku!" Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Oh! Oh! Hampir 30 tahun tidak bertemu, putrimu sudah dewasa dan dia seperti kau dulu!"

Ternyata 27 tahun yang lalu, Gong Shu-yang mencari Tu-long-xian-zi, di sanalah dia bertemu dengan Cui-pei. Ketika itu Cui-pei baru berusia 16 tahun. Sesudah 27 tahun berlalu mereka baru bertemu. Karena Cui-pei mengenakan baju pendeta, maka Gong Shu-yang mengira dia masih seperti waktu gadis dulu.

Ouwyang Zhi memberi hormat kemudian melihat Ruan-wei. Ruan-wei tidak ingin melihatnya. Ruan-wei sama sekali tidak mempunyai perasaan kepadanya. Akhirnya dengan terpaksa dia ikut ibunya meninggalkan tempat itu.

Melihat mereka pergi, Gong Shu-yang baru berkata:
"Gadis itu akhirnya menjadi pendeta!"

Sepertinya ketika Cui-pei masih kecil, Gong Shu-yang sudah tahu kalau dia akan menjadi seorang pendeta. Pendekar-pendekar yang ada di bawah panggung bersiap-siap pergi karena tidak ada pertunjukan menarik lagi.

"Tetua Gong, mengapa Anda bisa kenal dengan Tetua Pei?" tanya Ruan-wei.
"Dia adalah murid Dewi Ling-bo. Dulu ketika aku datang ke Dong-hai (Laut timur), dia
mengurungku di sebuah pulau kecil selama 20 tahun. Ketika aku meninggalkan pulau dan
melakukan tugas mengukir patung Budha, Dewi Ling-bo pernah berkata bahwa walaupun Cui-pei memiliki ilmu silat tinggi tapi sifatnya kurang baik. Dewi Ling-bo menyuruhku memperhatikan tingkah lakunya di dunia persilatan. Jika dia keterlaluan, maka aku harus memaksanya menjadi pendeta. Tapi ketika aku meninggalkan pulau itu, Dewi Ling-bo sudah tahu kalau tingkah lakunya tidak baik dan memaksanya menjadi seorang pendeta."

Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Ilmu pedangnya begitu hebat, ternyata dia adalah murid Dewi Tu-long. Tapi dia seperti bukan seorang pendeta, mungkin karena dia dipaksa.'
Tiba-tiba Ruan-wei teringat sesuatu, bukankah Tetua Gong harus memahat 9 buah patung Budha lagi, apakah tugasnya begitu cepat selesai?
Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Semenjak aku berpisah denganmu, aku mengatakan harus 18 tahun lagi baru bisa menyelesaikan 9 patung, tapi begitu menyelesai-kan sebuah patung, aku sudah mengerti teknik memahat patung dengan bagus dan cepat. Maka dalam waktu 2 tahun terakhir ini aku bisa menyelesaikan 8 patung!"
"Teknik mengukir patung seperti apa?"
Ketika Gong Shu-yang ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba dia teringat sesuatu dan sambil menggelengkan kepala dia berkata:
"Tidak bisa! Tidak bisa! Ilmu kapakku memang lihai, tapi aku melihat jurus-jurus yang kau gunakan dengan pedang putus itu lebih bagus, jurus Kapak apa itu? Sampai-sampai murid Dewi Tu-long pun tidak sanggup menahannya."
Ruan-wei memberitahu dari mana dia mendapatkan ilmu. Setelah Gong Shu-yang mendengar ceritanya, dengant terkejut dia berkata:
"Anak baik, coba peragakan jurus 'Kai-tian-pi-di' kepadaku, cepat!"
Mereka tidak peduli apakah di bawah ada yang melihat 'Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu' atau tidak, satu persatu Ruan-wei peragakan, kemudian terdengar Gong Shu-yang berteriak: "Sambutlah dengan baik!"
Ternyata Ruan-wei menerima kapak besar dari Gong Shu-yang. Dengan kapak besar di tangannya, Ruan-wei bertambah semangat. Dia melemparkan pedang yang sudah terputus itu kemudian sejurus demi sejurus dia peragakan ilmu kampaknya. Gong Shu-yang yang berada di pinggir terus memuji:
"Ilmu kapak yang bagus! Benar-benar bagus, pantas disebut 'Kai-tian-pi-di'!" (Membuka langit membelah bumi)
Ruan-wei lalu berhenti dan mengembalikan kapak besar itu kepada Gong Shu-yang, tapi Gong Shu-yang berkata:
"Kapak ini terbuat dari besi dingin. Kapak ini adalah barang pusaka dari Dong-hai, aku berikan kepadamu!"
Ruan-wei ingin menolaknya, Gong Shu-yang berkata:
"Jangan menolaknya! Jika kau menolak, aku akan marah. Ayo perkenalkan teman yang ada di balik tubuhmu!"
Terpaksa Ruan-wei menerima kapak besar itu dan tertawa:
"Ini adalah mertuaku, Wen Tian-zhi. Ini adalah putrinya, Wen-yi " Wen-yi tertawa:
"Aku bukan Wen-yi tapi Wen-yu!" Wen Tian-zhi memberi hormat kepada Gong Shu-yang:
"Lama aku sudah mendengar nama besar Anda!"
Gong Shu-yang kembali berkata:
"Nama Kakak Wen sudah lama kudengar juga!"

Terbang Harum Pedang Hujan (Piao Xiang Jian Yu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang