47

201 34 0
                                    

Vomment dong gaes:(
ini sepi banget 😹


Lucy memencet bel apartemen Minhyun, menjeda nya selama beberapa puluh detik. Lucy menghela napas nya, harusnya sekarang Minhyun sudah siap dan segera berangkat ke kantor. Dari dalam terdengar langkah sepatu, Lucy bernapas lega.

"Pagi hyun!" Sapa Lucy dengan cepat, Minhyun berdiri di ambang pintu. Kedua bola mata nya tak berkedip sama sekali ketika melihat Lucy.

"Pagi," Jawab Minhyun singkat. Ia mengunci pintu apartemen, selanjutnya ia melangkah tanpa mengindahkan keberadaan Lucy.

"Hyun! Tunggu, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Please ini penting banget tau gak!?" Lucy setengah berlari mengejar langkah lebar Minhyun. Pria berjas hitam itu melirik sekilas.

"Ngomong apa? Cepetan keburu ayah dateng jemput." Minhyun yang awalnya merasa ragu pada Lucy sejak kemarin, kini merasa sedikit yakin kalau gadis itu memang mau membantu nya.

"Nah itu masalah nya hyun, kamu nya jangan cepet-cepet jalan nya. Ayah kamu ada di lobi, terus aku yang baru aja dateng disuruh jemput kamu." Lucy menekuk bibir nya, ia merasa mood nya pagi ini tidak stabil.

Minhyun memutar bola mata nya tanpa diketahui oleh Lucy, pria itu akhirnya berjalan dengan santai. Minhyun memasukkan kedua tangan nya kedalam saku, bukan nya berjalan santai namun malah terlihat seperti model yang berjalan diatas catwalk. Dasar orang ganteng.

"Hyun mending kamu pulang aja, aku ada tiket kalau mau, soalnya tuh—"

"Hyun, ayo! Ada rapat penting." Suara bariton nya mengalihkan atensi Lucy dan Minhyun. Lucy meluruskan pandangan nya kearah lift yang terbuka, gadis itu susah payah menelan ludah nya.

Minhyun menderap masuk kedalam lift, Lucy juga ikut masuk kedalam lift, ia berdiri di samping Minhyun. Lucy menundukkan kepala nya, sesekali siku nya menyenggol siku Minhyun.

Minhyun melirik Lucy dengan kening berkerut, sontak Lucy mendesah kecewa tanpa suara. Kali ini situasi nya benar-benar tidak aman, ditambah Minhyun tadi sama sekali tidak mengerti kode yang diberikan Lucy.

"Kalian kenapa sih?"

Suara itu lagi-lagi mampu membuat Lucy melongo bercampur panik. Jangan sampai ayah Minhyun tahu kalau Lucy akan membocorkan rencana beliau, bisa-bisa nama Lucy di coret dari perusahaan.

"Nanti makan kalian makan siang bareng ya, ayah pake mobil sendiri." Begitu pintu lift terbuka, beliau cepat-cepat keluar meninggalkan Minhyun dan Lucy.

"Loh, yah! Aku kan berangkat kesini nya sama ayah!" Teriak Lucy. Gadis itu merutuk dalam hati.

"Katanya mau ngomong penting? Bagus dong kalau satu mobil."

"Oh iya, kenapa ya aku ga kepikiran kesitu.
Kamu besok mending pulang aja deh hyun, jangan sampe engga. Nanti nyesel," Ujar Lucy begitu serius.

"Kenapa?"

"Banyak tanya banget. Kalau itu rahasia hyun, aku cuma nyuruh kamu buat pulang ke Indo besok. PLEASE YA, kali ini nurut DEH SAMA AKU!"



***



Jihoon menatap langit pagi yang kali ini lebih cerah dari sebelumnya, warna nya begitu biru dengan awan putih seputih susu. Kedua tangan nya ia jadikan bantalan.
Ia melirik Dafera yang sedang duduk disamping nya, gadis itu terus melamun, sesekali melemparkan kerikil ke dalam kolam ikan.

Jihoon merasakan perubahan Dafera, wajah nya yang biasanya berseri juga berubah menjadi muram, jangan lupakan kantung dibawah mata nya yang terlihat  menghitam.

"Daf, perasaan gue ga enak," Ungkap Jihoon kembali mengalihkan atensi nya menatap langit biru yang terbentang, ia mengulum bibir nya sendiri.

"Perasaan Jihoon aja kali, perasaan Daf biasa aja kok," Jawab Dafera menilik Jihoon yang tengah berbaring. Pagi ini Dafera harus tersenyum, karena ini hari Minggu— hati favorit nya.

Jihoon mengerjap kan matanya beberapa kali, detik selanjutnya ia bangun. Menyamakan posisi duduknya dengan posisi duduk Dafera.

"Gue ngerasa ini jadi hari terakhir kita," Ungkap Jihoon menatap sendu wajah Dafera. Pandangan kedua nya beradu, Dafera dapat melihat gurat kekhawatiran di wajah Jihoon.

"Ngomong apa sih? Jangan mikir yang aneh, kita kan gatau apa yang akan terjadi nantinya." Dafera tersenyum lebar, kedua nya mata nya menyipit, kedua tangan nya entah bagaimana bisa terulur untuk menepuk bahu Jihoon.

Jihoon ikut tersenyum begitu Dafera tersenyum. Hati Jihoon sedikit menghangat, yang dikatakan Dafera ada benar nya.

"Besok gue sibuk nih, ada seminar gitu. Jadi besok ga bisa nemenin Daf."

Dafera mengulum senyum begitu mendengar suara Jihoon yang terdengar memelan dari sebelum nya.

"Iya gapapa kok, Jihoon fokus aja sama seminar nya. Ga usah buka hp, ga usah chat gue sebelum seminar nya selesai!" Perintah Dafera. Jihoon tersenyum lebar, ia mengacungkan jari jempol nya dengan semangat.

"Makasih ya hoon udah mau nemenin gue. Kalau ga ada lu, gatau deh bisa ketawa apa engga." Dafera masih menyunggingkan senyum, ia meraih tangan kiri Jihoon kemudian menyandarkan dirinya pada bahu Jihoon. Bahu nyaman yang selama ini menjadi sandaran bagi Dafera selain bahu Daniel.

Jihoon tersenyum, ia merangkul Dafera. Dengan gerakan kilat, Jihoon mencium puncak kepala Dafera.

"Jihoon!" Protes Dafera berusaha menjauh dari tubuh Jihoon. Namun, Jihoon mencegah nya.

"Jangan jauh-jauh nanti kangen. Belum tentu kan bisa kaya gini lagi."




***

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang