2

1.6K 157 4
                                    

"Sumpah ya Daf, lu ngerepotin gue banget," Dengus cowok tampan berkemeja putih pada seorang cewek yang ada didepan nya.

Mereka sedang berada di taman belakang sekolah, besok akan diadakan acara kelulusan kelas Dua belas. Termasuk mereka berdua.

"Ayolah, gue ngga tau harus minta bantuan ke siapa lagi," Ucap nya dengan tatapan memelas.

"Yaudah gue bantu," Akhirnya pria ber name tag Jihoon Nelson mengiyakan permintaan sahabat nya. Dengan sumringah si cewek tersenyum lebar, bahkan memeluk Jihoon dengan erat karena terlalu senang.

Jihoon membeku ditempat, ia seperti di kejutkan oleh listrik. Semua ini berbeda dari sebelum nya. Tidak, Jihoon akhirnya membuang pikiran negatif nya. Ia membalas pelukan Dafera.

"Ayo pulang, udah sore" Jihoon melepaskan pelukan mereka paksa, ia tak ingin terlalu lama berpelukan dengan Dafera. Karena cewek itu benar-benar sanggup membuat nya jatuh seketika.

"Iya, lu anter gue ya hehe" Dafera kembali memasang wajah memelas tapi, bagi Jihoon itu adalah wajah yang paling menggemaskan.
Ingin rasanya Jihoon mencubit pipi Dafera sampai habis.

Mereka pulang menggunakan motor ninja hitam milik Jihoon, mereka sempat makan di cafetaria Sekolah sebelum pulang. Itu atas permintaan Dafera yang terlanjur lapar lebih awal.

"Uhm.. Hoon" Dafera memanggil nama Jihoon dengan rasa ragu, Jihoon sibuk mengendarai motornya.

"Kenapa?" Jihoon melihat raut wajah sedih Dafera dari spion motor nya.

Jarang-jarang Dafera terlihat sedih, Jihoon tahu bagaiama Dafera. Dia cewek kuat dalam menghadapi segala masalah, Dafera selalu tersenyum meski masalah sedang menimpa nya. Kali ini berbeda, awan mendung benar-benar terlihat di wajah cantik Dafera.

"Bang Def belum balik, gue ngga tau harus minta tolong ke siapa buat jadi wakil penerima sertifikat lulus gue"

Dafera mengembuskan napas nya, mencurahkan segala ini hatinya kepada Jihoon. Mereka telah sampai, dan Jihoon menyempatkan diri mendengarkan curahan hati  Dafera.

Jihoon merasakan apa yang Dafera rasakan, apalagi Dafera hanya tinggal sendirian. Sementara kakak Dafera pergi keluar kota mengurus pekerjaan.

"Ntar diwakilin abang gue deh," Ucap Jihoon berusaha menenangkan hati Dafera yang kalut.

"Kalau boleh, em yaudah hoon makasih" Dafera sedikit mengembangkan senyum, membuat perasaan khawatir Jihoon sedikit reda.

"Iya, jangan terlalu dipikirin ya, bye!" Jihoon kembali menaiki motornya, Dafera setia menunggu Jihoon pergi dari pekarangan rumah minimalis nya.

Dafera memasukkan anak kunci ke tempat nya, memutar nya dengan kasar. Peluh membasahi kening mulus nya, mata nya nanar menatap layar ponsel yang menampilkan pesan nya dengan kakak nya.

"Bang Def pasti lagi sibuk, aku ngga mungkin ganggu dia" Dafera bermonolog. Disimpan nya benda berbentuk persegi tersebut diatas meja.

Ia mandi lebih lama dari biasanya, tubuhnya ia biarkan terguyur dingin nya air yang terjun dengan bebas nya dari shower. Sejak kedua orang tua nya bercerai, tak ada yang mengurus keduanya. Keluarga mereka benar-benar betantakan.

Dafera menyudahi acara mandi nya, ia segera mengenakan pakaian santai. Setiap hari dirumah sendirian, siapa yang tahu kalau Dafera tengah menagalami kesepian. Padahal dia selali ceria di hadapan orang lain.

Hampir berjam-jam Dafera duduk di sofa kamar nya yang menghadao ke taman. Berkali-kali hembusan napas kasar terdengar. Berkali-kali juga Dafera mengerjapkan matanya, berharap akan ada suatu keajaiban.

"Kok laper ya, ah!" Dafera berdecak sebal, padahal tadi ia baru saja makan bersama Jihoon. Masalahnya sekarang adalah, di lemari dapur nya tak ada apa-apa. Uang bulanan juga mulai menipis, hanya tinggal beberapa lembar uang berwarna pink yang menghiasi dompet nya.

"Bang Def, aku butuh uang astaga!" Lagi-lagi Ia mengeluh, Dafera bukan lah tipe orang yang suka mengeluh. Tapi, masalah yang dia hadapi benar-benar berat baginya saat ini.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu, mengambil jaket berwarna baby pink di belakang pintu. Itu bukan jaket miliknya melainkan jaket milik Jihoon.

Dafera menuju mini market yang tak jauh dari rumah nya, hanya butuh waktu berjalan sekitar Lima belas menit. Perumahan disini terkenal dengan keamanan nya, sehingga Dafera tak terlalu takut kalau pergi malah hari seperti sekarang ini.

Kaki Dafera melangkah memasuki mini market, penjaga kasir menyapa nya hangat. Dafera mengambil keranjang belanja, dan memilih barang-barang yang ia butuhkan.

"Eh" Kaget kedua nya sekaligus, Dafera menarik tangan nya lagi.

"Ini buat kamu aja, gapapa" Pria itu menyerahkan susu kotak kearah Dafera.
Dafera malah menggelengkan kepala nya,

"Ngga-ngga, ambil buat om aja," Ucap Dafera membuat pria dihadapan nya menatap nya kikuk.

"Anak yang duduk dibangku Sekolah harus rajin minum susu, buat kamu aja" Paksa Minhyun, kalimat yang ia lontarkan membuat Dafera menatal nya kesal.

"Aku udah lulus ya, om!" Ucap Dafera tak terima dibilang anak yang duduk di bangku sekolahan.
Wajah Minhyun berubah menjadi terkejut, ia memperhatikan penampilan Dafera dari atas sampai bawah.

Tidak seperti orang yang telah lulus sekolah, pikir Minhyun.

"Besok aku graduate om tapi, aku ngga ada yang wakilin buat ambil sertifikat lulus ku" Dafera tanpa ragu menceritakan masalah nya, padahal ia belum mengenal Minhyun sama sekali.

Minhyun dibuat semakin bingung saat raut wajah perempuan dihadapan nya berubah menjadi sedih. Dia kaku kalau berhadapan dengan perempuan, dan lihat sekarang Minhyun masih menatap Dafera dengan tatapan heran.

"Ah iya! Om, aku bisa minta bantuan om kan?"


***

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang