Episode 100

609 62 17
                                    

Aku merasakan napasku berat dihirup
Bau obat obatan yang akrab sangat kuat di hidung
Merasakan tanganku yang mulai meradang karena jarum infus
Entah sudah berapa lama
Lelah
Pundakku berat dan sakit
Mataku tak bisa terbuka
Gelap
Dingin
Di mana aku?
Apa yang terjadi?

Alice~

***

" Dad." Sapa Aby membuka pintu kamar Vallen. Sudah 3 hari Vallen mengurung dirinya di kamar. Sejak pemakaman Mira, ia tak pernah bicara lagi.

" Aku membawakan makanan." Ujar Aby mendekati sosok berkemeja hitam di depannya. Vallen bergeming, wajahnya terlihat dingin

" Aku ingin kembali ke California!" Tutur Vallen membuat Aby mengernyit

" Daddy, kami semua sedih dengan kepergian mommy. Tapi tidak dengan menjauh seperti ini. Kami terutama Alice sangat membutuhkanmu. Kau tidak pernah menjenguknya di rumah sakit." Tukas Aby memegang punggung ayah biologisnya itu

" Ini bukan lagi tentang Mira. Tapi tentangku, kau pikir apa yang akan dikatakan Alice soal Mira kalau dia tahu. Ibunya meninggal gara gara dendam lama yang sebenarnya ulah suaminya ini hah?" Urat leher Vallen menegang. Aby menarik napas panjang
Pemuda berkaca mata itu meletakkan nampan kemudian duduk di sisi ranjang Vallen. Entah apa yang harus dia katakan akan rasa bersalah yang ayahnya rasakan

" Kau hanya berusaha melindungi semua orang." Ujar Aby membuat Vallen menarik napas panjang lalu berbalik menatap wajah putranya yang berhati emas itu.

" Aku ingin memiliki kehidupan seperti orang lain Aby, bahagia dengan kalian. Menikmati masa tua bersama keluarga tanpa ada masalah apapun. Tapi tanganku seakan haus darah, naluriku seakan selalu ingin melenyapkan. Aku selalu membuat siapapun yang berada di sekitarku menderita." Tutur Vallen serak

" Tapi dad, Alice akan jauh lebih menderita jika kau meninggalkan kami. Tidak kau pikirkan itu?" Pertanyaan Aby membuat Vallen memejamkan mata

" Dia sangat mencintaimu. Baginya, kau adalah kehidupan sekaligus kebahagiaan. Dad, seseorang berkali kali terluka bukan berarti dia tidak bahagia. Terkadang, berkali kali menangis justru membuat kita jauh lebih mengerti apa itu kebahagiaan." Imbuh pemuda berkaca mata itu

Mendengar itu, Vallen menyeka air matanya lalu mengulas senyum yang demi apapun malaikat saja bakalan minder melihatnya.

" Dari mana kebijaksanaanmu itu berasal nak?" Ujarnya duduk di sisi Aby

" Karna aku putramu." Jawab Aby memegang tangan Vallen hangat

" Aku bagian kecil dari kebaikanmu dad." Imbuhnya membuat Vallen memeluknya erat.

" Daddy selalu bangga padamu nak. Bahkan daddy hampir lupa, saat Mira tiada, kaulah orang yang seharusnya paling terluka."

Sementara di sana...

" Aku membencimu!" Teriak Vannesa mendorong Sean yang baru saja membuka ikatan tangan dan kakinya setelah berhari hari mengurung Vannesa di kamarnya.
Sean hanya diam mematung menatap Vannesa getir

" Aku jauh lebih kehilangan dari pada ini Vannesa. Bukankah kau bilang kau menyukaiku? Hanya ini caranya agar aku bisa bersamamu dan tidak merasa benci lagi. Aku harus membuat Vallen menangis dan keluarganya menderita kehilangan. Sama seperti yang aku alami, setelah itu baru aku bisa memikirkan memulai hidup bersamamu." Tutur Sean dengan suara pelan

Breath and Heart ( Mr. Elegant )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang