Dua hari yang lalu, Daniel telah pulang kerumah dengan keadaan sehat meskipun ia terlihat lebih kurus dari sebelum nya. Daniel sama sekali tidak memberi kabar pada Dafera, ia malah menelepon Woojin agar menjemput nya di Bandara.
Siang itu, Dafera baru saja pulang dari rumah Freon, ia lupa kalau membawa puzzle kesayangan milik Freon, sehingga Dafera mengembalikan nya, meskipun ia tak melihat presensi Freon dirumah besar milik Sungwoon.
Saat ia kembali ke rumah, kedua alis Dafera naik secara bersamaan. Mobil Woojin yang berada di halaman, serta dua pasang sepatu hitam yang tergeletak begitu saja di dekat tangga membuat Dafera keheranan.Tidak disangka, Daniel telah pulang. Dafera sontak berlari memeluk nya, padahal Daniel tengah memegang pisau yang ia gunakan untuk memotongi bawang merah.
Dafera tersenyum geli ketika mengingat kejadian tersebut, itu membuat nya menangis tersedu, bahkan terkesan tak mau melepaskan dirinya dari pelukan Daniel. Rasa bahagia itu muncul begitu saja saat Daniel kembali ke rumah.
Dafera tidak mau Daniel pergi lagi dari sisinya, ia tidak mau mengkhawatirkan Daniel, ia juga tidak mau merindukan Daniel, itu membuat nya lemah. Ah kok jadi berlebihan seperti ini.
"Daf, kamu gapapa?" Tanya Daniel yang raut wajah nya begitu panik dan juga bercampur heran. Daniel perhatikan Dafera dari jauh, dia terus saja menyunggingkan senyum.
"Kenapa sih bang, udah tau Daf baik-baik aja." Dafera tersenyum, ia mempersilakan Daniel untuk duduk disebelah nya.
"Daritadi kamu senyum-senyum sendiri sih, kan abang takut kamu kenapa-napa," Jawab Daniel menarik Dafera kedalam pelukan nya. Daniel sangat merindukan Dafera, ingin sekali Daniel mengucapkan kata-kata itu, namun lidah nya begitu kelu. Daniel terlalu gengsi mengakui rasa rindu nya ke Dafera.
"Daf, jangan pergi kalau sedih." Daniel mengelus puncak kepala Dafera, kemudian tangan nya bergerak untuk menatap lekat wajah Dafera.
"Maksud abang apasih,"
"Engga Daf, abang cuma kepikiran kalau nanti kamu pergi. Mungkin emang udah saat nya." Daniel tersenyum penuh arti, sementara Dafera terus memikirkan ucapan Daniel.
Kemarin Jihoon, sekarang Daniel. Memang nya kenapa sih? Dafera mau pergi, pergi selama nya gitu? Dafera menggeleng kan kepala nya, teori bodoh nya tidak akan mungkin terjadi, tapi bagaimana kalau hal tersebut memang terjadi?
"Abang gimana kerja nya?" Dafera mengalihkan pembicaraan, ia memperhatikan wajah Daniel seksama. Daniel ingin sekali menjawab pertanyaan adiknya, namun jawaban yang akan ia lontarkan terlalu menjengkelkan untuk dirinya sendiri.
"Baik kok," Jawab Daniel singkat.
"Om Jaehwan ga pulang?" Tanya Dafera lagi, dia merubah posisi duduk nya menjadi bersandar ke sofa.
"Belum, dia masih ada kontrak lima bulan lagi. Tumben kamu nanyain dia,"
"Ya kan cuma nanya, om Jaehwan ga nangis kan pas ditinggal sama abang?"
Daniel terkekeh mendengar nya, baru kali ini ia merasa lebih nyaman mengobrol dengan Dafera. Sisi humor nya muncul ketika mengingat nama Jaehwan.
"Jaehwan sempet mau mewek sih pas abang tinggal, dia minta abang tetep di China aja. Tapikan abang janji nya nemenin dia cuma satu bulan, jadi ga ada alasan lagi Jaehwan nahan abang."
"Oh iya, kamu selama ga ada abang baik-baik aja kan? Ga ada yang nyakitin kamu?" Daniel mengecek Dafera, mulai dari wajah sampai pergelangan tangan, hingga jari-jari nya.
"Bang Daniel berlebihan tauuu, Daf gapapa. Ga ada yang lecet," Jawab Dafera di iringi tawa.
"Syukur deh, sebelum nya abang kepikiran sama kamu terus, kan takut kamu kenapa-napa. Mau nelepon tapi abang sibuk banget disana, hp aja sampe disita." Daniel berdecak kesal.
Dafera hanya tersenyum, kali ini Daniel mampu mengubah pikiran Dafera. Awalnya Dafera berpikir kalau tidak ada yang peduli padanya, serta pemikiran-pemikiran buruk lain yang membuat nya kadang menangis sendirian di kamar.
"Abang kapan mau nikah?"
"Abang nikah abis kamu nikah kan,"
Dafera mengerjapkan matanya beberapa kali, kalau saja Dafera menikah lima tahun lagi itu rasanya tidak mungkin, berarti Daniel akan menikah di usia tiga puluhan.
"Abang mah gapapa ga nikah juga, yang wajib dijaga sekarang itu kamu. Ga ada yang lain," Ujar Daniel. Dafera terharu mendengar nya.
"Abang makasih!" Dafera memeluk Daniel erat.
"Hei kok nangis sih," Daniel mendorong tubuh Dafera, memeriksa apakah Dafera baik-baik saja. Dafera menangis, oke sekarang Daniel merasa bersalah.
"Jangan nangis." Daniel menghapus air mata Dafera dengan kedua ibu jari nya.
"Lu-lusa kemarin, ak-aku di kasih cincin sama om Minhyun, te-terus aku terima."
"Ka-lau abang ga ngerestuin juga gapapa, Da-daf bisa balikin cincin nya," Lanjut Dafera masih meneteskan air mata nya.
"Gapapa kamu sama Minhyun, abang ga akan ngelarang. Abang tahu Minhyun orang baik, dia juga bisa melindungi kamu lebih dari abang melindungi kamu."
"Udah jangan nangis, ini yang terakhir kali nya." Daniel tersenyum, ia kembali menghapus buliran bening dari sudut mata Dafera.
"Abang minta maaf ya kalau selama ini engga becus jaga kamu."
***
Selamat malam :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage