Awas banyak typo,
Dafera menyiapkan kemeja yang akan digunakan Minhyun, jadwal cuti Minhyun sudah berakhir setelah kemarin mereka berdua mengantar Lucy ke bandara. Banyak hal yang diceritakan oleh Lucy sebelum ia pulang.
"Mas, udah belum?" Tanya Dafera meninggikan nada suara nya.
Tak lama, Minhyun memunculkan diri nya dari balik pintu kamar mandi. Kaus bergaris yang mencetak jelas otot tubuh nya membuat Dafera sedikit tergagap.
"I-itu kemeja nya udah siap, mas." Dafera menunjuk ke atas kasur mereka berdua. Minhyun berhenti di hadapan Dafera, melemparkan senyuman manis seperti biasanya
"Pakein ya," Pinta Minhyun menyerahkan kemeja nya. Dafera menghela napas nya sebelum akhirnya mengangguk kan kepala.
Dafera membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian memakaikan nya ke tubuh Minhyun yang sebelum nya sudah dibalut kaus. Minhyun tak bisa berhenti menyunggingkan senyum nya ketika Dafera dengan telaten memasang kancing kemeja.
"Mas, kenapa sih senyum-senyum mulu." Dafera menghentikan gerakan jari nya saat berada di kancing kemeja teratas. Dafera tahu dengan jelas bahwa sedaritadi Minhyun memandangi nya.
"Kamu nambah cantik," Ungkap Minhyun memuji Dafera. Kedua bola mata Dafera sedikit melebar, seperti reaksi-reaksi sebelum nya setelah di puji oleh Minhyun.
"Pagi-pagi udah gombal, udah gih sana sarapan!" Dafera memalingkan wajah nya, ia tidak mau paginya menjadi berantakan karena ulah Minhyun. Beberapa detik kemudian tawa ringan Minhyun keluar, ia berjalan mengikuti Dafera yang akan keluar kamar.
"Hari ini kita cari rumah ya?" Tawar Minhyun mengimbangi jalan nya dengan Dafera. Sejak Dafera rutin memakan sayuran, entah mengapa gadis itu semakin lincah.
"Jangan dulu deh, mas. Mamah kan engga ngizinin,"
"Beneran? Kamu mau kita diawasin sama ayah mulu?" Minhyun menaikkan salah satu alis nya. Dafera berhenti bergerak, terganggu dengan ucapan Minhyun barusan. Dafera sih tidak masalah diawasi seperti itu oleh ayah mertua nya, namun melihat Minhyun tak nyaman, membuat nya tidak nyaman juga.
"Udah percaya sama mas kalau mamah bakal ngizinin, hari ini mas agak longgar. Kamu dateng aja ke kantor ya," Final Minhyun. Dafera hanya mengangguk layaknya anak kecil yang ditawari ice cream.
"Nanti kalau aku ke kantor mas ga bakal di usir kan?" Pertanyaan itu berhasil membuat Minhyun kembali tertawa.
"Enggaklah sayang, udah tenang aja. Kalau ada orang yang berani macem-macem sama kamu, aku potong gajinya."
"Enteng banget ngomong nya." Dafera memutar bola mata nya.
"Yaudah aku berangkat dulu ya, aku sarapan di kantor aja. Bilangin ke mamah ya,"
Dafera tersenyum tanda mengiyakan. Minhyun mengecup puncak kepala Dafera, lalu melambaikan tangan nya sebelum masuk kedalam garasi mobil.
***
Daf keluar dari taksi, kedua bolamata nya melihat kearah pintu masuk kantor yang biasa ditempati oleh Minhyun. Bangunan yang menjulang cukup tinggi itu begitu menyita perhatian Dafera, gadia itu ingin segera memasuki nya.
"Mau ketemu siapa ya, dek?" Tanya seseorang yang menghentikan kedua langkah kaki Dafera. Lirikan mata Dafera sontak berubah terkejut, lihat kan? Sekarang apa yang ia pikirkan sebelum nya benar-benar terjadi. Dan barusan, dia dipaggil 'dek'.
"Mau ketemu pak Minhyun, pak. Beliau ada kan ya?" Tanya Dafera dengan sopan, senyum nya melebar ketika pria di hadapan nya mengangangguk.
"Adek sudah buat janji dengan beliau?" Tanya nya lagi, Dafera menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Bagaimana cara menjawab nya? Kalau menjawab 'saya istrinya, pak' rasa nya terlalu menyombongkan diri, meskipun memang hal tersebut boleh saja di sombongkan.
"Sudah, pak. Ruangan nya dimana ya?"
"Ada di lantai lima dek, ruangan paling ujung. Pintu nya warna putih," Jawab nya sembari tersenyum. Dafera mengucapkan terimakasih, kemudian Dafera pamit meninggalkan pria tersebut.
Sampai di lantai lima, Dafera mengedarkan pandangan nya. Melihat satu persatu pintu ruangan yang ternyata di dominasi dengan pintu kaca. Saat melangkah, sontak para karyawan melihat Dafera keheranan.
Dafera tidak mempermasalahkan nya, ia melempar senyum ke arah mereka."Ini kali ya," Gumam Dafera berhenti di depan ruangan dengan pintu berwarna putih. Dafera membuka pintu secara perlahan, kemudian ia menangkap sosok Minhyun yang sedang duduk di meja kerja nya.
"Mas," Panggil Daf menutup kembali pintu ruangan. Minhyun menoleh, senyum nya secara otomatis mengembang layaknya bunga Mawar yang mekar. Ia melirik jam yang berada di pergelangan tangan nya, Minhyun kira Dafera akan datang satu jam lagi.
"Mau sekarang?" Tanya Minhyun memakai jas nya kembali.
"Mas udah selesai kerja nya?"
Minhyun mengangguk kan kepala. Ini hampir jam makan siang, mungkin makan di cafetaria terlebih dahulu tidak terlalu buruk.
"Ga ada yang macem-macem sama kamu kan?" Minhyun meraih pipi Dafera.
"Engga ada, mas." Dafera mengerucutkan bibir nya, ia mengalihkan pandangan begitu Minhyun memfokuskan atensi nya pada kedua bola mata Dafera. Pria itu menatap lekat Dafera.
Minhyun mengecup kilat pipi Dafera, sementara gadis itu hanya diam terpaku, mengerjapkan kedua bola mata nya pelan.
"Istrinya Minhyun ngegemesin banget sih," Ungkap Minhyun mengerucutkan bibir sebab gemas melihat reaksi Dafera.
Dafera mendengus pelan. Mereka berdiskusi sebentar mau makan atau segera pergi untuk mencari rumah. Dan Dafera memilih pilihan yang kedua.
***
"Kalau engga disini dimana lagi, mas?
Daritadi kita muter-muter ga cocok-cocok sama rumah nya. Kamu ini mau rumah yang gimana sih," Tutur Dafera menumpuk kedua tangan nya di depan dada. Dafera kesal, Minhyun belum menjatuhkan pilihan memilih beberapa rumah yang telah di tawarkan."Mau yang kaya rumah nya ayah," Jawab Minhyun enteng, ia kembali meminum air mineral selama menunggu lampu merah berganti menjadi hijau.
"Kan aku udah bilang, mas. Rumah nya jangan besar-besar, aku takut gabisa ngurus nya."
"Aku ga nyuruh kamu ngurus rumah, dek.
Kamu cuma ngurus aku, kalau rumah nanti di urus sama asisten rumah tangga."Helaan napas kembali terdengar, Dafera berusaha menebalkan kesabaran nya. Bukan itu yang ia inginkan, Dafera ingin bisa mengatur semua nya sendiri, tidak dengan bantuan asisten rumah tangga.
"Engga, mas."
"Oh kalau enggak, kita tinggal di sebelah rumah nya bang Daniel aja. Mas pokoknya harus minta kunci ke Guanlin, atau mas ganti uang nya Guanlin," Lanjut Dafera.
Minhyun termenung dengan ucapan Dafera.
"Mas, ya, ya? Biar nanti aku gampang main kerumah bang Daniel nya. Lagian kalau kmu sibuk kerja gimana, aku ga mungkin sendirian terus dirumah" Dafera meraih lengan Minhyun, bermaksud merayu suami nya.
"Hm oke, oke. Kalau mau kamu gitu, mas ngikut aja." Pasrah Minhyun, ia tidak tahan melihat Dafera yang memohon. Tidak ada salah nya tinggal di sebelah Daniel yang notabene nya sekarang menjadi kakak ipar Minhyun, Daniel mungin tidak akan menggangu nya. Jika Daniel merusuh kerumah nya setiap hari, Minhyun dengan siap memanggil satpam komplek untuk mengusir Daniel.
"Nah gitu dong, mas." Bibir Dafera bergerak keatas membentuk senyum manis.
"Kamu harus kasih hadiah ke mas," Ujar Minhyun menilik Dafera dari kaca spion tengah. Melihat perubahan raut wajah Dafera membuat Minhyun menahan tawanya.
"Oh iya kita kan belum buka kado, mas. Masih ada beberapa tuh di kamar yang suka di pake Seonho nginep."
***
Daf nya polos ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage