26

366 49 3
                                    

sorry for typo

Hari ini cuaca semakin dingin, angin terus bertiup menerbangkan dedaunan kering, menyapu setiap debu di antara sisi jalanan berbatu. Dafera mengenakan jaket berwarna pink nya, mengeratkan nya dengan menyilangkan kedua tangan nya di depan dada.

Dafera menarik gagang pintu, membuka nya perlahan kemudian menutup nya kembali. Daniel belum terlihat sama sekali, mungkin masih tidur karena ini hari libur.

Gadis itu menghela napas, ketika sudah melewati kamar kakaknya dengan hati-hati. Dafera berniat menemui Guanlin, meskipun hati nya terasa berat apabila harus bertatap muka dengan cowok tinggi berambut hitam itu.

"Mau kemana?"

Dafera terlonjak kaget, Daniel menatap Dafera dengan datar, tidak seperti biasanya. Mungkin Daniel sudah menebak kalau Dafera akan pergi menemui Guanlin.

"Hm- keluar sebentar," Jawab Dafera menunduk kan kepala nya.

"Diluar banyak angin, mending ga usah pergi." Daniel melayangkan tatapan tajam. Dafera tidak berani menatap kakak nya detik ini.

"Sebentar bang, ada perlu..." Dafera memelan kan suara nya diakhir kalimat. Daniel menghela napas, sepersekian detik kemudian dia mengangguk kan kepala.

"Jangan lama-lama, angin kaya gini rentan bikin kamu sakit," Ujar Daniel mengelus puncak kepala Dafera lembut, ia menarik kedua sudut bibir nya keatas membentuk segaris senyuman manis.

"Makasih bang, kalau udah selesai Dafera janji cepet pulang." Dafera ikut tersenyum, kedua kaki nya melangkah pergi meninggalkan Daniel yang masih berada di posisi.

Sampai di depan jalan raya, Dafera cepat-cepat menyetop taksi kosong yang lewat. Ia mengatakan arah tujuan nya kepada sang supir, lalu ia mengambil ponsel yang tersimpan dalam kantung jaket.

Guanlin

Daf kalau lu
ga blh keluar mending g ush

Udah otw.

Dafera keluar dari room chat nya dengan Guanlin, nama kontak nya memang sudah diganti sejak kemarin.  Dafera memegangi ponsel nya erat, ia mengalihkan pandangan nya keluar jendela. Gerimis.

Dua menit kemudian, ponsel nya kembali bergetar

Guanlin

Daf, batalin aja ya?
Aku ga dibolehin sama mamah

Daf, sorry:(

Dafera mendengus. Ia sama sekali tidak membalas pesan dari Guanlin. Mamah katanya? Hati Daf merasa sesak begitu saja. Bagus, sekarang Dafera harus pergi kemana.

"Pak, berenti di sini aja. Ini uang nya, makasih." Dafera menyerahkan uang pas ke supir taksi, kemudian ia segera keluar, menjejakkan kaki nya di aspal yang basah terkena hujan. Bermain air hujan sebentar mungkin tidak papa.

***

Dafera menyesap coklat panas yang baru saja di hidangkan oleh waitres, ia duduk sendirian di dekat pintu cafe yang terus terbuka akibat pengunjung yang terus berdatangan. Jaket pink nya lumayan basah dan itu berhasil membuat tubuh Dafera kedinginan.

Sudah dua jam Dafera pergi meninggalkan rumah, bahkan ponsel yang ada di dalam tas nya terus bergetar. Pasti Daniel mengirimi nya pesan agar cepat pulang.

Kedua manik mata Dafera menelusuri setiap sudut cafe. Ia merasa ada sesuatu seseorang yang sedang memperhatikan nya.

"Hah, ngapain om Minhyun disini," Gumam Dafera mengalihkan pandangan nya. Baru saja ia menoleh ke sisi kiri, ia mendapati Minhyun yang nampak memperhatikan nya.

"Kenapa sih ketemu dia mulu, astaga." Dafera menggigit bibir bawah nya,kepala nya otomatis menunduk ketika manik mata nya bertemu dengan bola mata Minhyun.

"Jangan-jangan jodoh lagi makanya ketemu terus. Hah apaan sih Daf, kok ngomong sendiri." Dafera mendongakkan kepala nya lagi.

"Waa om Minhyun sejak kapan di situuu?" Raut wajah Dafera langsung berubah menjadi panik sekaligus kaget. Minhyun sekarang berada di hadapan nya, tengah duduk santai memegangi cup berisi kopi.

"Sejak kamu ngomong sendiri." Minhyun menaruh cup kopi nya di atas meja, ia memandangi Dafera dengan senyuman manis.

Dafera mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

"Om tumben kesini?" Tanya Dafera berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Saya biasa kesini kalau pulang kuliah, yang ada kamu tumben kesini." Minhyun mengalihkan pandangan nya keluar jendela cafe, menatap gedung besar yang tidak jauh dari cafe.

"Oh gitu ya, hehe." Dafera ikut melihat arah fokus Minhyun. Ini kan dekat dengan kampus nya Jihoon.

Atmosfer berubah menjadi canggung, kedua nya sama-sama diam, Minhyun mengambil cup kopi nya lagi, menandaskan cairan tersebut dengan cepat.

"Mau pulang sekarang atau nanti?" Tawar Minhyun merogoh saku jas nya.

"Eh ga usah, om duluan aja." Tolak Dafera merasa tak enak karena selalu diantar oleh Minhyun.

"Diluar hujan nya deras banget, saya ga yakin bakal ada taksi yang lewat." Lagi-lagi Minhyun mengatakan hal tersebut, ia sudah berdiri dan siap melangkah meninggalkan Dafera.

"A-a yaudah aku pulang bareng sama om Minhyun deh!" Final Dafera segera bangkit dsri duduk nya menyusul Minhyun.
Minhyun mengukir segaris senyum samar yang tidak diketahui oleh Dafera.

"Kamu bawa payung?" Tanya Minhyun berheti sejenak, Dafera langsung menggeleng. Air hujan yang terkena angin langsung menerpa keduanya secara bersamaan. Minhyun melepaskan jas nya dan menaruh nya diatas kepala.

"Ayo," Minhyun meminta Dafera agar mendekat kearah nya.

"Jalan nya agak cepet ya, mobil saya agak jauh soalnya." Suara Minhyun beradu dengan deras nya air hujan yang berjatuhan dari langit, untung Dafera berada di samping Minhyun, ia bisa mendengar nya dengan jelas.

Takut.

Dafera takut berada di dekat Minhyun.

Kenapa...


***

Hai
Cuma mau bilang, aku susah
banget update ini
Harusnya kemarin udah di up
tapi aku susah dapet feel nya


I'm so sad guys, butuh bahu nya
om Minhyun 😭😭


Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang