Dafera mengobati luka yang berada lengan nya, ia mengganti perban lama dengan perban yang baru. Minhyun masih berada di kamar mandi, pria itu belum tahu kalau Dafera memiliki luka yang disebabkan oleh Guanlin kemarin. Dafera menurunkan lengan baju sampai menutupi perban.
Dafera menutup kembali kotak P3K lalu menaruh kotak tersebut ditempat semula, membuang perban lama dengan rapi di tong sampah yang berdekatan dengan pintu kamar mandi.
Dafera mendudukkan dirinya di pinggir kasur, memikirkan bagaimana bisa Guanlin memperlakukan nya seperti itu.
"Ngelamun terus, kenapa?" Minhyun duduk di samping Dafera. Wangi sabun yang begitu khas menggelitik di hidung Dafera, ia berdeham menghilangkan rasa gugup.
"Guanlin kenapa, mas?" Tanya Dafera ragu.
"Papah nya cerai. Kamu ga perlu mikirin itu, itu bukan salah kamu." Minhyun meraih bahu Dafera, merangkul nya mesra seakan tahu apa reaksi Dafera selanjutnya
Dafera menelan ludah nya susah payah. Ia mengerjapkan matanya, bingung dan takut menyergap hatinya tanpa permisi. Papah nya Guanlin cerai?
"Mas..." Lirih Dafera memeluk Minhyun secara tiba-tiba. Dafera takut dibenci Guanlin, sudah cukup mamah nya itu membenci nya— tidak menganggap Daniel dan Dafera sebagai anak, jangan orang lain juga yang membenci Dafera. Dafera terlalu takut untuk dibenci.
"Shh, jangan sedih. Ini bukan salah kamu, Alin cuma trauma karena papah nya disakitin lagi. Dia kemarin juga minta maaf ke kamu. Luka di lengan kamu gimana?" Dafera menangis dalam diam, masih memeluk leher Minhyun erat.
"Daf, leher aku basah." Minhyun menarik kepala Dafera lembut, dan benar saja dugaan nya. Kedua mata istrinya itu dipenuhi lelehan air mata.
Minhyun tersenyum, kedua ibu jari nya menghapus air mata Dafera. Semua orang tahu, bahkan pernah merasakan sakit ketika seseorang yang kita sayangi menangis dihadapan kita, dan Minhyun sedang merasakan hal tersebut.
"Ini bukan salah kamu. Jangan nangis, oke? " Minhyun tetap tersenyum, sementara hatinya terasa bergetar. Dafera mengangguk cepat, ia menarik kedua sudut bibir nya keatas, membuat guratan senyum manis di wajah cantik nya.
"Sarapan yuk, kemarin ga sempet sarapan bareng. Kebetulan masih pagi, biasanya mamah masih ada di ruang makan." Minhyun beranjak dari duduk nya, Dafera mengusap pipi nya kembali sebelum berdiri mengikuti Minhyun.
"Mau aku gendong?" Tanya Minhyun setelah kedua nya keluar dari kamar. Dafera menggeleng kan kepala nya dua kali.
Dua sejoli itu berjalan beriringan, menuruni anak tangga satu persatu. Minhyun mengecek lengan Dafera, melihat luka yang dibuat oleh Guanlin.
"Kamu baik-baik aja kan? Perlu kedokter deh kayaknya," Tutur menunjukkan raut wajah cemas.
"Aku gapapa mas, luka nya udah mulai kering. Kamu jangan khawatir berlebihan gitu dong." Dafera menghela napas nya. Jujur saja, ia memang senang di perhatikan Minhyun seperti itu, namun di sisi lain ia juga merasa risih, ditambah batin nya yang terus menjerit, jantung nya yang berdetak kencang, semoga Dafera tidak mati muda.
"Nah yang diomongin dateng." Lucy bersuara dari meja makan, semua orang yang berada disana melihat kearah Minhyun dan Dafera.
"Ayo sini, kalian sarapan." Pinta sang mamah, beliau membereskan piring yang sudah digunakan. Seperti nya Minhyun dan Dafera telat datang, semua orang sudah beraktifitas di luar.
"Hyun, kamu dicariin Seongwu."
Baru saja Minhyun duduk, ayah nya berbicara. Secara tidak langsung beliau menyuruh Minhyun untuk menemui anak semata wayang nya. Seongwu, anak ayah Minhyun dari istri pertama nya yang kini sudah bercerai sekitar lima tahun silam.
"Aku tinggal dulu ya," Bisik Minhyun tepat disamping telinga Dafera, gadis itu mengangguk.
"Dafe mau makan pake apa?" Lucy menawarkan, ia sudah menaruh nasi diatas piring Dafera.
"Ga usah, kak. Aku ambil sendiri aja," Sanggah Dafera lembut. Mertua nya terus memperhatikan mereka, dehaman dari beliau mengakhiri aktivitas Lucy yang ingin membantu Dafera.
"Cy, bantuin tante siram tanaman di samping rumah yuk!"
"Iya tante, Dafe, aku tinggal dulu ya. Selamat sarapan," Ungkap Lucy tersenyum.
Dafera kikuk, ia ingin bergerak memasukkan nasi kedalam mulut nya saja terasa sulit untuk dilakukan. Dafera menguatkan diri nya sendiri, ia mulai melahap makanan nya.
"Daf," Panggil beliau. Dafera tersedak makanan nya, ia cepat-cepat mengambil gelas berisi air yang berada di samping piring milik nya. Ayah mertua nya kenapa suka sekali membuat Dafera ketakutan.
"I-iya, yah."
"Selamat ya, kamu berhasil menenangkan hati Minhyun."
Dafera mengatupkan bibir nya rapat. Ayah mertua nya baru saja tersenyum kearah nya, meskipun senyuman itu tipis layaknya kulit bayi yang lahir prematur.
"Saya boleh minta sesuatu sama kamu?"
"B-boleh, yah." Dafera kehabisan kata-kata. Ia merutuk dirinya sendiri, kenapa suasana berubah secanggung ini.
"Tolong jaga Minhyun, dan satu lagi— tolong kamu lanjutkan pendidikan kamu. Saya tahu kamu pasti ingin melanjutkan kuliah mu dulu, tapi akibat Daniel yang sibuk sama pekerjaan nya kamu jadi korban dari kelalaian Daniel."
Ternyata ayah mertua nya sudah mengenal Daniel lebih dulu. Beliau terlihat sangat menghargai Daniel, entah apa yang Daniel lakukan sehingga ayah mertua Dafera ini begitu luluh pada kakak nya.
Dafera tersenyum seraya mengangguk, ia akan melakukan hal tersebut dengan senang hati. Namun, mengingat ia sudah memiliki suami, Dafera harus meminta izin pada Minhyun terlebih dahulu.
Langkah kaki Minhyun yang terburu-buru terdengar menggema diruang makan, Minhyun menatap punggung ayah nya yang sekarang sedang beranjak meninggalkan meja makan.
"Ayah ngomong sesuatu sama kamu?" Minhyun duduk disamping Dafera, gadis itu sontak meggeleng. Ia kembali memasukkan sesuap nasi kedalam mulut nya.
"Oh iya, Seongwu itu siapa?"
"Anak nya ayah, secara ga langsung sih dia adik tiri ku," Jawab Minhyun menoleh sekilas ke Dafera.
Dafera kurang mengerti, kenapa keluarga Minhyun ini banyak sekali. Dafera beroh ria tanpa suara.
"Hari ini mau pergi kemana, dek?" Tanya Minhyun disela-sela mengunyah makanan. Dafera cukup terkejut dengan panggilan yang diberikan Minhyun padanya.
"Mau kerumah nya bang Daniel, kangen."
***
Hai: (
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage