14

444 58 1
                                    

Dafera masih kaget dengan pengakuan Jihoon kemarin sore, ini terlalu tiba-tiba dan sebelumnya Daf juga tidak menduga. Jihoon menyukai dirinya? Sejak mereka duduk di kelas sebelas? Mana mungkin...

"Daf oy! Ngelamun terus, cogan gini di anggurin." Guanlin melambaikan tangan nya tepat di depan wajah Dafera. Spontan Dafera menepis tangan Guanlin dengan keras.

"Aw! Kenapa sih Daf? Baru juga tangan yang maju, belum yang lain udah di tepis keras gitu aja." Guanlin mengelus tangan nya sendiri.

"Ehh ya maap, ga sengaja. Tadi kan kaget." Daf menyesali perbuatan nya, untung Guanlin tidak marah.

"Lu kenapa sih bisa sakit?" Tanya Guanlin heran, Guanlin baru saja datang berkunjung ke rumah Daf sekitar lima menit yang lalu. Dan mereka baru melakukan obrolan selama dua menit, sisa nya, Guanlin sibuk memperhatikan Dafera yang memasang wajah sendu.

"Ya bisa lah, orang gue juga manusia biasa." Jawab Daf tak mengarahkan pandangan nya ke Guanlin. Mood Dafera sedang tidak baik lagi, ia malas melakukan interaksi yang serius untuk kali ini.

"Oh gitu. Yaudah deh, gue pulang dulu ya. Kayaknya lu ga mau di ganggu." Guanlin beranjak dari duduk nya, ia menggantung tas hitam di salah satu bahunya.

"Iya lin, maaf ya." Sesal Dafera mengantar Guanlin sampai ke depan rumah. Guanlin hanya mengangangguk kan kepala, lalu langkah kaki nya menjauhi halaman rumah Dafera.

"Tumben Guanlin main nya sebentar dek? Baru mau abang ajak main catur." Dafera mendapati Daniel ketika ia membalikkan badan nya, Dafera menghela napas sejenak.

"Guanlin lagi sibuk bang." Ungkap Dafera singkat, ia kembali masuk ke dalam kamar dan meringkuk di dalam sana dengan nyaman. Meskipun rasanya pikiran Dafera mulai kacau, ada sesuatu yang mengganjal, tapi Dafera tidak tahu apa itu.

Dafera meraih ponsel nya yang tergeletak diatas meja. Ia membuka satu persatu pesan yang masuk, tidak ada yang terlalu penting. Sampai sadar, Minhyun akhir-akhir ini jangan mengirimi nya pesan.

"Daf! Mandi!" Teriakan Daniel memenuhi ruang tengah,Dafera berdecak samar. Sebagai adik yang baik, ia segera pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.

Hal yang dilakukan Dafera ketika mandi adalah memainkan busa sabun, meniup gelembung ke udara, hingga gelembung itu pecah dengan sendirinya. Kadang mata Dafera terkena percikan gelembung yang pecah, tapi hal tersebut malah menjadi keseruan tersendiri bagi nya.

Setelah selesai Daf keluar dengan handuk yang melilit ditubuh nya. Ia segera mengambil pakaian lengkap dan kembali menempati kamar mandi.

Daf bukan tipe cewek yang suka berendam dengan busa-busa sabun, dia lebih suka ketika air shower mengguyur layak nya air hujan. Dafera pecinta hujan, dari proses terbentuk nya awan sampai tetesan air jatuh menimpa tanah.

Daf keluar dengan raut muka yang sedikit lesu, pikiran nya terbang ke angkasa dengan leluasa. Dia selalu mencoba mengontrol emosi, dan bahkan sampai mengontrol mood nya.

"Mau keluar ga?" Tawar Daniel pada Dafera yang baru saja duduk di samping nya. Daniel membaca gerak-gerik Dafera, masih seperti kemarin. Mungkin pikiran nya sedang kacau sampai-sampai tak sadar kedua alis tebal nya hampir menyatu.

"Abang Daf bosen, capek banget." Keluh nya disusul dengan helaan napas berat. Kalimat tersebut terlalu sulit untuk Daniel pahami. Jarang-jarang Daf mengatakan kalimat seperti ini.

"Capek kenapa? Kan kamu ga kerja, seharian juga istirahat aja." Daniel menarik kepala Dafera agar menyender di bahu nya. Dafera tidak merespon sama sekali, Dafera sekarang fokus melihat acara musik di tv.

"Abang coba aja Dafera punya adik." Ucapan Dafera benar-benar diluar dugaan, Daniel tidak bisa menyembunyikan keterkejutan nya.

"Kenapa?" Tanya Daniel singkat. Dia tidak suka jika membahas hal ini, pasti akan berakhir dengan Daf yang menangis karena mengingat kedua orang tua mereka.

"Gapapa. Maaf bang," Ungkap Dafera tersenyum sekilas.

***

Malam ini Dafera duduk di teras rumah nya, menyaksikan suasana malam yang sepi. Terkadang orang-orang penghuni rumah di komplek ini lewat, telah pulang dari urusan nya, telah pulang dari kuliah dan kerja nya.

Daf ingin sekali kuliah, namun raga nya terlalu malas ketika menginjakkan kaki di tempat yang baru. Ditambah dengan orang-orang asing yang membuat Dafera merasa tidak nyaman.

"Cewe! Ngelamun teroos!" Guanlin berteriak tepat di depan pagar besi rumah Daf, Guanlin sedang berjalan bersama Minhyun. Dafera merasa aneh, tak biasa nya mereka jalan kaki.

"Masuk woy, udah malem." Peringat Guanlin lagi, kedua kaki nya sengaja berjalan lambat. Dafera tersenyum dan mengacungkan jari jempol nya tanda akan melakukan perintah Guanlin.

Dafera masuk ke dalam rumah, perasaan nya sedikit lega ketika melihat punggung lebar milik Minhyun. Ya, meskipun tadi Minhyun hanya diam.

"Makan yuk Daf," Ajak Daniel berhenti dihadapan adiknya. Daniel masih memegang pisau yang ia gunakan untuk memotong sayur.

"Engga ah bang, Daf mau tidur. Ngantuk." Dafera meraih gagang pintu kamar nya. Jelas tersirat kekecewaan di mata Daniel, tumben Daf menolak nya se cuek ini. Padahal ia terlanjur memasak sup ayam dengan porsi agak banyak. Mungkin berbagi dengan tetangga tidak apa-apa.




Vomment ya 😉

Hari ini aku masih sekolah,
jadi bukan fullday gitu /hffft
Curcol dikit 😭


Makasih 🍑❤

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang