69 :

224 29 3
                                    

Daniel memantau adik nya dari dalam rumah, sementara Dafera tengah menunpuk tangan di depan dada ketika Minhyun baru saja pulang. Daniel tidak enak melihat kejadian ini, maka dari itu dia lebih memilih pulang lewat pintu belakang.

Setelah dua jam sesi curhat, akhirnya mereka bisa mengetahui masalah apa yang sedang di hadapi Minhyun. Dan sekarang, Dafera ingin mendengarkan penjelasan dari mulut Minhyun—meskipun ia sudah mengetahui segala nya dari Daniel.

"Mas nyembunyiin apa dari aku?" Tanya Dafera, tatapan mata nya menajam. Minhyun yang baru keluar dari mobil menjadi terheran melihat Dafera memperlakukan nya seperti ini.

"Kamu kenapa, daf? Kenapa keliatan nya marah banget sama mas?" Minhyun malah balik bertanya— saking heran nya dengan sikap Dafera. Minhyun terlalu terkejut, kenapa istri nya secepat itu mengetahui apa yang ia sembunyikan.

"Jelasin sekarang, mas! Aku mau denger semua nya dari kamu!" Ucap Dafera nada suara nya meninggi. Ia berjalan memasuki rumah dengan sengaja. Minhyun membuntuti nya dengan langkah lebih lebar dari Dafera, Minhyun juga menutup pintu rumah terlebih dahulu.

"Iya, mas jelasin semua nya. Tapi tolong kamu jangan kecewa sama mas," Tutur Minhyun lembut. Telapak tangan nya menepel di dinding, lengan nya menghalangi pergerakan Dafera. Sontak, gadis itu mendogakkan kepala nya menatap tatapan Minhyun dengan berani. Tapi nyata nya Dafera juga sudah kecewa.

"Seongwu udah ambil semua nya, mas udah ga kerja di situ lagi. Mas di usir dari perusahaan sendiri."

Mata Dafera mengerjap beberapa kali begitu Minhyun mengucapkan kalimat barusan. Hati nya begitu sesak mendengar kenyataan 'diusir dari perusahaan sendiri', bukan kah itu terdengar menyedihkan?

Dafera menjatuhkan wajah nya di lengan kekar Minhyun yang mengunci nya. Minhyun menghela napas nya— melihat Dafera seperti ini membuat hati nya pedih.

"Kenapa ga jujur di awal, mas?" Tanya Dafera diiringi isakan kecil. Wajah nya masih menunduk di lengan Minhyun.
Minhyun mendogakkan kepala nya keatas—berusaha menahan air mata nya agar tidak jatuh.

"Maaf, mas takut buat bilang ke kamu." Minhyun menarik Dafera ke dalam pelukan nya, membiarkan Dafera membasahi kemeja nya. Anggap saja Minhyun terlalu bodoh untuk semua yang ia lakukan akhir-akhir ini, ia sudah tidak memiliki pekerjaan, dan sekarang malah membuat Dafera menangis kesakitan.

Dafera terus menangis di dekapan Minhyun, sesekali tangan nya memukuli dada bidang Minhyun pelan. Minhyun hanya diam, memejamkan mata nya serta terus mengelus puncak kepala Dafera lembut. Minhyun merasa gagal menjadi suami yang baik untuk Dafera, kalau Daniel tahu—bisa remuk tulang Minhyun detik itu juga. Namun, Daniel kan memang sudah tahu.

"Mas enggak tahu kenapa Seongwu setega itu sama mas. Mas tahu semua uang perusahaan itu milik ayah, tapi aku juga pernah berjuang buat dapetin itu juga kan?" Minhyun tersenyum kecut, pengorbanan yang selama ini ia lakukan sia-sia di mata adik tiri nya sendiri.

"Mas minta maaf sama kamu, tolong jangan tinggalin mas cuma gara-gara masalah ini. Mas akan cari kerja, buat kamu...." Minhyun mengecup puncak kepala Dafera lama. Jujur saja, Minhyun takut bila ditinggalkan Dafera. Suara tangis Dafera sudah tidak terdengar lagi, bahkan pukulan di dada bidang Minhyun sudah berhenti beberapa menit yang lalu.

"Daf." Minhyun merenggangkan pelukan, ia menilik Dafera— menyingkirkan rambut Dafera yang menutupi wajah nya. Gadis itu mengerjapkan mata nya yang masih berlinang buliran bening.

Minhyun tahu Dafera pasti lelah karena menangis, dengan sigap Minhyun mengangkat tubuh Dafera, membawa nya menuju kamar.

"Engga ada yang perlu ditangisi, sayang. Aku gapapa," Ujar Minhyun begitu Dafera sudah tiduran di kasur, jari besar Minhyun mengelus pipi Dafera, menghilangkan jejak air mata disana.

"Mas bohong, mas pasti bertengkar lagi sama Seongwu kan?" Dafera sesenggukan, ia memegang tangan Minhyun erat. Pria itu hanya mengulum senyum—itu memang terjadi.

"Aku ga akan sakit cuma gara-gara pukulan Seongwu, aku sakit liat kamu kaya gini. Jadi please, kamu jangan nangis lagi." Minhyun tersenyum, ia menggenggam erat jari telunjuk Dafera yang menurut nya lucu.

"Itu artinya mas ga peduli sama aku, aku juga gak mau mas disakitin gitu." Dafera menggeser posisi nya, membiarkan Minhyun ikut berbaring dengan nyaman di samping nya.

"Tadi Seongwu apain kamu?"

"Mukul doang," Jawab Minhyun cepat. Ia masih bisa tersenyum meski perut nya terasa nyeri.

"Hm? Perut kamu yang dipukul ya?" Dafera memicingkan mata nya, dan benar saja dugaan nya— Minhyun mengangguk pelan.

"Udah gapapa kok, besok-besok mas sama Seongwu juga udah baikan," Lanjut Minhyun.

Padahal fakta nya, Seongwu nampak keberatan menerima permintaan maaf nya tadi pagi.



***

aku edit lagi bagian ini, dikit doang si hehe







Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang