58

234 30 0
                                    

Dafera merasa sedikit tidak nyaman ketika berada dirumah mertua nya, belum lagi ia tidak terlalu akrab dengan semua anggota keluarga. Rasa canggung selalu menghampiri saat Dafera berkumpul dengan mereka.

Seperti kemarin, setelah ia pulang dari rumah Daniel. Tepat jam makan siang, Minhyun dan Dafera pulang kerumah, disambut dengan perkataan 'ayo makan siang' dari mulut sang mamah.

Dafera terus diam ketika menyantap makanan nya, saat Seongwu melontarkan sebuah candaan ia hanya ikut tertawa tanpa menimpali seperti yang dilakukan oleh Lucy. Gadis itu selalu memprotes apa yang di ucapkan oleh Seongwu.

"Lagi mikirin apa sih, sayang? Daritadi mukanya kusut banget," Tutur Minhyun yang sedaritadi memperhatikan Dafera. Gadis itu terperangah, ia menggeleng sebagai jawaban. Sulit rasanya untuk mengungkapkan 'mas, kita beli rumah sendiri aja yuk' atau 'mas, kita tinggal dirumahku aja ya'

Dafera menghela napas nya, setelah makan malam hari ini—yang kembali di isi dengan candaan dari Seongwu ia ingin mengobrol serius dengan Minhyun.

"Kamu mau minta sesuatu?" Tanya Minhyun, pria itu menyenderkan diri nya di punggung tempat tidur.

"Hm, minta kamu jangan pergi, boleh?" Dafera menyenderkan kepala nya di bahu Minhyun.
Pria disamping Dafera itu kemudian terkekeh, membentuk garis layak nya bulan sabit di mata nya. 

"Aku ga akan pergi," Tutur Minhyun mencium puncak kepala Dafera cukup lama, dalam hati Minhyun berdoa supaya Dafera adalah yang pertama sekaligus yang terakhir untuk nya, Dafera hanya satu-satunya.

"Aku boleh bilang sesuatu?" Minhyun menilik Dafera dengan memiringkan wajah nya, Dafera mendongak melihat Minhyun dengan tatapan menggemaskan, hidung mereka hampir bersentuhan. Jangan sampai Minhyun bilang yang tidak-tidak.

"Boleh." Dafera mengulum senyum nya, ia memberanikan diri menatap intens kedua bola mata Minhyun.

"Aku sayang kamu, always." Minhyun semakin  mendekatkan wajah nya ke wajah Dafera. Ia mengecup bibir Dafera untuk kedua kali nya.

Dafera mematung, tangan kekar Minhyun semakin mengerat dibahu nya. Dafera hanya diam, memejamkan mata menikmati sensasi mendebarkan dalam hatinya.

"Bang, Seongwu mau pinjem lapt— Astaga! Maaf bang, Seongwu ga ketuk pintu dulu. Huhu maaf!"

***

Seongwu merasa bersalah, jangan sampai Minhyun mendiami nya pagi ini. Kejadian semalem tidak bisa Seongwu duga, dirinya lupa kalau Minhyun sudah mempunyai istri.

"Aduh, lagian salah siapa ga kunci pintu!" Dumai Seungwoo berjalan kearah meja makan. Lucy yang sibuk memotong bawang menoleh ke arah Seongwu yang ada dibelakang nya.

"Kenapa sih, pagi-pagi udah sewot aja hawanya."

"Kepo. Cewek lanjut masak aja," Jawab Seongwu mendengus sebal. Ia menarik kursi kemudian menduduki nya dengan kasar, masa bodoh dengan pantat yang akan sakit nantinya.

"Dih dasar kurang belaian istri," Cibir Lucy sembari memutar bola mata nya. Untung ayah Minhyun sudah berangkat bekerja, kalau tidak mana mungkin Lucy bisa meledek Seongwu sepuas ini.

"Diem!" Raut muka Seongwu semakin kusut.

"Daritadi juga diem," Respon Lucy tanpa melihat ke arah Seongwu.

Seongwu tidak merespon lagi, yang ia lakukan sekarang ini adalah mengupas kulit buah Apel yang ada dimeja. Begitu selesai, ia memotong nya menjadi bagian kecil, kemudian memakan potongan Apel dengan lahap.

"Seongwu mau pulang sama Lucy besok atau gimana?" Tanya mamah Minhyun yang sedaritadi hanya diam mendengarkan obrolan tidak serius Seongwu dan Lucy.

"Ga mau sama dia, lagian Seongwu mau ke Bali, sebulan." Seongwu melemparkan senyum cerah, Lucy memutar bola mata nya lagi.

"Ke Bali buat kerja aja bangga, aku dong ke Bali beneran dalam rangka liburan." Lucy tersenyum membanggakan dirinya yang pergi berlibur ke Bali sekitar tiga bulan yang lalu.

"Tiket dapet kupon hadiah aja bangga."

"Shh udah, kalian ribut terus kenapa sih."

"Dia duluan mah yang ngeledek Seongwu," Adu Seongwu melemparkan tatapan memelas kearah mamah tirinya. Sementara Lucy dengan santai mendudukkan diri dihadapan Seongwu.

"Kalian itu udah dewasa, harus nya sadar diri. Pemikiran juga harus dewasa, pikirin masa depan kalian. Jangan adu mulut terus."

Lucy dan Seongwu sama-sama diam layak nya anak yang dinasehati oleh ibunya.

"Onge pikiran nya udah dewasa tante, sering nonton—Aw! Kok diinjek sih!"

"Nonton apa?" Tanya mamah Lucy memicingkan mata, melirik Lucy dan Seongwu bergantian.

"Nonton SpongeBob mah, iya SpongeBob SquarePants," Jawab Seongwu terkekeh geli. Kedua mata nya mengedip memberi kode pada Lucy.

"Bener,  cy?"

"Eh iya tante bener,  Onge sering nonton SpongeBob di Youtube. Saking sering nya kerjaan dia ke aku semua, tante.
Bayangin aja deh ya, gaji ga naik tapi kerjaan numpuk banget."

"Ga usah curhat," Tutur Seongwu menatap Lucy tidak suka. Untung nya besok Lucy sudah tidak ada di rumah ini lagi, setidak nya Seongwu bisa lepas dari Lucy selama beberapa bulan kedepan.

"Minhyun sama Dafera belum bangun? Kalian ga ada niatan buat bangunin gitu?"

"Nanti juga bangun sendiri mah, biasalah lagi ritual pagi." Seongwu melahap nasi goreng yang dibuat oleh Lucy. Sedetik kemudian Lucy berdeham karena hampir tersedak.

"Lagi mandi mah maksud nya. Emang nya Lucy yang bangun tidur langsur pergi ke dapur," Lanjut Seongwu menerangkan kalimat ambigu yang keluar dari mulut nya beberapa detik lalu.

"Ya, ya, ya terserah."

***




190407 1.16am

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang