Hallo!
Minhyun perlahan membuka mata ketika cahaya matahari memasuki ruang kerja nya. Raut wajah Minhyun berubah panik, ia tidak mengabari Dafera bahwa ia akan lembur, dan tadi malam Minhyun benar-benar mengantuk.
Minhyun menarik laci meja, mengambil ponsel yang terasa dingin ketika ia genggaman. Minhyun mengecek ponsel nya sejenak, sebelum akhirnya memutuskan pulang ke rumah.
Minhyun melihat layar ponsel yang menampilkan panggilan dari Dafera beserta panggilan dari Daniel dan Seongwu yang memenuhi notifikasi. Pria itu bergegas mengambil jas nya, dirasa ada yang tidak beres, pria itu menelepon Dafera.
"Hallo, kamu udah bangun sayang?" Minhyun memasuki lift, mata nya sebisa mungkin terbuka lebar. Detik berikut nya, Minhyun menyesal membuat Dafera tidur sendirian semalaman.
"Mas, kamu kapan pulang? Kenapa belum baca pesan aku, kondisi mamah drop setelah ayah dibawa pulang kerumah, mas." Suara Dafera yang bergetar di seberang sana menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak Minhyun.
"Ini mas mau pulang, daf. Semalem lembur terus ketiduran, a-ayah emang kenapa?" Minhyun semakin melebarkan langkah kaki nya, perasaan Minhyun sudah campur aduk. Ditambah ada suara-suara tangisan dibalik sana, mulai dari suara tangis Lucy bahkan Guanlin. Kenapa?
"A-yah meninggal, mas. Siang kemarin jatuh di kamar mandi, mas cepet kesini ya."
Minhyun terpaku ditempat, uluran tangan nya pada pintu mobil juga ikut berhenti ketika Dafera berhasil menyelesaikan kalimat nya, dunia Minhyun berhenti berputar. Ayah meninggal?
"Daf, kamu ga bercandakan? Mas belum ulang tahun loh, sayang." Minhyun menggeleng kan kepala, ia berusaha setenang mungkin. Lusa ayah nya baik-baik saja, bahkan mereka sempat mengobrol saat rapat penting itu berakhir.
"Mas cepet pulang ya." Panggilan telepon terputus, Minhyun mengusap wajah nya kasar. Ia segera memasuki mobil nya, tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Minhyun harus pergi ke rumah ayah nya sekarang.
***
"Ngapain kesini lagi?!" Satu pukulan kembali mendarat di wajah Minhyun, dua pukulan lain nya sudah membuat pipi nya lebam, diikuti dengan darah yang mengalir dari sudut bibir nya. Seongwu terlihat amat marah dengan Minhyun, saat Minhyun baru saja menjejaki kaki nya di halaman—Seongwu sudah melemparkan pukulan nya.
"Dasar gatau diri, ayah saya udah berbaik hati, tapi apa balasan kamu hah?!" Seongwu menarik kerah Minhyun, sementara pria itu hanya diam tidak membalas pukulan adik tiri nya. Minhyun menyesal, Minhyun juga merasa bersalah.
Dafera yang baru keluar dari ruang tamu segera berlari menghampiri mereka, air mata kembali menghiasi kedua pipi nya. Ia tidak menyukai bagaimana Seongwu menyambut Minhyun, Dafera tahu Minhyun salah, namun bukan seperti ini.
"Udah! Jangan pukul lagi!" Dafera berdiri di depan Seongwu, sementara kedua tangan nya menggenggam erat lengan Minhyun. Suara nya bergetar hebat, ia tidak tega melihat Minhyun begini.
"Minggir, kak! Aku gak mau nyakitin kakak!" Seongwu masih berusaha melemparkan bogeman mentah nya, sementara Dafera semakin panik karena halaman rumah sudah sepi sejak satu jam yang lalu.
"Kamu udah nyakitin aku kalau begini!" Nada suara nya meninggi, Dafera semakin menangis, ia memeluk tubuh Minhyun dengan erat. Seongwu tersadar dari pikiran kalut nya, benar yang dikatakan Dafera. Ia baru saja menyakiti Minhyun yang nyata nya sudah menjadi bagian hidup Dafera. Seongwu kenapa sikap mu terus seperti ini.
"Maaf," Ujar Seongwu menyesali perbuatan nya. Ia tidak sadar perbuatan nya membuat Dafera semakin sedih. Gadis itu bahkan dengan setia memeluk Minhyun yang belum bergerak sama sekali.
"Mas...," Panggil Dafera dengan suara lirih nya. Ia mendogakkan kepala untuk melihat Minhyun yang tertunduk lesu, wajah lelaki itu benar-benar kacau.
Daniel keluar dari rumah, ekspresi terkejut jelas kentara di wajah nya. Ia melirik ketiga manusia di hadapan nya satu persatu, bahkan ia meminta penjelasan dari Seongwu, namun Seongwu hanya diam— kemudian berlalu meninggalkan mereka.
"Bang kita pulang ya," Pinta Dafera masih menenangkan Minhyun. Daniel hanya mengangguk.
"Mas, kita pulang ya." Dafera memapah Minhyun dengan susah payah, untung nya Daniel mau membantu nya membawa Minhyun kedalam mobil.
Selama diperjalan, ketiga nya hanya diam. Daniel sibuk menyetir sementara Dafera sibuk menenangkan Minhyun. Pria itu tidak membuka suara nya sama sekali, ia terus menggenggam punggung tangan Dafera erat, kepala nya juga ia senderkan pada bahu Dafera. Seperti meminta sebuah ketenangan dari gadis di samping nya.
Daniel melirik kedua nya dari spion tengah, ia tidak menyangka kejadian ini terjadi. Seharusnya Seongwu bisa menahan emosi nya, Minhyun pasti juga sedih mendengar kabar ayah nya meninggal, lalu ditambah ini? Jelas hati Minhyun sakit.
Sesampainya di rumah, Daniel membantu membawa Minhyun memasuki rumah nya. Entah kenapa Minhyun diam membisu seperti ini.
"Abang pulang ya, daf," Pamit Daniel setelah mendudukkan Minhyun di atas tempat tidur. Ia melihat Dafera yang baru saja keluar dari dapur membawa kompresan untuk Minhyun.
"Iya bang, makasih." Dafera tersenyum sekilas. Ia segera memasuki kamar untuk membersihkan dan mengompres wajah Minhyun. Hati Dafera nyeri ketika Minhyun sama sekali tak membuka suara nya sejak tadi.
Bahkan saat Dafera menempelkan kain kompres di sudut bibir Minhyun, Dafera tahu Minhyun kesakitan, namun pria dihadapan nya tetap diam. Diam-diam buliran bening keluar dari sudut mata Dafera setelah berhasil mengompres wajah Minhyun. Sudah berapa kali ia menangis hari ini
"Maaf," Ujar Minhyun kala Dafera menundukkan diri. Minhyun menarik Dafera kedalam pelukan nya, tangis gadis itu semakin pecah. Dada nya sesak.
Minhyun memejamkan matanya, hari ini Dafera melindungi nya. Minhyun merasa menyesal dengan sikap nya sendiri, harusnya kemarin ia tidak lembur, harusnya kemarin ia mengecek ponsel nya lebih awal, harusnya Minhyun juga tidak mengecewakan Dafera seperti ini.
"Mas kenapa diem aja pas Seongwu mukul? Kalau mas menghindar kan, enggak begini jadinya.
Mas ga akan lebam-lebam begini, mas ga tau gimana sakit nya aku pas ngeliat mas dipukulin sama Seongwu," Ujar Dafera bersandar di bahu Minhyun. Tak lama terdengar tawa pelan dari balik punggung Dafera. Ujaran Dafera membuat Minhyun merasa lebih baik."Mas pantes dapetin itu, daf." Minhyun menghela napas nya yang terasa sesak. Minhyun melepaskan pelukan, kemudian menatap wajah Dafera yang kacau—tidak jauh berbeda dengan dirinya.
"Jangan nangis, jangan sakit. Mas gamau kamu begini," Tutur Minhyun mengahapus jejak air mata di wajah Dafera menggunakan ibu jari nya. Minhyun nampak kehabisan kata-kata untuk mengucapkan banyak kata maaf dan terimakasih.
"Aku juga ga mau mas kayak gini, pasti sakit kan?" Tanya Dafera mengelus pipi lebam Minhyun.
"Enggak sakit kalau kamu elus begini," Ungkap Minhyun memejamkan mata nya sejenak. Detik selanjut nya Minhyun mendaratkan kecupan singkat di bibir Dafera.
***
Ada yang kurang??
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage