Cemburu

2.3K 199 29
                                    

" Nes, apa kamu melihat daddymu?" Tanya Alice pagi itu dengan segelas susu hangat di tangannya membuat Vannesa mengernyit heran.

" Ines gak liat mom, tapi kayaknya daddy sudah pergi sih tadi pagi kata tukang kebun, mommy berantem sama daddy?" Tanya Vannesa. Alice menarik napas panjang

Baiklah kak Vallen
Jika memang ini maumu, aku ingin tahu seberapa besar kau kehilanganku nanti
Lagi pula kau milikku sejauh ini
Jangan nangis darah ya kalau aku nanti membalasmu. Mr. Raivan

" Mom?" Tanya Vannesa sekali lagi. Alice kembali menarik napas panjang lalu melangkah kehadapan putrinya dan menyerahkan gelas cokelat itu ketangannya.

" Nih kamu saja yang minum, habiskan!" Tekan Alice lalu melangkah kemeja dan meraih tasnya begitu saja.

" Tapi mom, ines gak suka coklat. Ini bukannya buat daddy ya?"

" Daddy siapa? Mommy gak kenal! Minum saja! Kau kan anaknya. Bodo amat!" Celetuk Alice meraih kunci mobil dan beranjak keluar dengan wajah marah

" Pasti berantem lagi, dasar ibu ibu ck ck." Vannesa menatap coklat itu getir

Sementara disana...

" Lembur prof?" Sapa beberapa mahasiswa saat melihat Vallen turun dari mobilnya pagi itu, wajahnya memang tampak pucat dan letih. Tak seperti biasanya, Vallen hanya berlalu begitu saja tanpa menjawab sepatah katapun
Ia hanya masuk kedalam kantor khusus staf dosen lalu menarik napas panjang. Membuat seisi kantor menatapnya heran

" Prof anda baik baik saja?" Tanya Dekan yang memegang pundaknya hangat lalu menyerahkan segelas coffe ketangannya

" Thanks." Ujar Vallen tersenyum datar.

" Jika ada masalah jangan sungkan mengatakannya pada kami prof." Senyum Miss. Alexsa penuh perhatian. Namun...

" Mungkin profesor kita sedang ada masalah keluarga." Celetuk seseorang dibangku paling pojok dengan senyum menyindir. Dia memang selalu menatap sinis kearah Vallen sejak pertama bergabung menjadi dosen ditempat itu. Pria pirang yang masih seumuran dengan Alice. Mr. Albert

Vallen menatapnya dingin

" Jangan tersinggung Profesor, tapi seorang Phedofil pada akhirnya pasti akan menyerah." Imbuhnya membuat jari jari Vallen mengepal.

Apa masalahnya denganku?
Sepertinya dia terlahir untuk membenciku!"

" Maaf mr. Albert siapa yang anda panggil Phedofil?" Tekan Vallen yang memang dalam kondisi hati yang sedang buruk

Pria itu berdiri dengan senyum dingin diwajahnya, menatap Vallen dengan sorot mata menghina.

" Saya dengar anda menikahi gadis yang sepantaran dengan putra anda tuan, jadi...

Pria itu menghentikan ucapannya menyulut amarah Vallen yang sudah memerah. Suasana hampir saja menjadi tegang, untungnya seorang mahasiswa tiba tiba datang dengan sebuah laptop ditangannya..

" Permisi, Profesor saya ingin mengajukan sidang skripsi saya." Ujarnya tenang.

Vallen menarik napas panjang lalu menoleh kearah pemuda bermata biru yang saat ini tersenyum melangkah kehadapannya.

" Sammuel Jerremy ya? Masuklah!" Senyumnya tegas. Maka dengan melirik tajam kearah mr. Albert, pemuda bernama Sammuel itupun melangkah masuk dan duduk dihadapan Vallen.

Baru beberapa saat percakapan berlangsung. Tiba tiba...

" Selamat siang, apa rektor ada?" Tanya seseorang setelah mengetuk pintu. Suara yang seketika membuat Vallen mengangkat wajahnya, bola matanya membundar melihat siapa yang saat ini berdiri dengan anggunnya didepan pintu dan menatapnya acuh dengan dagu terangkat. Vallen tak pernah salah mengenali suara istrinya

Breath and Heart ( Mr. Elegant )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang