20

329 48 1
                                    


Dafera mengucek mata nya, setelah bunyi dering dari ponsel nya yang menyala mengalihkan atensi nya begitu saja. Dafera mendengus pelan, masih pukul lima pagi, siapa yang berani menelepon nya sekarang ini.

"Halo?" Dafera masih belum membuka mata nya secara sempurna, siapa yang menelepon juga belum di ketahui oleh Dafera.

"Dafera?"

"Eh-eh om, iya kenapa om?" Dafera kaget bukan main setelah mendengar orang diseberang sana berbicara.

"Saya mau ngomong sesuatu, bisa?"

"Bisa om," Jawab Dafera singkat. Dalam hati nya ia bertanya apa yang akan Minhyun sampaikan.

"Setelah pulang kerja nanti saya ke restoran Guanlin ya."

"Iya om."

"Yasudah terimakasih."

Sambungan telepon terputus, Dafera masih menahan kantuk nya. Kepala Dafera seperti berputar saat gadis itu berusaha bangkit dari tidur nya. Dafera memang mengalami anemia, wajar kalau ia kadang berkunang-kunang, lemas dan sebagai nya.

Dafera mandi lebih awal, dan berniat membuat sarapan untuk Daniel. Hampir setiap hari Daniel yang membuatkan nya sarapan, Dafera lagi-lagi tak enak hati. Harusnya dia yang membuatkan kakak nya itu sarapan.

Sibuk berkutat di balik kompor dengan alat-alat nya, Daniel datang mengejutkan Dafera. Pria itu sudah rapi dengan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam.

"Tumben udah bangun dek." Daniel memperhatikan Dafera memasak, kali ini cukup senang karena Dafera membuatkan sup daging sapi untuk nya.

"Iya, tadi ngga sengaja kebangun gara-gara telepon dari om Minhyun," Jelas Dafera tak sadar. Daniel membalikkan tubuh Dafera.

"Ngapain Minhyun nelepon kamu?" Daniel menyipitkan mata, Dafera memasang wajah kikuk. Takut kalau Daniel akan marah.

"Kata nya mau ngomong, ga tau mau ngomong apa." Jawab Dafera menaikkan kedua bahunya. Tatapan Daniel masih sama seperti beberapa detik yang lalu.

"Hm. Yaudah deh kalau gitu." Daniel berjalan menjauhi Dafera. Ia mengambil mangkuk disusul dengan mengambil nasi di rice cooker.

"Abang ga khawatir kan?" Dafera menaruh mangkuk berisi sup daging sapi dihadapan Daniel.

"Engga, emang ngekhawatirin apa? Kamu kan cuma ngomong sama Minhyun." Daniel tersenyum sekilas, kemudian ia memejamkan mata nya, melakukan berdoa sebelum ia memakan santapan pagi nya.

***

"Fer kamu ga usah kedapur! Disini aja temenin aku." Langkah Dafera terhenti ketika Mora menghalangi nya untuk berjalan.

"Emang kenapa?" Dafera cemberut ditempat, Mora tidak menjawab. Ia langsung membawa Dafera duduk di samping kursi nya.

"Kamu nanti di omong ga enak sama Mingyu. Aku ga tega kamu digituin sama dia, udah ya disini aja." Mora tersenyum, ia mengelus punggung tangan Dafera yang dingin karena terkena AC. Dafera cukup terkejut dengan penuturan Mora barusan, ternyata masih ada yang peduli kepadanya.

Dafera tak merespon, dia diam termenung sampai ponsel nya kembali berdering. Dafera menghela napas dan merogoh tas selempang nya, bisa ia lihat dengan jelas kalau nama Jihoon tertera di layar ponsel nya.

"Halloo Jihoon, kenapa? Tumben jam segini nelepon?" Dafera tersenyum, ia menyapa Jihoon dengan suara ceria.

"Iya maaf ya kalau gue ganggu, hari ini gue ga ada kelas sih. Jadi kan gabut."

"Oh gitu, terus lu sekarang lagi dimana? Kayaknya dibelakang lu rame banget deh." Dafera menajamkan indra dengar nya.

"Lagi di cafe sebelah kampus, biasa ngumpul sama temen —

"Wah beneran? Jihoon sekarang udah punya temen banyak cieee"

" sama cewek gue juga."

"HAH? SERIUS?" Dafera membulatkan mata nya. Agak ragu dengan apa yang diucapkan oleh Jihoon.

"Aduh biasa aja gausah teriak, budek nih kuping ganteng gue."

Dafera tak kuasa menaha tawa nya, Jihoon kadang memang selucu itu, oh atau mungkin humor Dafera turun karena selalu dekat-dekat dengan Daniel.

"Wah selamat ya, harus traktir gue pokok nya. Ga mau tau!" Dafer tersenyum bahagia. Bukan, bukan pura-pura bahagia. Tapi memang benar adanya, Dafera bahagia Jihoon sudah mempunyai pacar.

"Ga mau, porsi makan lu banyak. Ga sanggup gue." Kekeh Jihoon dibalik sana.

"Ah suka gitu, pokoknya kapan-kapan gue datengin rumah lu. Ambil semua barang kesukaan lu."

"Dih apaan, maksa banget. Yaudah ya nanti lagi, ga enak sama yang lain."

"Ga enak sama yang lain atau ga enak sama pacar?" Goda Dafera, pasti sekarang Jihoon sedang tersenyum malu.

"Bacot ah. Bye!"

Sambungan telepon ditutup sepihak oleh Jihoon.
Dafera berharap Jihoon tidak salah pilih, Daf berharap Jihoon selalu bahagia dengan perempuan pilihan nya.

***

"Daf, jadi gini..." Minhyun menjeda kalimat nya. Ia merasa tenggorokan nya kering, sehingga menyesap vanilla chococinno miliknya terlebih dahulu.

Dafera menunggu, kedua bola matanya tak lepas memandangi setiap aktifitas yang Minhyun lakukan di hadapan nya.

"Saya mau minta bantuan kamu."

"Bantuan apa om?" Dafera mengerutkan kening nya.

"Bantuin saya bujuk Guanlin. Supaya dia pulang kerumah?"



***

Hai:)
Maaf ya ini pndek, aku nulis nya
sambil nahan kantuk XD

Semoga ga ada typo.

.
Vomment ya, makasih

Indonesia, 3.19 wib.




Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang