Daf sesekali memainkan ponsel nya disela-sela menjaga kasir. Jam kerja nya hampir habis, pengunjung yang semula ramai kian menjadi sepi. Sampai suara berat Minhyun menginterupsi perhatian Daf.
"Daf, ayo pulang!"
Daf mengangguk setuju, dan segera mengunci beberapa laci yang menyimpan barang-barang penting milik Guanlin.
"Saya anter pulang ya?" Tawar Minhyun, Daf menggeleng.
"Engga om, makasih"
"Udah ngga usah nolak, saya maksa nih." Ucap Minhyun di akhiri dengan senyuman. Daf menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, akhirnya dia menyetujui dan pulang diantar Minhyun.
Selama di perjalanan Minhyun terus mengajak bicara Daf, dari mulai membahas cuaca, jalanan yang mulai terlihat ramai, sampai menceritakan Guanlin yang ternyata di taksir oleh banyak kakak senior di kampus nya.
Daf merasa begitu nyaman jika berdekatan dengan Minhyun, cara Minhyun memperlakukan Daf layaknya seorang kakak kepada adiknya. Sehingga Daf sudah menganggap Minhyun sebagai kakak nya.
"Di depan turun ya om," Tutur Daf menoleh kan kepala nya kearah Minhyun.
"Udah tau Daf. Yaudah gih sana turun, langsung mandi ya." Ujar Minhyun sebelum Daf keluar dari mobilnya.
"Makasih ya om udah mau nganterin. Om bawa mobil nya hati-hati. Jangan ngebut!" Daf memperingati, itu sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan Daf ketika seseorang telah mengantar nya dengan selamat. Tapi, respon Minhyun ternyata berbeda.
Minhyun mengangangguk, ia menutup pintu kaca mobil. Sepersekian detik kemudian mobil hitam Minhyun telah bergabung dengan kendaraan-kendaraan lain di jalan raya.
Daf membuka pintu rumah nya yang terlihat sepi. Ini sudah menjadi hal yang biasa, Daf tidak mempermasalahkan nya.
"Eh udah pulang?" Tanya Daniel yang baru keluar dari kamar mandi, rambut yang basah serta handuk yang melilit di tubuh nya berhasil membuat Daf kaget.
"Ngagetin aja ih," Daf cemberut. Ia sedang melamun, dan tiba-tiba Daniel keluar mengagetkan dengan suara bariton milik nya.
"Ya maap dek, lagian kamu sore-sore gini ngelamun. Gih mandi, bau." Daniel melangkah pergi menjauhi Daf.
Daf memutar bola mata nya, jika ada Daniel dia memang akan selalu marah-marah seperti ini. Kalau tidak ada, justru Daf sangat mengharapkan kehadiran kakak nya itu.
Daniel begitu berarti bagi Daf, keduanya sama-sama memiliki ketergantungan, mereka memiliki sebuah kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang apabila disatukan akan menjadi sebuah dominasi yang baik.
Daf memasuki kamar, segera mencari baju tidur kesayangan nya di dalam lemari. Baju itu di dapat dari Jihoon saat acara tukar hadiah di malam perayaan ulang tahun sekolah beberapa bulan sebelum acara kelulusan mereka.
Daf sangat menyukai baju tidur yang Jihoon pilih untuknya, sangat pas dan lucu saat dipakai oleh Daf. Dengan motif berwarna soft pink dan gambar beruang yang tersebar di setiap jengkal baju.
Setelah selesai mengganti pakaian, Daf merogoh tas selempang yang tergelatak diatas meja. Ia segera menyambungkan data seluler, Daf memutar lagu yang mengalun dengan indah di speaker ponsel miliknya.
Tak lama, bunyi notifikasi pesan banyak bermunculan. Daf tidak ingin membalas nya sekarang, ia hanya ingin mendengarkan musik dari playlist aplikasi musik online nya.
"Daf, makan belum? Kalau belum yuk makan." Daniel berujar dari balik pintu, Daf melirik ke arah pintu sekilas. Ia lapar namun sedang malas untuk keluar dari kamar.
"Bawain ke sini aja makanan nya bang!" Perintah Daf tanpa dosa, Daniel terdengar menghembuskan napas berat di balik sana, Daf terkekeh dalam hati.
"Ini ada Guanlin dek, yakin ga mau ketemu?"
***
Daf menatap lesu setiap kursi berwarna coklat di setiap sisi restoran. Pagi ini mood nya sedang tidak baik, semalam Guanlin berbicara sangat penting. Membuat Daf harus berpikir keras untuk menjawab nya.
Guanlin ingin menyerahkan restoran milik nya ke Daf, dalam artian beberapa bulan kedepan Daf yang akan mengurusi resto Guanlin sepenuhnya.
"Kenapa sih Fer? Muka lu tekuk terus." Mora berbicara, sudah hampir setengah jam Daf memasang wajah kebingungan. Mora adalah seorang mahasiwa semester empat yang sedang berjuang untuk membiayai kuliah nya.
"Gapapa mbak, ngantuk aja." Alibi Daf, lalu beberapa detik kemudian Daf benar-benar menguap karena kantuk.
"Mau istirahat dulu ga? Ada gue ini yang ganti."
Daf menggeleng lemas,
"Udah ah, sana gih gue aja yang jaga. Mata lu merah, nurut kalau dibilang sama gue coba." Mora memaksa, ia mendorong bahu Dafera untuk segera pergi menjauh dari mesin kasir.
Dafera duduk di sudut ruangan, berdekatan dengan kaca besar yang memisahkan dapur dengan area tempat makan.
"Daf, kenapa? Lesu banget?" Mingyu bersuara dari balik sana, tapi telinga Daf tidak mampu untuk mendengar nya secara jelas. Daf memilih untuk tersenyum singkat merespon ucapan Mingyu.
Pintu resto terbuka, menimbulkan bel otomatis itu bekerja. Mata Daf otomatis melihat ke arah pintu, ia mendapati sosok Minhyun disana. Ada rasa ingin menyapa, namun Daf mengurungkan niat nya ketika Minhyun ternyata bertemu klien nya.
Daf beranjak, tak enak dilihat Minhyun. Sudah hampir satu jam dia duduk beristirahat dengan damai nya, sekarang waktunya Daf untuk kembali bekerja.
"Mbak Mora, gantian ya." Pinta Daf dengan wajah yang masih sama seperti tadi, Mora menggeleng kan kepala nya cepat.
"Kamu kenapa sih Daf dibilangin susah. Lagian kamu pucet banget, pulang aja ya. Aku suruh anter Mingyu," Tutur Mora. Daf segera menggeleng kan kepala nya.
"Mbak please, aku ga enak sama yang lain nya. Masa udah istirahat terus disuruh pulang gitu aja." Daf benar-benar seperti anak kecil yang merengek meminta mainan. Mora terkekeh lebih dahulu sebelum merespon ucapan Daf.
"Pak Minhyun! Daf sakit nih, pulang aja atau gimana?" Mora sedikit berteriak, kedua manik mata Daf melotot saat Mora berhasil menyelesaikan kalimat nya.
"Mbak Mora ih! Jangan bikin aku malu." Daf menundukkan kepala nya, ia sudah siap menangis sekarang. Mood nya benar-benar tidak baik.
"Daf pulang aja ya? Saya antar."
Hai! Aku balik lagi :)
Gimana kangen ga
sama work ini.Minta spam komen ya,
biar aku semangat lanjutin nya ><Terimakasih ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage