Hati-hati, ada kejutan 😗
Dafera merengkuh kedua lutut nya, buliran air mata itu semakin pecah dan memenuhi apartemen nya. Deringan telepon yang kemungkinan dari Daniel—diabaikan begitu saja oleh Dafera.
Hampir setengah jam Dafera memeluk diri nya sendiri, menguatkan diri nya yang sekarang tidak mempunyai seseorang yang mampu ia dekap dengan erat. Selanjutnya, wanita itu mendongakkan wajah kusut nya secara perlahan. Biasanya Minhyun yang akan menghapus jejak air mata di pipi nya, namun sekarang Dafera harus menghapus air mata nya sendiri.
Sudah hampir delapan bulan Dafera pergi dari rumah, meninggalkan Mihhyun yang mungkin kebingungan dengan tingkah istrinya. Andai hari itu Minhyun tidak pergi menemui Seongwu, semua ini pasti tidak akan terjadi. Hari dimana Minhyun menjadi sosok lain karena minuman yang di berikan Seongwu, hari dimana Dafera menyesali keadaan nya sendiri— hingga esok pagi itu Minhyun di tangkap polisi karena memukuli Seongwu sampai hampir mati.
Dafera memegangi perut nya yang sudah besar, Minhyun pasti mana mau menerima kenyataan kalau Dafera tengah hamil. Minhyun akan mengelak jika ia yang melakukan semua ini, karena memang pada dasar nya Minhyun masih di bawah pengaruh minuman yang Seongwu berikan.
Detik berikut nya, Dafera bangkit mencari ponsel nya. Ia segera menekan tombol panggil begitu nama Daniel ada di layar.
"Daf, kamu dari tadi abang telepon kenapa ga dijawab sih. Kamu gapapa kan? Kamu jangan banyak pikiran dong, sayang."
Dafera terdiam di tempat, ia begitu merindukan Daniel, merindukan semua penuturan manis nya secara langsung. Bahkan Dafera juga merindukan Minhyun, keinginan untuk terus bersama Minhyun rasanya sulit sekali.
"Daf, kamu denger omongan abang, kan? Kenapa nangis, hm?" Daniel kembali bersuara, demi apapun, Daniel rasa nya gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk Dafera. Kalau saja istrinya tidak terbaring sakit—ia akan menyusul Dafera ke China.
"M-mas Minhyun udah pulang kerumah belum, bang?" Pertanyaan itu yang berhasil lolos dari bibir pucat Dafera. Bulir bening itu kembali jatuh menuruni pipi nya yang berisi. Butuh waktu lima detik bagi Daniel untuk menjawab pertanyaan adik nya.
"Hari ini Minhyun bebas, Daf. Kata nya dia kangen sama kamu, terakhir kali abang jenguk keadaan nya kacau banget. Dia juga bilang kenapa kamu ga jenguk dia kesana, Minhyun ngira nya kamu malu punya suami kaya dia."
Tubuh Dafera merosot karena otot kaki nya terasa semakin lemah untuk berdiri.
"Daf mau pulang kapan?"
"Daf belum siap pulang, Daf takut mas Minhyun kaget liat Dafera hamil gini," Jawab Dafera di sela-sela tangisan nya.
Daniel sangat paham bagaimana perasaan Dafera. Namun, Daniel pikir kalau Dafera pulang sekarang—lalu menjelaskan semua nya ke Minhyun, pasti tidak ada kesalah pahaman diantara mereka berdua.
"Abang harus gimana kalau Minhyun nanyain kamu ga ada dirumah." Helaan napas Daniel terdengar jelas di telinga Dafera. Kepala Dafera menanggung banyak pertanyaan yang bahkan tak pernah ada jawaban yang melintas di otak nya.
"Niel kamu gimana sih, jangan kasih beban ke Jovi dong!" Suara istri Daniel terdengar di seberang sana. Ringisan dari mulut Daniel juga terdengar di telinga Dafera.
"Jovi, sayang. Udah ya kamu ga usah pikirin itu semua, biar mbak sama bang Daniel yang urus Minhyun. Kamu fokus aja sama kandungan kamu, jangan banyak pikiran, terus juga makan yang banyak, duh! aku bakal nyalahin Daniel kalau kamu sampe ga pulang setelah lahiran."
Dafera tertawa pelan ketika mendengar penuturan Alessha—kakak ipar nya yang sangat peduli dengan Dafera.
"Iya, mbak, makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage